Rumah baru

1616 Kata
Sesuai yang di katakan Romi, setelah selesai pulang dari kampusnya Kinan dan Romi sudah berada di kawasan perumahan yang cukup elit. Kinan hanya bertukar kabar pada Satya karena tak sempat menemui pria itu akibat Romi yang tidak bisa di bantah dan meminta Kinan untuk membereskan barang- barang pribadinya sendiri. Selebihnya sudah Romi yang urus semua. Kinan hanya membawa dua koper berisi barang- barang pribadinya dan baju yang sering ia gunakan. Kinan keluar dari mobilnya dan melihat rumah yang cukup besar berada di hadapannya. Ia menatap Romi yang berdiri di belakangnya. "Kita tinggal disini?" Kinan menatap Romi lalu pria itu mengangguk singkat. Pria itu menggeret koper Kinan lalu mendekati pintu dan membuka rumah itu dengan kuncinya. Kinan mengikuti Romi masuk ke dalam rumah yang menurutnya cukup besar tersebut. Kinan memperhatikan sekeliling rumah yang sudah rapi berisi furniture dan juga alat lainnya. Mereka tinggal masuk dan membawa barang pribadi saja. Cukup mengesankan, dan sepertinya sang ayah memang memiliki uang yang banyak untuk menghidupi Kinan di luar negeri seperti ini. "Dimana kamarku?" Romi yang tengah berada di dapur menoleh menatap Kinan yang berdiri di ambang pintu. "Kamar utama, yang paling besar, itu kamar Nona?" Kinan mengangguk- anggukkan kepalanya mengerti. Ia menatap Romi yang sepertinya tengah membuat kopi instan. "Lalu?" Romi menatap Kinan yang masih berdiri di sana dengan bergerak gelisah, Romi menautkan alisnya tampak bertanya. "Lalu dimana kamarmu?" Romi menjilat bibirnya yang berbekas buih kopi yang ia minum, ia mendekati Kinan menatapnya lekat sambil memegang secangkir kopi. Romi mengangkat tangannya membuat Kinan reflek memejamkan matanya. Romi menarik sudut bibirnya tersenyum, namun sedetik kemudian ia merubahnya menjadi datar karena Kinan membuka matanya sedikit dan menyipitkannya menatap Romi. Pria itu menyentil kening Kinan dengan telunjuk dan ibu jarinya membuat gadis itu meringis dan mengusap keningnya. "Ihh, Romi sakit, aku bakalan laporin ke Papa kalau kamu suka melakukan kekerasan kepadaku!" Romi hanya menatap Kinan datar meskipun Kinan mengancamnya dengan embel- embel sang ayah. "Pikiran apa itu?" Kinan mengerutkan dahinya menatap Romi. "Apa?" lagi- lagi Romi menoyor kepala Kinan. "Apa Nona kira kita akan benar- benar tinggal bersama!" Kinan menatap Romi terkejut mendengar ucapan pria itu. Kinan menggaruk kepalanya bergerak bingung. "Tidak, aku hanya bertanya!" Kinan menatap Romi sinis lalu berbalik meninggalkan pria itu. "Bertanya dimana kamarku?" Romi kembali berbicara membuat Kinan mendesis kesal. "Terserah, kalau memang kamu tidak tinggal bersamaku, pergilah. Jangan berada disini, aku mau mandi, lagi pula pekerjaan mu sudah selesai?" Romi mengangkat gelas berisi kopi di tangannya sambil menatap Kinan. "Kopiku belum habis!" Kinan menghela nafasnya panjang. Mengadahkan kepalanya mengumpat dalam hati mengapa sang ayah memiliki asisten yang sangat menyebalkan. "Habiskan cepat, aku tidak ingin melihatmu saat aku selesai mandi!" Kinan berjalan ke kamar yang masih berada di lantai itu juga, membuka pintunya melirik Romi sinis lalu masuk ke dalam kamar dengan tatapan permusuhan. Kinan masuk ke dalam kamar tersebut tanpa mengunci pintu kamarnya. Kinan memperhatikan isi kamar tersebut dan tersenyum melihat kamar dengan ranjang yang empuk, ia meletakkan begitu saja kopernya, ia akan menyusunnya nanti. Kinan merebahkan tubuhnya merasakan lembut dan hangatnya selimut yang terpasang di ranjang tersebut. Ia merasakan kenikmatan dan terlena dalam tidurnya. Romi tersenyum tipis lalu duduk di sofa membuka iPad nya lalu mulai sibuk dengan pekerjaannya. Sudah hampir satu jam namun Kinan tidak juga keluar dari kamarnya, Romi mengerutkan dahinya merasa aneh, ia meletakkan iPad nya lalu berdiri mendekati kamar Kinan. Tok Tok Tok "Nona, anda di dalam?" panggil Romi pelan namun tidak ada jawaban. Ia menatap handle pintu merasa ragu untuk membukanya. Karena sejauh ini, meskipun ia asisten pribadi Kinan, ia tidak di benarkan untuk masuk ke dalam kamar Kinan. Romi menatap handle pintu itu lalu menghela nafasnya. Ia berbalik dan duduk kembali di sofa yang ia duduki tadi. Tapi rasa khawatir dan curiga menghantuinya. Romi memberanikan diri membuka pintu kamar itu dengan mengetuknya kembali. "Nona, anda di dalam? Anda baik- baik saja?" tetap tidak ada jawaban, ia membuka pintu itu dengan gerakan pelan melihat apa yang terjadi di dalam kamar yang hening itu. Ternyata Kinan sedang tertidur pulas di ranjang tersebut membuat Romi menghela nafasnya lega. Ia tersenyum lalu keluar dari kamar itu membiarkan pintunya terbuka sedikit untuk memantau keadaan Kinan. Romi kembali memegang iPad nya melakukan pekerjaan lain yang Juna perintahkan untuknya. Kinan menggeliat merenggangkan ototnya terbangun dari tidurnya. Ia menguap melihat sekelilingnya tampak masih sama. Kinan meraih ponselnya melihat jam dan ternyata hampir petang, ia sudah janji pada Satya akan bertemu dengan pria itu nanti. Kinan malah tertidur di kamarnya bukan malah mandi dan bersiap. Romi melihat pergerakan Kinan yang sudah terbangun dari tidurnya, gadis itu tengah terduduk dan tampak sedang mengumpulkan nyawanya dari tidurnya. Kinan bergerak membuka bajunya membuat Romi memalingkan tatapannya dari arah kamar tersebut. Sungguh ia tidak bermaksud mengintip Kinan, ia membuka pintu itu hanya sedikit saja, untuk memperhatikan Kinan bukan untuk mengintipnya. Tapi mengapa Romi bisa melihat dengan jelas Kinan menggunakan bra berwarna hitam. Ia memfokuskan pandangannya pada iPad yang ada di tangannya, namun Romi tetaplah pria normal, ia mencuri pandang ke arah kamar Kinan dan bisa melihat Kinan sudah membuka bra hitamnya. Tinggal lah punggung putih polos yang terlihat membuat Romi menghela nafasnya kasar. "Owhh, s**t!" Romi mengacak rambutnya berdiri menghadap jendela, membelakangi Kinan. Ia memejamkan matanya, mengusap wajahnya kesal, berpikir kapan ia terakhir kali menjalin hubungan dengan seorang wanita. Romi bahkan sudah lupa, di usianya yang mendekati 35 tahun ia tetap sendiri dan tidak pernah berurusan dengan yang namanya seorang wanita. Cukup lama Romi berdiri disana, lalu berbalik melihat ke arah kamar Kinan, ia mendekati kamar itu lalu melihat ke arah dalam tidak mendapati Kinan disana. Ia menarik pintu kamar Kinan lalu menutupnya rapat- rapat. Kinan membasahi rambutnya, lalu keluar kamar mandi menggunakan handuk, ia membongkar kopernya mencari pakaian yang akan ia kenakan. Kinan bersenandung kecil sambil menggunakan baju yang ia pilih, Kinan sedikit berdandan sambil mengeringkan rambutnya. Ia hanya menggunakan kaos dan hot pants, baju yang Kinan kenakan bahkan menutupi hot pants yang ia kenakan karena memang terlalu pendek. Kinan memang sengaja menggunakan celana pendek itu karena berada di rumah sendiri. Gadis itu selalu menggunakan baju yang santai dan nyaman saat berada di rumahnya. Toh, ia hanya berada sendiri, tidak ada orang lain jadi tidak perlu takut. Namun tidak dengan sekarang, Kinan menatap terkejut Romi yang masih duduk santai di sofa rumahnya dengan iPad di tangannya sambil bersandar santai menatap layar persegi di tangannya. Romi mengangkat kepalanya menatap Kinan yang keluar dari kamarnya. Kinan membeku, kenapa Romi masih berada di kamarnya. "K-kamu, kenapa masih disini?" tanya Kinan dengan wajah terkejut. "Saya menunggu Nona sampai selesai mandi!" Kinan menatap Romi dengan kesal, ia tak nyaman jika Romi masih berada disana. Romi bisa melihat gadis itu hanya menggunakan baju tanpa celana, karena kakinya tampak telanjang menunjukkan kulit putih mulusnya. "Saya akan pulang, rumah saya berada tepat di sebelah rumah ini, itu!" Romi menunjuk rumah yang bisa langsung tampak dari jendela rumah Kinan, Kinan menatap kemana arah tunjuk Romi. "Kalau sudah tahu, kenapa masih disini? Udah sana pulang!" usir Kinan yang memasang wajah sewot lalu masuk kedalam dapur, Romi melirik mengikuti Kinan ke dapur. "Di lemari es ada makanan siap saji, Nona bisa langsung memanaskan kalau lapar!" ucap Romi lagi memberitahu, Kinan hanya mengangguk tampak sibuk membuat cokelat panas. Kinan tidak pernah merisaukan akan makan apa, ia jago masak, apa saja bisa di sulap jadi masakan olehnya. "Oke!" jawab Kinan singkat. "Saya pulang!" Kinan mengangguk tanpa menatap ke arah Romi. Romi mengambil barang- barangnya lalu bersiap pulang ke rumahnya. Bunyi bel rumah Kinan membuat langkah Romi terhenti, Kinan berjalan ke ruang utama menatap Romi yang berdiri di depan pintu. "Siapa?" tanya gadis itu pada Romi. "Saya tidak tahu, apa Nona memberitahu alamat rumah ini pada seseorang, atau Nona sedang menunggu seseorang tamu?" Kinan berpikir sejenak sambil memegang segelas cokelat panas ditangannya. "Ahh, ya aku ingat. Itu pasti Satya, aku memberikan alamat rumah ini padanya!" Romi sedikit terkejut, Kinan meletakkan minumannya di meja sofa dan berjalan mendekati Romi, Kinan membuka tirai jendela dan melihat Satya berdiri di depan rumahnya. Kinan memutar handle pintu, dengan cepat Romi memegang tangan Kinan menghentikan gerakan Kinan. Kinan menatap Romi dengan dahi berkerut. "Lepas Romi, kamu juga melarang Satya masuk kedalam rumahku?" tanya Kinan dengan nada kesal pada Romi. "Biar aku yang buka, Nona masuklah ke kamar!" Kinan mengernyitkan dahinya menatap Romi aneh. "Kenapa masuk ke kamar, ini rumah aku Romi. Kamu itu hanya asisten aku, jangan bersikap seperti orang tua, come on, ini Itali, bukan Indonesia!" Romi menghela nafasnya menatap Kinan lekat. "Masuk lah Nona, aku tidak ingin pria lain menatapmu dengan pakaian seperti itu!" Kinan mengerutkan dahinya menatap Romi lalu menatap dirinya sendiri menilai penampilannya, ia memang menggunakan celana yang sangat pendek. Ia lupa dengan itu, Kinan mengangkat wajahnya menatap Romi lalu tersenyum kaku. "Oke, baiklah. Aku akan menggunakan celanaku, tapi jangan mengusirnya pulang!" Romi tak menjawab, ia hanya memberikan tatapan datarnya pada Kinan. Kinan berlari kecil menuju kamarnya. Romi sendiri menarik nafasnya lalu membuka pintu rumah tersebut, membukakan pintu tersebut untuk tamu yang tidak berhenti menekan bel nya. "Kau, sedang apa kau disini?" Satya memasang wajah tak bersahabat menatap Romi di hadapannya. "Masuklah!" Romi membuka pintu lebih lebar, mengabaikan pertanyaan Satya. Pria itu masuk dengan wajah kesal, lalu di sambut Kinan yang keluar dari kamarnya. "Chef Satya, duduk Chef." Kinan mendekati Satya yang berdiri menatap Romi. Pria itu mengalihkan tatapannya menatap Kinan yang sudah berpakaian rapi, cukup membuat Romi sedikit tenang. Kinan melirik pria berwajah datar itu seolah ingin berbicara pada Romi. Kinan menggerakkan tangannya mengusir Romi untuk keluar dari rumah Kinan. Romi tak menanggapi hal itu, ia mengambil barang- barangnya lalu menatap Kinan. "Saya kembali Nona!" Kinan menarik sudut bibirnya lebar tersenyum senang. "Silahkan, hati- hati Romi!" Romi tak menanggapi, ia hanya menatap Satya yang sudah duduk di sofa bersama Kinan, Satya tampak mengulum senyumnya melihat kepergian Romi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN