Satya tiba di tempat yang Romi beritahu, Romi berdiri di luar mobilnya menghentikan mobil sport milik Satya. Satya keluar dari mobil, mendekati Romi yang sudah menunggunya sedari tadi.
"Ngapain loe disini?" Satya menatap Romi sambil bertolak pinggang di hadapannya. Romi hanya menatapnya datar lalu melirik mansion yang tak jauh dari mereka.
"Kamu bilang, kamu bertemu teman lama bersama pamannya yang seorang mafia?" Satya mengangguk menjawab ucapan Romi. "Lihatlah, ponsel Kinan berada di sekitar tempat ini. Aku rasa dia ada di dalam bangunan ini." Satya mengerutkan dahinya bingung.
"Maksud loe dia ada di mansion ini?" Romi mengangguk. "Tapi kenapa Kinan ada disana? Milik siapa mansion ini?" Satya menatap pagar beton yang tingginya melebihi tubuh mereka. Sulit untuk melihat ke dalam bangunan itu.
"Entahlah, aku hanya mengira saja. Tapi tidak mungkin ponsel Kinan ini ada disini, jika Kinan tidak ada disini. Apa kamu bisa menghubungi teman kamu itu? Siapa tahu ini adalah mansion milik pamannya!" Satya menatap Romi yang menganalisa semua sesuai instingnya. Ia berpikir sejenak lalu mengusap dagunya.
"Sebentar." Satya merogoh sakunya mengambil ponsel miliknya. Ia mencari kontak Samuel, bertanya pada pria itu. Satya memanggil Samuel dari ponselnya, namun tidak ada jawaban. Ia mencobanya kembali dan panggilan itu baru terangkat.
"Hallo." suara musik berbunyi keras menandakan jika Samuel berada di sebuah klub.
"Hallo Sam, ini aku Satya." suara keras itu tampak mereda, menandakan Samuel menjauhi keramaian.
"Siapa? Satya?"
"Ya, Satya." jawab Satya cepat.
"Ada apa Satya, kenapa menghubungiku, ada yang bisa aku bantu?"
"Kamu dimana?"
"Aku sedang berada di luar, biasa. Bersenang- senang!" jawab Samuel sambil terkekeh. Romi menatap lekat Satya yang sedang bicara pada Samuel. Romi tidak sabar menanti percakapan antara kedua pria itu. Ia menyuruh Satya untuk langsung pada poinnya.
"Apa kamu bersama Paman mu?" pertanyaan Satya membuat Samuel terdiam.
"Kenapa?"
"Tidak, aku hanya bertanya. Apa dia bersamamu?" tanya Satya lagi, karena Samuel belum menjawabnya.
"Tidak, mungkin dia sedang bersenang- senang. Ada apa?" tanya Samuel curiga.
"Kekasihku menghilang. Bisakah kamu membantuku Sam?"
"Kekasih yang sedang makan malam bersamamu tadi?" tanya Samuel lagi.
"Ya, apa kamu bisa membantuku?" tanya Satya serius.
"Aku akan membantu, katakan saja. Aku dengan senang hati membantunya!" ucap Samuel sambil tertawa di ujung teleponnya.
"Datanglah kesini, ke tempat alamat yang aku kirimkan." ucap Satya membuat Romi mengangguk.
"Baiklah, aku kesana. Pastikan kamu mengirim alamatnya!" panggilan itu terputus. Satya menatap Romi yang terlihat tenang. Pria itu benar- benar berwibawa, ia merasa beruntung ayah Kinan memperkerjakan pria itu untu menjaga kekasihnya.
"Apa kamu juga akan memberikan nyawamu untuk menjaga Kinan?" pertanyaan itu membuat Romi yang bersandar di mobil menatap ke arah Satya. Pria dengan tatapan serius itu menatap Satya, lalu berdiri menghadap Satya.
"Bila itu di perlukan, akan aku lakukan!" jawab Romi tegas. Satya cukup terkesan mendengarnya. Satya terkekeh mendengar ucapan Romi. Ia menepuk lengan Romi seakan mereka bersahabat dan sedekat itu.
"Tidak perlu, aku yang akan melakukannya. Cukup bantu aku mendapatkan Kinan ku kembali." Romi terdiam cukup lama, ia merasa Satya seperti sedang membual.
"Sebelum kamu melakukan itu, jangan melepaskan Kinan dari pandanganmu. Semua ini tidak akan terjadi!" Satya menatap Romi tak percaya. Ia seakan sedang di salahkan disini.
"Loe nyalahin gue," Satya mendekati Romi yang berdiri santai di hadapannya. "Udah gue bilang, kejadian itu terjadi tiba- tiba, karena gue pergi ke toilet." ucap Satya menjelaskan dengan wajah kesal. Romi menarik sudut bibirnya menatap Satya.
"Jika bukan karena Pak Juna, saya tidak akan biarkan dia pergi bersamamu!" ucap Romi menatap tajam Satya.
"Loe pikir loe siapa? Gue lebih berhak atas Kinan, dia kekasih gue. Gue gak butuh ijin loe untuk membawanya pergi!" Satya menatap sinis Romi yang hanya menghela nafasnya kasar. Ia tidak ingin membuang- buang waktunya dengan berdebat bersama Satya disini. Sejak tadi pikirannya kacau memikirkan Kinan di dalam sana, apa yang sedang gadis itu lakukan.
"Jangan merasa bangga, Pak Juna belum mengetahui jika putrinya menghilang karena kamu, apa aku harus merusak citramu di hadapan orang tua Kinan?" Satya mengepalkan tangannya menatap Romi yang terap tenang dalam berbicara. Satya menarik kerah baju Romi merasa geram.
"Dasar brengseek, loe pikir dia bakal percaya dengan kacung seperti loe, heh. Dia lebih percaya putrinya bersama gue. Loe pikir gue takut dengan cara loe mengancam seperti itu?" Satya terkekeh lalu melepaskan kerah baju Romi. Ia meludah di hadapan Romi yang hanya menatapnya datar. "Gue tahu sekarang? Loe suka sama kekasih gue? Heh?" Romi mengerjabkan matanya menatap Satya. Ia juga tidak tahu, apa perasaan melindungi ini lebih mendekati khawatir. Ia memang tidak tahu apa yang tengah dirinya rasakan. Yang pasti, Romi tidak akan membiarkan seseorang menyentuh Kinan, atau melukainya.
"May be!" jawab Romi dengan tatapan datar menatap Satya yang sudah terlihat kesal. Pria itu mengangkat tangannya menarik kerah baju Romi, hendak memukul wajah Romi. Tapi lampu mobil dari kejauhan menyinari keduanya, membuat Satya menurunkan tangannya. Mobil sport itu berhenti tepat di dekat keduanya. Samuel keluar dari mobil tersebut di ikuti para bodyguard lainnya yang keluar dari mobil di belakangnya.
"Kenapa kalian bisa ada disini?" tanya Samuel dengan tatapan heran.
"Aku sedang mencari kekasihku, dia ada di dalam mansion ini!" Samuel terdiam menatap Satya berbicara seperti itu. Bagaimana mungkin kekasih temannya ada disana.
"Kamu yakin Sat? Ini mansion milik paman ku?" ucap Samuel dengan wajah terkejut. Romi menatap Samuel, mendekati pria itu.
"Apa kamu bisa membantu kami masuk ke dalam mansion ini?" Samuel menatap Satya seolah bertanya siapa pria ini. Satya mengerti tatapan itu lalu memperkenalkan Romi.
"Dia pengawal pribadi kekasihku!" ucap Satya dengan wajah enggan menatap Romi. Samuel menganggukkan kepalanya mengerti. Ia mengusap dagunya berpikir.
"Kalian yakin, Kinan ada disini?" tanya Samuel lagi.
"Lihatlah, ini ponsel yang menunjukkan keberadaan Kinan. Aku sudah menyetelnya agar tersambung dengan ponselku!" Samuel tersenyum tipis menatap Romi. Tampaknya pria di hadapannya ini tidak mudah di bohongi. Samuel juga tidak begitu yakin dengan semua ini. Pasalnya Darko tidak pernah berbagi urusan perempuan dengan Samuel selain pekerjaan. Ia mengingat saat Darko berbicara pada Alex di restauran milik keluarganya. Mungkinkah itu perintah yang pamannya khususkan untuk mengambil kekasih temannya.
"Begini, bagaimana jika kita lupakan saja. Cukup sulit untuk masuk ke dalam, jika pamanku tidak mengijinkan kalian masuk!" jelas Samuel membuat rahang Romi mengeras. Tatapannya tajam menatap Samuel tanpa beralih sejak tadi.
"Kamu bisa bantu, atau tidak?" Romi bertanya dengan tatapan serius membuat Samuel tertawa.
"Come on, guys .... masih banyak wanita lain di Itali ini, aku akan memberikan kalian yang lebih dari kekasihmu. Ayolah, ini hanya persoalan sepele, kekasih mu juga akan bahagia jika dia benar- benar ada di dalam sana. Pamanku akan memanjakannya, sudahlah lupakan saja!" jawab Samuel enteng. Satya merasa kesal mendengar jawaban dari Samuel. Romi mendekati Samuel menarik kerah bajunya mendorong tubuh Samuel bersandar di mobil Satya, menekan lehernya kuat membuat anak buah Samuel mengacungkan senjata kearahnya.
"Kami tidak butuh omong kosongmu. Bawa kami masuk sekarang, atau kau tahu akibatnya!" Samuel mencoba melepaskan lengan kekar Romi yang terasa mencekiknya. Ia lebih takut pada senjata yang Romi todongkan di bagian perutnya. Dengan nafas terengah, ia mengangkat tangannya membuat para pengawalnya menurunkan senjatanya. Satya terkejut menatap Romi yang ternyata membawa senjata di tangannya.
"Oke, fine. Jauhkan senjatamu, aku akan membawamu masuk kedalam!" Romi menarik baju Samuel dengan kasar membawanya masuk ke dalam mobil miliknya. Samuel menatap para pengawalnya mengatakan tidak perlu menembak. Samuel masuk di dalam mobil Romi, dan diikuti Romi yang masuk disebelahnya sambil menghidupkan mobilnya. Satya mengikuti Romi dengan masuk ke dalam mobil milik Romi. Ia akan ikut masuk kesana, melihat apa yang terjadi. Romi tetap menodongkan senjatanya di kepala Samuel hingga masuk di pintu utama mansion itu. Para penjaga melihat Samuel, sedikit berbicara dengan bahasa Itali. Romi membuka kancing kemeja miliknya karena terasa sesak. Mereka masuk ke dalam mansion yang begitu banyak pengawalan di setiap sudutnya. Bahkan mereka semua membawa senjata di setiap pengawalannya. Romi menghela nafasnya berat. Ia merasa tidak mungkin bisa keluar dari tempat itu jika tidak bicara baik- baik.
Mereka berhenti di depan mansion mewah itu, Samuel keluar dari mobil tersebut diikuti Satya dan Romi. Ia memasukkan senjatanya di balik tubuhnya. Karena kedatangan mereka bersama Samuel, Romi dan Satya bebas dari pemeriksaan senjata. Mereka masuk ke dalam mansion itu dan bertemu dengan Alex. Pria yang bekerja dengan Darko itu menatap lekat ke arah Satya dan Romi yang berjalan di belakang Samuel.
"Jika ada kesempatan, pergilah lebih dulu bersama Kinan. Aku akan menahan mereka, nanti!" ucap Romi tanpa menatap Satya. Satya yang mendengar hal itu menoleh memandang Romi yang berbicara tanpa menatapnya. Satya merasakan aura di tempat itu cukup tegang dan menakutkan. Ia merasa tidak sanggup jika harus melawan semua orang disana. Tapi pria di sampingnya ini masih terlihat tenang.
"Bagaimana denganmu?" Satya berbisik di samping Romi. Romi tidak menjawab, ia memfokuskan sekelilingnya. Melihat beberapa orang yang ada di dalam ruangan itu, sedang melakukan pengawalan.
"Alex, dimana Paman?" suara Samuel membuat Romi menatap Alex, pria yang ada di hadapannya. Alex menatap Romi dan Satya bergantian.
"Siapa mereka?" pria tidak berkepala botak itu tidak menjawab ucapan Samuel. Tatapannya menyelidik ke arah Romi dan Satya.
"Mereka temanku!" jawab Samuel dengan nada cepat.
"Kembalilah besok, Mr. Darko tidak bisa di ganggu malam ini!" Romi menatap sekeliling ruangan itu, tatapan Romi membuat Alex menatapnya. Romi mengerti jika pria itu mencurigainya, Romi menundukkan tatapannya mencari aman.
"Kapan kami bisa menemuinya?" suara Romi bertanya membuat Alex menatap ke arahnya.
"Apa kalian memiliki keperluan yang penting? Jika itu bisnis, kalian bisa kembali besok. Akan aku sampaikan pada Mr. Darko." Romi merasa tidak puas dengan semua ini. Tapi ia tidak bisa memaksakan apa yang sedang terjadi. Ia tidak ingin mati secepat itu, melihat pria yang berada di hadapannya tentu bukan pria biasa.
"Baiklah, kami akan kembali besok." jawab Romi, dan Satya tampak tidak ingin. Tapi Romi memberi isyarat pada pria itu agar tidak bicara.
"Tentu, aku akan menghubungimu melalui Samuel!" jawab Alex memberitahu.
"Baiklah, Tuan Samuel, anda bisa mengantarkan kami keluar?" Romi memohon pada Samuel untuk pergi bersamanya. Samuel terlihat enggan, namun tatapan Romi membuatnya mengikuti mereka berdua.
"Oke baiklah, Alex, aku akan mengantar mereka sampai depan." pria bernama Alex itu hanya mengangguk singkat. Mereka keluar dari mansion tersebut. Romi menatap bangunan kokoh itu, apa yang harus ia lakukan, ia tidak bisa melakukan apapun dengan gegabah. Jika ia mati, Kinan akan berakhir disana selamanya. Romi mengusap wajahnya kasar melangkah keluar dengan harapan jika Samuel bisa membantunya menemukan Kinan, dan itu harus Romi pastikan.