SETANGKAI LILI UNTUK ALICIA

1154 Kata
Pagi itu terasa aneh, banyak mobil di Kastil Tuan Tanah. Takut sesuatu terjadi pada majikannya ALicia mengangkat roknya berlari menaiki tangga menuju bangunan utama. Mengingat terkahir kali dia meninggalkan Kastil itu, Malik dalam keadaan tidak baik. Baru melangkah di halaman kastil di mana air mancur berada, ada penjagaan ketat di pintu masuk kastil. Penjaga itu adalah penjaga sewaan yang pastinya bukan berasal dari lembah rawa. Alicia menghampiri Marcus yang berada di depan pintu "Ada apa Marcus ?" Marcus berjaga dengan rivolver di tangannya, wajahnya kaku dan dingin. "Minggir ! Tidak ada yang boleh masuk kastil" suara suram Marcus tidak membuat Alicia takut "Apakah sesuatu terjadi pada tuan muda ?" Alicia tidak peduli dengan Marcus, dia cemas dengan kondisi Malik. Reaksi Marcus di luar perkiraan Alicia, dia justru menodong Alicia dengan revolvernya "Minggir !" Alicia menelan ludah melihat mencong rivolver berada di dahinya "Minggir kataku !" Marcus menekan suaranya Alicia sudah tidak bisa keras kepala lagi. Dia memang harus keluar menyingkir dari sana. Dengan langkah terseret-seret di menyingkir ke istal. Beberapa pegawai berkumpul di belakang gedung, beberapa dari mereka membawa tas untuk pergi. "Ada apa ?" Alicia menghampiri Lula "Aku mau ke Perbatasan, kita diberikan libur. Ada sesuatu. Tapi entahlah aku tidak peduli. Yang penti mereka tidak memotong uangku" Lula sendiri sudah siap meninggalkan kastil tuan tanah beserta beberapa juru masak lainnya. Alicia menengadah melihat kamar Malik yang masih tertutup. Pintu bagian belakang tertutup di jaga oleh seorang penjaga bersenjata. Bertepatan dengan itu Lucia membuka pintu. Dia memanggil Alicia dengan gerakan tangan. "Lucia apa yang terjadi, apa Tuan muda baik baik saja ? Bagaimana Aida kecil ? Kulihat pengasuhnya tidak dibiarkan masuk, Lucia apa yang terjadi ?" ALicia tidak bisa membendung lagi rasa penasarannya "Aku sungguh khawatir Lucia" "Ini" dia menyerahkan sekantong penuh kepingan logam "Nyonya. mengatakan, kamu tidak perlu lagi bekerja di sini" Alicia terpaku memandangi kantong berwarna merah tua yang kini sudah berpindah ke tangannya. "Tuan Muda akan pindah ke sekolah berasrama di Kota, kami tidak butuh kamu lagi" Dia berdaham, dagunya terangkat sombong "Nyonya mengucapkan terimakasih padamu, dia harap kepingan logam yang diberinya setara dengan pengabdianmu selama ini" Alicia masih tidak bisa berkata-kata "Bolehkah aku bertemu Malik sebelum dia pergi" "Tidak, dia dalam kondisi tidak baik" Alicia menyentuh lengan Lucia dengan kecemasan yang sudah dipuncak Lucia menepis tangan Alicia dengan kasar, dia mendengus dan mengangkat dagunya lebih tinggi. "Komohon Lucia, sekali saja. Aku sudah bersamanya enam tahun ini. Aku bermain bersamanya, aku sudah membantumu mengurusnya, tolong izinkan aku berpamitan dengannya" Alis Lucia berkedut, terlihat terganggu "Kau tidak pantas berkata seperti itu, seakan-akan nyonya dan Tuan tidak pernah memberimu kepingan logam ! Ketahuilah tempatmu di masyarakat Alicia, bahkan seharusnya Tuan Muda seperti Malik tidak pantas bermain dengan anak tak berorang tua sepertimu apalagi kamu berdarah Chang !" Alicia tahu dia tidak punya kesempatan lagi, dia mundur mengangguk dengan wajah getir menerima cacian Lucia. Diingatkan berulang kali tentang siapa dirinya memeras seluruh energinya. Apakah sehina itu sampai dia tidak layak hidup ? "Katakan pada Tuan Muda semoga lekas sembuh dan..." Alicia terdiam tadinya dia merasa terlalu hina untuk mengatakan itu tapi bukankah dia juga manusia dan memiliki perasaan yang sama dengan manusia lainnya ? "Katakan aku akan merindukannya" Lucia menggeleng-geleng malas menanggapi, dia berbalik pergi dan menutup pintu. Alicia hanya bisa melihat pintu yang tertutup. Lalu penjaga datang dan mendorongnya menjauhi pintu dengan kasar. "Hei" Lake hampir meninju penjaga itu karena mendorong Alicia " Tidak apa-apa Alicia ?" tanyanya membantu Alicia berdiri "Tidak" suara Alicia sudah parau "Kamu menangis ? Apa yang dikatakan Lucia padamu ?" Lake mendengus "Perempuan itu memang penyihir" Alicia menggeleng tapi air matanya sudah melintasi pipinya "Aku harap tuan muda selalu sehat" katanya dengan parau. Tanpa sadar Lake jadi memeluk Alicia karena tidak kuasa melihat gadis itu menangis, dia tahu Alicia adalah perempuan yang tegar. *** Sakina bisa melihat raut wajah sedih Alicia sepanjang hari itu. Alicia terlihat murung, dan sesekali dia menyeka air matanya, entah apa yang ada dipikirannya. Sakina takut kalau kesedihannya ini dikarenakan perjodohan yang diajukan kakek Didi. Setelah urusan panti dan memastikan keperluan kakek Didi lengkap, Sakina mengetuk kamar Alicia. Dia ingin sedikit berbincang dengan adiknya itu. "Mau jalan-jalan ?" Alicia terlihat malas "Banyak kunang-kunang" Alicia menggeleng "Aku lelah Sakina aku mau tidur saja" wajah Alicia tidak terlihat mengantuk, hanya bengkak karena menangis. Tiba-tiba saja, Pandangan Alicia tertuju jauh di belakang pundak Sakina, Alicia menyipitkan matanya "Kamu kah itu Malik ?" tanya ALicia dengan suara lebih tinggi. Sakina ikut berbalik melihat sosok bocah remaja yang berdiri di ambang tugu masuk panti asuhan. "Mau apa dia kemari ?" Sakina bertanya pada Alicia Alicia tidak lagi menghiraukan Sakina. Sakina langsung tahu sumber diam dan sedih adiknya berasal dari bocah itu. Alicia berlari menghampiri Malik "Oh Pualam aku sangat menghatirkanmu" Alicia menghela nafas dalam, hampir saja dia memeluk Malik, tapi tahu bocah itu tidak sudi di sentuh Alicia dia selalu merasa Alicia kotor. Malik sedingin es, begitulah Malik. Dia menatap Alicia tanpa berkedip. Alicia memperhatikan tangan Malik yang dibalut perban. Dan di dahinya terbentuk bekas luka yang menonjol, luka itu pasti sudah disembuhkan dengan daun api Sang Juru Kunci "Kau baik-baik saja Malik ?" ulang Alicia, Malik mengangguk. Malik memberikan setangkai bunga Lili untuk Alicia "Katanya kamu suka Lili" Alicia mengambilnya dengan canggung. Malik tidak pernah berlaku manis. Ini sedikit aneh. "Apa yang sebenarnya terjadi ? Kamu bisa menceritakan semuanya padaku Malik, aku sungguh-sungguh hawatir padamu" Alicia tidak bisa membohongi siapapun tentang betapa khawatirnya dia pada Malik. "Kata mereka aku sakit" dia terdiam sejenak, melihat ke balik pundak Alicia sebelum kembali menyentuh mata Alicia dengan tatapan tajamnya "Aku harus pindah sekolah dan fokus pada penyakitku, begitu mami mengatakanya" Air mata Sakina mengalir, dia mengasiahani Malik, rasanya dia ingin merawat Malik, menjaganya sampai dia sembuh "Aku tidak mau kamu sakit. Aku mau kamu selalu sehat dan tetap dijaga pualam" Malik terkekeh "Sudahlah Alicia, seandainya aku bisa mati saja demi lari dari rasa sakit ini aku akan mati" "Jangan berkata begitu !" Alicia menghentakkan kakinya merasa sedih dengan ucapan Malik "kamu akan sembuh, itulah yang dikatakan papimu ketika mereka bertengkar pagi lalu" tapi Alicia tidak menjelaskan tentang "taring" yang dimaksut dalam pertengkaran ny. Lyan dan Tn. Hasan MAlik menghela nafas malas "Mungkin aku tidak harus sembuh" senyumnya culas dan terasa asing bagi Alicia, dia mundur menyesapi kegelapan malam hanya yang terlihat separuh wajahnya saja yang diterangi lentera kecil yang terpasang di tembok tugu "Aku harus berdamai dengan semua rasa sakit ini" Lalu senyumnya menghilang, dia kembali berwajah dingin "Selamat tinggal Alicia" Malik berbalik "Sering-seringlah kemari Malik, aku akan bersurat padamu, Malik aku akan segera menikah, aku akan menceritakanmu kehidupanku akau akan menyuratimu" Alicia terus berkata-kata tapi Malik terus pergi tanpa menoleh, dia hilang di undakan geng sempit. Desa serbang danau memang memiliki ciri khas dengan rumah-rumah yang saling berhimpit dan gang-gang yang sempit "MALIK.." teriak Alicia tapi Malik tidak kembali. Malik sudah pergi hari itu. Alicia melihat setangkai bunga Lili yang diberikan Malik "Aku benci selamat tinggal" ujarnya pada bunga itu
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN