Satu tahun berikutnya Nyonya dan Tuan kembali, Malik tidak lagi rindu orang tuanya, Malik tidak lagi bersedih. Malik memasang tampang datar menyambut kepulangan kedua orang tuanya. Bahkan dia tidak mau di peluk Nyonya dan Tuan. Mendapat sambutan sedingin itu dari Sang anak, membuat Ny. Lyan bersedih dan Tn. Hasan perlu mempertanyakan sikap Malik itu pada dua orang yang dipercaya untuk menjaga anaknya.
Tn. Hasan meminta Lucia dan Alicia untuk menemui mereka di ruang kerjanya.
"Ada apa dengan Malik ?" tanya Tn. Hasan dengan wajah marah pada Alicia dan Lucia
Lucia menjawab dengan kepala tertunduk "Dia butuh waktu tuan" jawaban bijak "Dia selalu mengharapkan anda pulang, setiap malam. Dia hanya anak delapan tahun, tuan"
Hasan menghembuskan asap cerutunya ke udara, lalu Ny. Lyan datang bregabung memeluk dirinya dengen selendang wall. Hari sudah sore memang kabut sudah mulai naik. Seharusnya Alicia sudah pulang.
"Beri dia waktu..." Kulit nyonya Lyan jadi sangat putih semakin putih, rambutnya semakin panjang menyentuh pantatnya "Malik pasti sangat bersedih, apa dia makan teratus Lucia ?" tanya Ny. Lyan pada Lucia
"Iya Nyonya ?"
"Apa anakku sering bersedih Alicia ?"
Alicia melihat Ny. Lyan lalu tuan Hasan, dia menunduk karena rasa tegang ketika melihat mereka "Iya Nyonya, seringkali" suara Alicia sangat kecil "Dia..." Alicia melihat tuan Hasan "Seringkali bertanya padaku seperti apa rasanya terbang"
Ny. Lyan mendadak terlihat gelisah. Dia menarik lebih dalam selimut selendang wall yang menutupi bahunya.
"Mungkin dia teringat, pada janji anda. Tn. Hasan pernah berjanji padanya untuk mengajaknya terbang dengan pesawat"
Tn. Hasan menghembuskan asap dari hidungnya, sementara Ny. Lyan memalingkan pandangannya "Keluarlah kalian berdua, ajak Malik untuk sarapan bersama kami di meja makan esok hari"
Alicia mengembangkan rok kumalnya dan merendah sejenak untuk memberikan hormat pada Tuan dan Nyonyanya.
Lucia menarik Alicia turun dari tangga. Cepat-cepat ke arah lorong gelap menuju halaman belakang.
Lucia hampir saja menampar Alicia, wajahnya terlihat geram. Alicia tidak mengerti, memang apa yang dilakukannya ? Alicia tidak melakukan kesalahan apapun. Lucia mencengram keras lengan Alici "Dengar ! Jangan pernah gunakan kata terbang, jangan sekalipun ! Kau dengar ?"
Ha ?
"Kenapa ?"
"Jangan bodoh kau, dasar sebatang kara !" Lucia mungkin akan menampar Alicia kalau dia terlalu lama berdiri disitu. Dia berbalik dan pergi. Lucia sedang tidak bisa mengontrol emosinya dan dia tidak suka hal itu.
Alicia hanya diam membeku tidak bisa mengatakan apa-apa. Masih tidak mengerti kesalahan apa yang dilakukannya. Dikatai sebatang kara mematahkan hati Alicia, Lucia sangat kasar padanya. Kedua tangan Alicia mengepal karena menahan emosi. Meski begitu dia tidak sudi menangis.
***
Beberapa hari kemudian, Alicia ingin mengutuk Lucia, karena lihatlah keluarga bahagia itu bersatu. Malik tak lagi marah-marah karena papinya mengajaknya terbang. Mereka bepergian selama sebulan dan terlihat gembira ketika pulang. Papinya membawa kuda untuknya sangat indah. Kudah itu diberikan nama Broker, warna cokalt namun ada bercak putih di tubuhnya. Dia sangat indah.
Alicia tidak henti-hentinya menganggumi Broker. Ingin sekali menunanggang Broker tapi Malik bilang, kuda itu tidak boleh disentuh Alicia karena nanti Broker akan jadi kotor.
Tuan Muda yang sangat baik, bukan ?
***
Enam tahun berikutnya Malik mulai beranjak dewasa. Alicia pikir dia tidak dibutuhkan lagi, tapi karena Ny. Lyan melahirkan seorang anak, wanita itu ingin Alicia tetap menemani Malik.
Nyonya Lyan melahirkan seorang gadis cantik yang mereka beri nama Aida Kuswardi. Ketika melihat bayi Aida, Alicia merasa kasihan dengan Nyonya Lyan, karena kedua anaknya lebih mirip Tn. Hasan.
"Akhirnya mami melahirkan juga" Malik bergumam, dia duduk mengepit lututnya memandangi langit pagi yang beranjak terik.
Alicia dan Malik sering menghabiskan waktu di tengah danau, merakit sampai ke tengah lalu duduk tanpa melakukan apa-apa. Mereka kerap kali bercerita, ada saja yang Malik ceritakan pada Alicia.
Meski usianya baru tiga belas tahun, dia mengetahui banyak hal. Malik suka membaca, dia selalu menghabiskan waktu di ruang belajarnya. Mungkin dia bosan, temannya hanya Alicia, itupun karena Alicia di bayar oleh orang tuanya sehingga mau bermain bersamanya.
Malik tumbuh tidak mengecewakan, dia bertubuh tinggi, semakin mirip Tn. Hasan. Hanya saja dia memiliki bibir penuh Ny. Lyan dan entah darimana lesung pipinya berasal.
"Aku harap adikmu tidak seperti kamu yang merengek setiap saat" Alicia mengomentari.
Malik dan Alicia sudah sangat dekat. Malik hanya bicara pada Alicia, Malik berkeluh kesah, Malik marah dan melemparkan kemarahannya pada Alicia. Tapi Alicia sudah paham watak dan tempramen Malik. Dia memiliki emosi yang kerap kali berubah, dan Alicia sudah terbiasa.
Yang aneh adalah perasaan memiliki Malik terhadap Alicia, seakan Alicia itu boneka Chang yang tidak boleh diambil, disentuh, diperintah dan dibawa siapapun selain dirinya.
Malik tiba-tiba ingin menjahili Alicia, dia menyipratkan air ke arah gadis itu "Jelek !" ujarnya, menjulurkan lidah mengejek.
"Aku tidak jelek, kamu yang aneh !" balas Alicia, kesal. Mereka sudah cukup berada di tengah danau untuk menikmati mentari pagi yang berlahan menjadi terik. Alicia melepaskan kayuhnya.
"Semua orang tau kau jelek karena itu tidak ada yang ingin mengasuhmu"
"Kakekmu mengasuhku ! Ngomong-ngomong kamu harus merubah sifat manjamu Malik. Kamu harus lebih mandiri. Sekarang kamu adalah seorang kakak"
Dia meringis "Apa gunanya papi punya begitu banyak uang, uang akan membuatku mandiri"
Alicia menghela nafas, percuma saja bicara pada bocah keras kepala satu ini "Sudahlah, kuberitahu kamu sebuah rahasia kenapa tidak ada orang yang ingin mengasuhku"
"Karena kamu orang Chang" dia mengerling, melihat Alicia dengan sudut matanya yang lancip "Semua orang tahu kamu orang Chang !"
"Kamu salah" Alicia mengerutkan bibirnya, sangat manis. Dia memiliki wajah yang kecil, tubuh yang mungil. Tidak banyak berubah sejak mereka pertama kali bertemu "Karena mereka mengira aku terlalu cantik"
"heh.." Malik berseloroh jijik "Tidakkah kamu bisa berkaca, lihatlah ke danau ini. Bercerminlah !"
Alicia tertawa, suara tawanya renyah dan riang. Malik menyukainya. Seakan tidak pernah ada derita di belakang hidup Alicia. Malik selalu ikut tertawa mendengar tawanya.
Tiba-tiba Malik terdiam "Alicia !"
Tiba-tiba senyi. Suasana hati yang berubah ! Alicia sudah memahami bagaimana emosi Malik bekerja.
"Apa kamu tahu bahwa aku menemukan buku berjudul DATARAN, dimana terdapat cerita tentang orang-orang Chang ?"
Alicia mengangguk "Aku pernah mendengar buku itu, aku meminta Lana untuk mencarikan cetakan ulangnya di Kota tapi kata mereka buku itu sudah tidak ada lagi"
Malik terdiam. Lama sekali, pandangannya mengarah jauh ke semak-semak bakau. Alicia duduk di sebelah Malik "Ceritakan padaku !"
Malik menoleh melihat Alicia. Kini mereka bisa duduk sejajar, meski Alicia masih lebih tinggi sedikit dari Malik. Alis Alicia terangkat, menuntut Malik untuk bercerita.
"Mereka semua dibantai"
"Ha ?" Alicia pikir dia salah dengar.
"Apa kamu pernah mendengar kabar ayahmu ?"
Alicia tidak menjawab. Alicia tidak ingin mencarinya lagi. Ayahnya tidak akan kembali ! Baginya Alicia membawa sial, dia pergi karena hal itu. Ayahnya meninggalkan ibunya dan Alicia dalam keadaan sakit. Seringkali kebencian itu tiba-tiba timbul kembali, tapi cepat-cepat dilupakan ALicia. Kini dia sudah lebih baik.
"Mungkin dia sudah mati Alicia, hanya segelintiran pengemis jalanan yang masih berdarah Chang. Orang Chang tidak bisa menempati kedudukan di Kota dan dimanapun di Tanah Bahari. Mereka didakwa bersalah atas sebuah tidakan ilegal, mereka yang bersalah dibunuh dan mereka yang tersisa tidak dibiarkan berketurunan, tidak dibiarkan berkembang, mereka dibiarkan menjadi pengemis, mereka tidak diberikan kedudukan. Raja ingin mereka dijadikan orang paling hina di Tanah Bahari"
Alicia menelan ludah
Malik memiringkan kepalanya tidak memedulikan perasaan hancur Alicia mendengar cerita Malik "Sekarang kamu pasti paham kenapa tidak pernah ada orang tua asuh untukmu. Karena orang Chang tidak pernah punya tempat di tanah Bahari"
Alicia masih membeku, perasaannya sudah jadi berkeping-keping "Pembohong, bocah pembohong"
Malik tidak peduli. Dia mengambil kayuhnya dan merakit ke tepian danau untuk kembali pulang ke kastilnya. Broker sudah menunggu di ujung danau. Kuda itu menghentak-hentakkan kakinya, menunggu Malik.
"Bersyukurlah karena kakekku merawatmu" ujar Malik ketika rakit sudah menepi ke dermaga. Dia lompat ke dermaga kayu. Berjalan tanpa rasa bersalah telah menceritakan tentang suku Chang pada Alici.
Alicia melihat Malik naik kudanya degan gerakan yang ringan, itu salah satu keahlian Malik. Orang lain dengan ukuran tubuh seperti dia, masih belum semampai akan bersusah payah naik ke punggung kuda tapi Malik bisa dengan mudah menaiki Broker.
Malik Hilang ke menuju kastilnya
Alicia terdiam ditengah kebimbangan. Apakah kali ini berbohong juga ? Malik seringkali membohong Alicia sampai penat sendiri, mau marah juga percuma pasti akan diulangi lagi. Lidah Malik seperti ular.
Bagaimana kalau memang benar begitu ? maka Alicia akan mati di lembah ini, mau tidak mau dia akan tetap memiliki sepenggal nama.
Alicia menggeleng, menolak mempercayai Malik "Pembohong" desisnya sebelum mengayuh rakitnya ke desa sebrang. Hari ini dia tidak bekerja, Malik akan pergi ke Kota bersama papinya.
***