Help Me

1411 Kata
Kinan menggeliat karena merasa tubuhnya berat. Ia tertidur karena lelah memikirkan bagaimana keluar dari kamar ini. Kinan mengucek matanya menatap sekelilingnya masih terlihat sama. Ia masih berada di kamar pria gila yang Kinan temui malam ini. Ia terbangun dari tidurnya mendapati seseorang tidur bersamanya. Kinan tersentak kaget menegakkan tubuhnya menepis tangan yang melingkar di pinggang rampingnya. Kinan menatap horor pria bertubuh kekar tanpa menggunakan baju di belakangnya. Darko ikut terbangun karena gerakan spontan yang Kinan lakukan. Pria itu ikut terduduk menatap Kinan yang bersandar di kepala ranjang. "Ada apa sayang?" Darko mencoba memegang Kinan membuat gadis itu menepis cepat tanganku. "Kenapa kamu ada disini?" Kinan menatap sinis Darko sambil menarik selimut menutupi tubuhnya. Untung saja Kinan masih menggunakan pakaian lengkapnya. "Ini kamarku, aku rasa aku tidak perlu menjawab pertanyaan kamu sayang." Kinan mengerjabkan matanya mengeratkan pegangannya pada selimut didadaanya. "Kalau begitu aku saja yang keluar." Kinan beranjak dari ranjang itu, namun tidak akan mudah begitu saja. Darko menarik pinggang Kinan agar terduduk kembali di ranjangnya. Kinan seketika memberontak memukul tangan Darko yang menyentuh pinggangnya. "Lepaskan." teriak Kinan tidak suka. "Kamu mau kemana? Tidak ada yang bisa keluar dari kediamanku, tanpa seijinku!" Darko mencengkram wajah Kinan, lalu mendekatkan hidung mancungnya menyentuh pipi Kinan. Mengecup pipi Kinan dengan bibirnya yang basah. Kinan memejamkan matanya mendorong tubuh Darko, namun seakan tidak berpengaruh. Tubuh itu bahkan tidak bergeser, melainkan semangkin rapat mendekatinya. "Aku suka matamu yang liar, dan tajam." Darko mengusap mata Kinan lalu turun mengusap pipi dan bibir Kinan. "Pria gila, lepaskan aku." desis Kinan sambil memejamkan matanya. "Kau milikku!" Kinan berontak cukup kuat membuat Darko memeluk Kinan erat agar tidak bergerak. Darko memeluknya dengan memegang kedua tangan Kinan agar berhenti bergerak. "Kamu tidak ada hak atas kepemilikan ku, lebih baik aku mati, dari pada hidup bersama orang sepertimu!" teriak Kinan mencoba melepaskan pelukan erat Darko. Pria itu benar- benar kuat, ia kewalahan di buat Darko yang mendekap erat tubuhnya. "Aku suka sikap aroganmu, Honey." bisik Darko menggoda, ia mencium telinga Kinan membuat tubuhnya merinding. Darko turun mencium tulang selangka Kinan. Gadis itu menggelengkan keras kepalanya agar Darko kesulitan menjamah dirinya. "Brengseek, jangan menyentuhku!" Kinan mencoba berontak untuk yang kesekian kalinya namun ia bukanlah tandingan pria kekar itu. Kinan menangis meneteskan air matanya, meratapi keadaannya. "Pa, tolong Kinan," pintanya dalam hati. Darko terus mencium wangi tubuh Kinan. Pria itu terus menggoda Kinan menciumnya di belakang telinga Kinan membuat Kinan merasa jijik dengan semua perlakuan yang Darko lakukan. "Mari kita bersenang- senang sayang, aku akan membuatmu menikmatinya!" Kinan memejamkan matanya. Harus bagaimana ia saat ini. Pria seperti Darko ini benar- benar menakutkan. Kinan meneteskan air matanya menyesali apa yang ia lakukan karena meninggalkan Romi. "Tolong, lepaskan aku." lirih Kinan merasa lelah dengan semuanya. "Tidak akan, kamu akan menjadi milikku." Kinan tak bisa berkata- kata lagi, Darko meraih wajah Kinan, membuat Kinan bisa menatap manik abu- abu menatapnya dengan tatapan memuja. Apa yang Darko inginkan darinya. Ia hanya wanita biasa yang berasal dari negara kecil. "Kenapa?" tanya Kinan saat tatapan mereka masih beradu. "Apa?" "Kenapa harus aku, aku tidak secantik itu, aku juga tidak sexy, mengapa kamu harus menculikku. Jika kamu hanya ingin aku menjadi pelampiasan nafsumu, kenapa tidak memilih wanita yang lebih cantik dan sexy?" Darko tertawa di hadapan Kinan. Pria itu kembali menatap Kinan lalu mengusap wajah Kinan, menggodanya dengan gerakan tangannya. "Aku tidak butuh alasan, kamu unik. Dan, menantang." jawab Darko mendekatkan wajahnya menatap bibir Kinan. Gadis itu menoleh membuang wajahnya menghindari ciuman itu. Darko menggenggam erat lengan Kinan. Gadis itu meringis menahan sakit, karena tangan Darko yang memegang erat lengannya. Kinan menatap ponsel yang terletak di atas nakas. Tampaknya ia bisa mengambil ponsel itu untuk menghubungi Romi. Kinan menatap Darko yang masih berusaha untuk menggodanya. Kinan berpikir keras bagaimana caranya mendekati nakas yang ada di ujung ranjang. Darko meraih wajah Kinan agar menghadapnya. Pria itu tanpa aba- aba melumat bibir Kinan. Kinan memejamkan matanya, air matanya luruh begitu saja. Ia merasa gagal jadi seorang wanita, satu- satunya harta berharga yang ia miliki adalah kegadisannya. Jangan sampai pria seperti Darko memilikinya. Bibir Darko mulai bermain melumat, dan menghisap atas dan bawah bibir Kinan. Dengan air mata yang mengalir. Kinan harus tetap fokus keluar dari tempat ini. Ia melupakan kesedihannya. Kinan mencoba menggoda Darko dengan jurus wanita, yaitu merayunya. Kinan mengalungkan tangannya melingkari leher Darko, pria itu semangkin melancarkan ciumannya melihat reaksi yang Kinan berikan. Kinan terus meladeni apa yang Darko mau, mengikuti gerak yang Darko lakukan, merebahkan dirinya, meskipun Kinan harus mengikhlaskan dirinya di cium dan di sentuh oleh pria aneh ini. Rencananya berhasil, dengan berguling mengikuti gerakan mencumbu Kinan hampir mendekati nakas. Gadis itu terus bergerak agresif hingga tangannya mulai mencapai nakas tempat tidur. Saat Kinan hendak meraih handphone yang berada di atas nakas. Tangan kekar Darko memegang tangannya membuat Kinan melebarkan matanya menatap Darko. Dengan nafas terengah, Darko menunjukkan smirknya. Ia mengambil ponselnya lalu melempar kelantai membuat Kinan menatapnya lemas. "Kamu mencoba mengelabuhiku?" Kinan benar- benar benci menatap Darko yang kini sudah berada di atas Kinan. Pria itu tersenyum miring menatap Kinan di bawah dekapannya. Darko mendekatkan tubuhnya membuat Kinan mendorong dadaa bidang itu. "Tolong, kembalikan handphone ku, setelah itu. aku akan melayanimu." Darko menautkan alisnya mendengar Kinan mengatakan hal itu. Darko mengambil alih memegang kedua tangan Kinan dan ia angkat ke atas kepala Kinan. Membuat Kinan tanpa sadar membusungkan dadaanya di hadapan Darko. "Apa aku bisa mempercayaimu?" Darko mengusap leher Kinan dengan satu tangannya yang bebas. Ia terus menurunkan tangannya hingga membuka satu kancing kemeja Kinan. Gadis itu bergerak gelisah saat tangan Darko terus turun ingin membuka kancing berikutnya. "Please, jangan menyentuhku dengan tangan kotormu itu!" ucap Kinan dengan nada geram, ia marah kesal dan takut melihat Darko memporak- porandakan harga dirinya. Darko tersenyum miring melihat wajah Kinan yang gusar dan terus bergerak berontak. Kaki Kinan sudah tidak bisa bergerak lagi karena Darko sudah menindihnya kuat. Kinan memejamkan matanya, menangispun sudah tidak berguna. "Ahh, apa perlu aku mencuci tanganku terlebih dahulu, agar bisa menyentuhmu, Honey?" bisik Darko mencondongkan tubuhnya mendekati Kinan. "Dasar pria gila!" teriak Kinan saat Darko mulai mencium leher Kinan, turun hingga mencium bagian atas dadaa Kinan yang mulai terlihat. Nafas Kinan terengah- engah menatap Darko dengan tatapan marah. "Apa kau sudah tidak waras, aku tidak mau kau menyentuhku, pria aneh, gila, brengsekk!" maki Kinan tanpa henti, Darko tidak memperdulikan Kinan yang terus meracau memaki dirinya. Pria itu menyingkap kemeja yang Kinan gunakan. Menunjukkan bra berwarna hitam menutupi buah indah yang ukurannya tidak terlalu besar dan tidak kecil juga. Darko tersenyum smirk menatap keindahan di hadapannya. Ia mencium belahan indah itu membuat Kinan bergerak tidak karuan menolak Darko untuk menghentikan sentuhannya. Darko terus mencium wangi tubuh Kinan, menjilat bagian dadaa yang menyembul melebihi penutupnya. Kinan menteskan air matanya, apakah ini yang Mira rasakan saat ia hampir saja di perkosa oleh pria yang membelinya. Kinan merasa tak berdaya, mengapa belum juga ada pertolongan, dimana Romi saat ini? Kinan terisak sambil mencoba untuk bergerak membuat Darko menghentikan kecupan- kecupan menjijikan di tubuhnya. Darko menjauhkan tubuhnya menatap Kinan yang sudah berlinang air mata, pria itu mengusap air mata yang mengalir di wajah Kinan. "Jangan menangis, aku tidak ingin kamu merasa tidak nyaman, rileks Kinan, apa ini yang pertama untukmu?" bisik Darko di wajah Kinan. Kinan meludahi wajah pria yang menindih tubuhnya itu membuat Darko memejamkan matanya. Pria itu menjauhkan tubuhnya menegakkan tubuhnya mengusap air liur yang Kinan berikan. "Aku lebih baik mati dari pada harus melayanimu!" teriak Kinan dengan wajah marah menatap Darko di atasnya. "Baiklah, kita lihat. Sampai dimana kamu bertahan dengan sikap aroganmu itu sayang, aku akan tunjukkan bagaimana caraku bersenang- senang." Darko membuka kancing celananya membuat Kinan menelan salivanya merasakan jantungnya berdegub kencang. Di luar pagar.. Romi masih berada disana, pria itu tidak beranjak sedikitpun dari area mansion itu. Satya sendiri sudah tidak terlihat, karena pergi bersama Samuel untuk membujuk pria itu agar membantu mereka. Ia menyandarkan kepalanya pada jok mobil memejamkan matanya lelah. Pikirannya terus menerawang apa yang harus ia lakukan dengan mengambil Kinan dari sekelompok mafia itu. Haruskah ia hubungi Juna dan mengatakan ia butuh bantuan untuk menyelamatkan putrinya. Romi mengusap wajahnya bingung. Hari sudah mendekati pagi, ia tidak bisa tidur sama sekali memikirkan Kinan agar keluar dari tempat itu. Apa yang harus Romi lakukan, bagaimana Kinan saat ini. Terlalu sulit bagi Romi masuk sendiri ke dalam tempat dengan penjagaan ketat seperti itu. Romi menghela nafasnya berat menanti pagi agar segera datang. Ia tidak ingin menyia- nyiakan janji yang sudah di tetapkan pagi ini, untuk bertemu dengan pria bernama Darko yang Satya katakan adalah seorang mafia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN