"Iya, kita ketambahan satu pasangan peserta baru yang katanya ingin menunjukan berapa liter cinta mereka terhadap satu sama lain." Pemandu acara, bersiapa memulai acara. "Apa kalian siap?" MC tersebut mendekatkan microfonnya ke depan bibir sang pria yang mengatup rapat. Lantaran tahu si pria tak akan menjawab, di wanita berinisiatif menggantian.
"Siap," serunya, memasang wajah bersemangat.
"Wah, kayaknya mbaknya nggak sabaran sekali, ya. Ini kalian pasangan pacaran atau suami istri?"
"Hmm ...." Wanita yang tak lain adalah Puspa itu dengan takut-takut melirik ke sebelah, pada Gahar yang berdiri dengan tampang tidak enak di sebelahnya. Tampang yang terbentuk dari berbagai gurat-gurat ekspresi, tampak seperti antara marah, malu, tapi juga masih berbaik hati tidak pergi setelah Puspa memohon-mohon padanya untuk berpura-pura jadi pasangannya agar Selly bisa mingkem. Bahkan tanpa memakai embel-embel statusnya sebagai anak pemilik Guna Grup, wajah, fisik dan segala sesuatu yang menempel di tubuh lelaki itu bisa langsung terlihat bahwa dia beda kelas dengan Nando.
Sialnya, Gahar yang terlalu 'wah' ini justru membuat Selly tidak percaya bahwa mereka berpasangan. Tentu saja dia tidak bisa terima Puspa mendapat pengganti yang kelihatannya lebih baik daripada Nando. Terlebih jarak antara Puspa dan Nando putus baru hitungan hari, tidak mungkin Puspa move on secepat ini. Entah setan dari mana yang merasuki Puspa, bibirnya begitu saja menyeletuk bahwa mereka akan mengikuti lomba untuk membuktikan bahwa mereka betul-betul pasangan.
"Ah ... oke, oke, aya ngerti," tukas MC tersebut dengan wajah jenaka, lalu mendekati Puspa dan berbisik tapi pakai mikrofon. "Semoga segera resmi, ya?"
Puspa hanya bisa nyengir tanpa berani melirik Gahar sama sekali. Tidak perlu menunggu besok, detik ini Puspa sudah menyesali ide spontannya itu. Namun, Puspa tidak bisa mundur sekarang. Setidaknya dalam lomba konyol literan ini Puspa harus mengalahkan Nando dan selingkuhannya.
Sang MC kemudian menjelaskan aturan lomba. Semua peserta diharuskan untuk meminum satu botol soda kemasan 500 ml dalam satu kali tenggak sampai habis. Penentuan pemenangnya bukan dari siapa yang bia minum tercepat, melainkan siapa yang bisa menahan untuk tidak sendawa paling lama.
"Baik, untuk cewek-ceweknya, mari kita lihat seberapa kuat cinta pasangan kalian dari sini."
Sebelum mengikuti arahan untuk turun dari panggung, Puspa memandang Gahar dengan tatapan penuh penyesalan sekaligus permohonan. "Semangat, ya," ringis Puspa. Dari cara Gahar membalas tatapannya itu, Puspa menyuruh dirinya sendiri untuk pasrah menerima apapun yang akan terjadi.
Sang MC berhasil membuat acara terasa sangat hidup. Gahar barangkali menjadi satu-satunya peserta yang melakukannya dengan setengah nyawa. Niat hati mencari Puspa agar gadis itu tidak marah lagi, sekarang gantian Gahar lah yang dibuat marah. Gahar curiga Puspa memang sengaja membalas dengan cara mengerjainya seperti ini.
Saat MC memberi aba-aba untuk memegang botol minuman soda, Gahar mengikutinya. Lelaki itu lalu meliriik ke peserta yang berdiri tepat di sebelahnya, ada seorang laki-laki bertampang standar yang baru beberapa menit lalu Gahar ketahui sebagai mantan pacar Puspa itu juga tampak tak terlalu tertarik dengan perlombaan ini, sama seperti dirinya. Saat diam-diam Gahar ikuti arah tatapan lelaki itu, Gahar mendapati dia tengah menatap Puspa. Benar, lurus pada Puspa dan bukannya gadis lain yang memakai celana jeans high waist serta crop top yang menampakkan sebagian kulit perutnya itu. Puspa sendiri yang sepertinya sadar dipandangi sang mantan tampak tak nyaman. Jelas-jelas dia laki-laki yang tidak bisa menghargai pasangan. Waktu masih bersama Puspa, dia selingkuh. Waktu sudah bersama yang lain, dia masih memandangi mantan. Gahar berdecak dalam hati, Puspa benar-benar payah memilih laki-laki.
Sadar dipandangi oleh Gahar, Nando menolehkan kepala dengan kedua alis terangkat. "Ada masalah?"
"Jaga pandangan. Lo bikin orang nggak nyaman."
"Hah? Siapa yang nggak nyaman?"
Gahar memutar pandangan ke depan, sengaja tak menghiraukan pertanyaan Nando. Ini berharap acara ini selesai dengan cepat, dengan begitu ia bisa segera pergi dan tidak jadi tontonan masa begini. Semoga saja, dari banyaknya orang yang menonton, tidak ada yang mengenali dirinya.
"Jangan berlagak posesif. Aku tahu kamu bukam siapa-siapanya Puspa," ucap Nando tiba-tiba. Meski tak mendapat timbal balik dari Gahar, dia berbicara lari, "Puspa itu cewek lurus dan cinta banget sama aku. Dia nggak mungkin udah mikirin pacar baru, seharusnya dia saat ini masih patah hati."
Gahar tidak bisa mencegah dirinya untuk tidak tertawa, hingga membuat perhatian sedikit teralihkan padanya. Namun kemudian Gahar segera bis menguasai diri dan memberi gestur minta maaf kepada MC. Gahar lalu melirik Nando lagi hanya untuk mengucapkan satu kata. "Bacot."
Uacapan Gahar itu bersamaan dengan MC memberi aba-aba hitungan mundur lomba dimulai. Gahar yang semula hanya berniat minum dua teguk pun mendadak berambisi untuk menang. Setidaknya, agar mantan Puspa ini sadar diri bahwa dunia tidak berputar mengelilingi dia.
***
"Nih." Gahar menyurukkan galon lima liter minuman bersoda itu dan Puspa sigap memeluk galon yang lumayan berat tersebut.
"Makasih, Pak ...," cicit Puspa. Sungguh mengejutkan ketika Gahar bisa menahan sendawa dan bertahan tiga putaran hingga seluruh peserta tumbang lantaran kelepasan sendawa dan ada juga yang tak kuat minum sekali tenggak.
Gahar menghela napas pendek, menatap Puspa dengan tatapan tak habis pikir. "Apa sih yang lo ingin buktikan ke mantan lo itu?" Gahar mempertanyakan sesuatu yang tak kunjung diterima oleh akal sehatnya, tapi baru ada kesempatan mempertanyakannya sekarang lantaran tak ingin mempemalukan Puspa meski itu artinya ia harus mempermalukan diri sendiri.
Puspa mencibikkan bibir, sadar bahwa tindakannya memang konyol. "Aku cuma ingin Selly berhenti merasa lebih baik daripada aku, cuma karena sekarang yang pacaran sama Nando itu dia."
"Cuma itu aja?"
"Harga diri kan nggak bisa dibilang 'cuma itu aja'." Puspa menambuat tanda petik tak kasat mata menggunakan kedua tangannya saat mengucapkan tiga kata terakhir kalimatnya tersebut.
"Maksudku, itu aja cara yang lo pikirkan buat nunjukin kalau lo lebih baik dari dia?"
"Aku nggak kepikiran cara lain," desah Puspa.
Sekali lagi, Gahar mendesah. Tatapannya tak terputus meski sedari tadi Puspa terus menunduk. "kalau gue jadi lo, gue nggak akan mikir ingin terlihat lebih baik dibanding cewek itu. Buat apa saingan begitu? Biar dilihat sama mantan loitu, terus dia sadar kalau lo lebih baik, lalu kalian balikan lagi?"
Sontak Puspa menggeleng-geleng, menyangkal dengan tegas. "Enggak lah. Ngapain aku berharap balikan sama tukang selingkuh? Sama sekali enggak." Ucapan Puspa mendadak terhenti, ia terpaksa harus mengungkapkan sesuatu yang sungguh tidak ingin ia katakan pada Gahar. "Ya yang tadi itu, anggap aja aku ingin nunjukin kalau aku bisa dapat cowok yang lebih keren dari Nando."
"Itu malah melukai harga diri gue!"
Puspa mengerekapkan mata tak mengerti. Merasa tak ada yang salah dengan ucapannya. Bahkan secara tidak langsung Puspa memuji Gahar itu cowok keren dan sempurna dijadikan pasangan.
Gahar lalu berkacak pinggang, memarahi Puspa. "Gue kayaknya terlalu baik dan ramah sama lo sampai-sampai lo lupa siapa gue. Bisa-bisanya lo menandingkan gue sama mantan lo itu. Maaf kalau terdengar sombong, tapi kami nggak apple to apple. Gue tersinggung lo sandingkan gue sama dia."
Jika bukan seorang Gahar Gunawan yang bicara, Puspa pasti akan langsung mencari kaca agar dia bisa bercermin. Meski terdengar sombong, menyebalkannya itulah kenyataannya. Dilihat dadi aspek manapun, Gahar dan Nando memang tidak sepadan.
"Gue mau ke toilet dulu," ucap Gahar. Lo tunggu sini."
Puspa mengangguk patuh ketika Gahar mengucapkan itu sambil lalu. Yang dikatakan Gahar ada benarnya, untuk apa ia ingin menunjukkan dirinya lebih baik dari Selly di depan Nando. Namun, apapun itu singkirkan dulu. Sebaiknya Puspa pikirkan mau belanja apa dengan hadiah voucher belanja, hadiah perlombaan tadi.