NYANYIAN ALICIA

1351 Kata
Hasan Kuswardi, mendatangi Alicia dan kakeknya. Memberikan pelukan hangan pada kakek Didi. Tidak perlu dijelaskan lagi seperti apa wajah yang tidak menua milik Hasan Kuswardi. Wajahnya menggariskan ketegasan, bahwa dia laki-laki bersahaja. Topinya diletakkan di meja, kakinya di silangkan sambil mengisap cerutu. Dia sungguh bergaya orang kaya. Alicia merasa terasing dari pembicaraan Kakek Didi dan Tuan Hasan, mereka membicarakan seseorang bernama Kemuning, yang kini tinggal di perbatasan. Hasan juga menyampaikan bahwa dia dan istrinya mungkin akan pergi jauh untuk mencarikan obat buat Malik. Sayangnya mereka tidak membicarakan sedang sakit apa Malik. Tidak lama Malik turun bersama Nyonya Lyan. Alicia tidak bisa menyembunyikan kekagumannya melihat kecantikan Nyonya Lyan. Nyonya Lyan dulu berpenampilan sederhana, kini dia terlihat sangat "Nyonya Tanah" "PAPI, APA KITA AKAN PERGI KE KOTA ?" suara Malik cempreng, melengking. Mambangunkan Alicia dari lamunannya. Malik menuruni tangga dengan melompati dua anak tangga sekaligus. Dengan gerakan ringan seakan melayang, suara kakinya hampir tak terdengar menyntuh ubin kayu. Semakin buruk saja firasat Alicia, begitu melihat Malik. "Tidak anakku, kamu akan kedatangan guru membacamu hari ini" Alicia menyadari diapun masih tertatih-tatih dalam menulis dan membaca akibat keterbatasan mereka belajar di panti. Alicia kagum dengan Malik yang sudah belajar membaca dan menulis pada umur sekecil itu. "Dan kamu kedatangan pengasuhmu" Alicia memaksa senyumnya pada Malik. Malik terhenti di ujung anak tangga. Memiringkan kepalanya melihat Alicia dari kaki sampai kepala "Tidak salah papi ? dia kotor sekali" Jantung Alicia berdegup, dia ingin pulang. Dia tahu dia memakai pakaian yang kumal. Tapi versi dirinya ini adalah pakaian terbaiknya. "Dia sangat baik Malik, dia pandai bernyanyi, dia mengurusi banyak hal di panti" jelas kakek Didi. Malik memonyongkan bibir sambil menggeleng-geleng "Anak Panti, mereka..." "Malik !" Hasan menatap tajam pada bocahnya itu "Duduk disini, berkenalanlah dengan baik. Seperti seorang pria !" Nyonya Lyan merangkul Malik, mereka duduk saling apit selayaknya foto hitam putih yang dilihat Alicia. Bukan cuma Malik yang keherannya pada Alicia, Nyonya Lyan tidak lepas pandangannya melihat Alicia "Dia orang Chang paman ?" Berarti Nyonya Lyan tidak mengingat wajah Alicia ketika dia kecil dulu, memang dia banyak berubah. Ketika Nyonya Lyan bertemu dengan Alicia, dia tengah sakit. Tubuhnya kurus hanya perutnyalah yang besar. Lalu nyonya Lyan yang kala itu adalah seorang juru kunci mengganti namanya dari Rosa menjadi Alicia. Alicia tidak ingin mengungkit hal itu agar supaya nyonya Lyan ingat siapa dirinya. Meski dia anak yatim, dia benci dikasihani orang. "Iya mungkin dia orang Chang, karena itulah dia masih di panti, selain itu dia menyukai berada di panti dengan kakak-kakak dan adik-adiknya" Kakek menepuk-nepuk punggung tangan Alicia "Ada apa dengan pipi dan hidungmu ? Apa mereka selalu semerah itu ?" Celetukkan Malik semakin membuat Alicia bersemu. "Mereka bilang aku orang Chang " akunya sangat polos, sampai Hasan tersenyum kecil Dahi Malik berkedut. Ketika ada istri dan anaknya, Tuan Hasan meletakkan cerutunya, takut asap cerutu itu menganggu kesayangannya. Malik memukul-mukul lengan ayahnya "Papi apa itu orang Chang ?" Hasan menelik ke langit-langit, berusaha memberikan informasi seusai dengan kapasitan anak umur tujuh tahun. Tapi karena Malik adalah anak yang cerdas dia hanya bisa bilang "Ada sebuah buku berjudul DATARAN, Papi lupa menyimpannya dimana. Nanti papi akan meminta Lucia untuk mencarikannya, lalu kamu bisa menemukan jawabannya di buku itu, kamu bisa membaca buku itu bersama Alicia. Sambil bermain, bukankah itu kesukaanmu ? belajar sambil bermain ?" Malik melihat Alicia. Sekecil itu tapi dia bisa memberikan tatapan menuduh pada Alicia, Alicia yakin selanjutnya kehidupannya akan dikendalikan oleh bocah ini "Apa kamu bisa membaca ?" tanyanya dengan nada merendahkan Alicia melihat kakek didi, ragu-ragu pada kemampuannya membaca "Hanya sedikit, tapi aku bisa bernyanyi untukmu" Nyonya Lyan merangkul buah hatinya "Pasti sangat menyenangkan bermain bersama Alicia Malik. Dia terlihat sangat pandai" "Terserah mami saja" Malik berdiri dari duduknya "Aku mau melihat Alaska dulu, aku mau mengerjainya" lalu dia lompat berlari. Lucia berlari mengikuti bocah itu, mengangkat gaunnya tinggi-tinggi. Nyonya Lyan menghela nafas dalam melihat anaknya "Paman" dia melihat kakek Didi dengan penuh kasih sayang "Paman oh, aku merasa jadi keponakan yang berdosa sekali tidak pernah menyempatkan diri bertemu denganmu, hanya surat-suratlah yang bisa mewakili diriku" "Kesayanganku, Lyanku yang manis. Pamanmu ini banyak sekali yang menjaga. Salah satunya dia" Paman Didi merangkul Alicia "Terlalu banyak yang menghawatirkan tidak membuatku bebas. Mangkanya aku mengirimnya ke sini untuk cucuku tercinta" Nyonya Lyan tersenyum pada Alicia, Nyonya Lyan menarik tangan Alicia "Terimakasih sayang sudah bersedia menemani Malik" Alicia tersipu merasa tidak pantas diperlakukan semanis itu oleh Nyonya Lyan "Malik akan banyak merepotkanmu, meski kata-katanya suka tajam. Tapi dia anak yang sangat manis" "Iya Nyonya, aku mengerti" Alicia mengangguk "Seperti yang sudah kuceritakan padamu Didi, aku dan Lyan akan berpergian untuk waktu yang belum kami tahu sampai kapan-nya. Kami sudah mempersiapkan semuanya. Aku akan dibantu oleh Pendi, Riang dan Kemuning" Kakek Didi mengangguk "Lyan" dia melihat istrinya, lalu di raihnya tangan istrinya. Tubuh Hasan seakan punya magnet yang membuat Nyonya Lyan menggeser tubuhnya ke sisi suaminya hingga tangan Hasan bisa merangkulnya "Dia meyakini penyakit Malik, sudah terlihat tanda-tandanya" Alicia memperhatikan raut wajah kakek didi yang menjadi terpukul, seperti setengah usianya telah direnggut. Dia diam sejenak untuk mencerna informasi itu. Malik sakit apa ? "Alicia pergilah keluar. Cobalah untuk berkenalan dengan Malik" perintah Hasan pada Alicia. Pasti ada sesuatu yang penting yang tidak bisa didengarkan oleh anak umur empat belas tahun. Aliciapun pantuh, dia keluar meninggalkan kastil untuk menyusul Malik. Meski kepalanya masih dipenuhi pertanyaan "Sakit apa bocah itu ?" Alicia berfikir Malik sedang berimain di kandang, tapi ternyata Alicia tidak berhasil menemukannya. Alicia bertemu dengan seorang pelayan dan bertanya dimana Malik. Pelayan itu melihatnya dengan jijik, tapi tetap menjawab Alicia. "Di taman belakang, dia sedang bersama Nenek Sihir " Alicia melihat dari jarak jauh, Malik sedang berusaha menyusun batu dari yang terbesar sampai terkecil "Kamu harus makan Tuan Muda" Lucia kewalahan meminta Malik untuk memakan sarapannya. Sementara Malik sangat kesal karena Lucia menjatuhkan batunya "ENYAH SAJA LUCIA" teriak Malik, pada seorang wanita yang seumuran dengan ibunya, seharusnya dia tidak berkata kasar pada orang yang lebih tua, tidak peduli siapa orang itu. "Malik" Alicia mengumpulkan keberaniannya untuk menyapa Malik Malik terlihat terusik dengan kedatangan Alicia. Lucia melihat Alicia dan menyerahkan mangkok berisi sarapan Malik "Berikan, kepalaku pusing !" Luciapun meninggalkan Alicia dan Malik berdua saja. "Kalo kamu bisa menyusun batu-batu ini, aku mau makan. Lucia payah" Alicia tanpa berdebat melakukan apa yang diperintahkan Malik, dia menyusun batu batu beberapa kali dan terus gagal. Dia memang tidak memiliki kemampuan menyusun batu-batu itu. "Kamu tahu kalau kamu terlihat tidak layak Alicia !" Bernianya dia bicara tentang layak dan tikda, dia cuma bocah yang hanya seukuran bahu Alicia "Mereka mengirimmu ke sini, agar aku melupakan orang tuaku kan ?" Malik terduduk lemah tak berdaya di antara rerumputan. Alicia duduk berhadapan dengannya. "Memang aku sakit apa Alicia ?" tanya Malik, dia terisak sedih, tidak mengerti dengan apa yang sedang dia hadapi dan apa yang disembunyikan orang tuanya padanya "Apa mereka ingin membuangku, aku tidak mau jadi sepertimu berakhir di panti" "Oh Malik" Alicia tiba-tiba merasa sangat sedih dengan Malik "Malik, orang-orang dewasa memang selalu memiliki rencana. Percayalah mereka sedang mengusahakan yang paling baik untukmu" Malik menyeka air matanya "Apakah kamu tahu lagu lembah berasal dari seorang anak yang dibuang ibunya ? lalu lembah memberikannya kehidupan ?" Malik menggeleng. Cerita mitos memang selalu berputar di kalangan orang-orang miskin, orang kaya lebih mempercayai sesuatu yang berhubungan dengan perhitungan, metode dan teori. Tapi motos selalu ada, selama kaki mereka masih menyentuh tanah lembah ini. Lalu Alicia mulai menyanyikan lagu lembah dengan suaranya yang sangat merdu. Hingga Malik kehilangan kata-kata. Petang Kelam Seorang Anak Bersedih Bukit Rawa menjadi saksi tangisnya Terlantar terbuang Mengharapan pelukan sang ibu Lam-lama Rawa… Beberapa pekerja penasaran, suara siapakah yang seindah itu. Mereka sampai menghentikan pekerjaan mereka demi melihat Alicia bernyanyi. Malik melihat sekelilingnya dipenuhi oleh orang-orang yang menonton Alicia bernyanyi. Lembah menghadiakan ketenangan Si anak tertawa dan menyatukan dirinya dengan dengan danau Anak-anak kecil terbuang.. Suara Alicia memang sangat indah. Malik tidak suka miliknya ditonton orang. Dia merasa Alicia adalah miliknya, dia tidak suka Alicia bernyanyi untuk orang-orang selain dirinya. Malik tibatiba bergerak seakan ingin menerjang Alicia. Dia membungkam mulut Alicia "Jangan bernyanyi" katanya Alicia menatapnya kebingungan. Anak ini aneh !
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN