Mulutnya menganga, mendengar suara yang sangat jelas dari dalam kamar milik putra dan menantunya itu. Suara desahan demi desahan bergema di ruangan kamar mereka yang seharusnya kedap suara. Arisha menghela nafasnya panjang. Pasalnya putra dan menantunya itu tidak menghidupkan alat kedap suara di kamar mereka. Dia sedikit memajukan wajahnya ke pintu dan mendengar dengan begitu jelas. Kaget, karena dia mendengar secara langsung suara putranya yang sedang menafkahi bathiniah menantunya di dalam sana. “Eungghh … eunghh … eunghh …” “Oougghh …” Dia terdiam diam. Pikirannya melayang pada apa yang sudah menjadi keputusannya. Wajah datarnya menyiratkan sesuatu yang bahkan orang lain pun tidak akan bisa menebaknya. Sedetik kemudian, tercetak senyuman tipis