"Mau saya gendong?" Tawaran yang mengejutkan bagi Biandra setelah menutup pintu bernomor 108 itu. Kafka masih menunggu jawaban darinya. Memperhatikan gadis yang berpegangan pada dinding di sebelah. Wajahnya mengernyit menahan pening yang mendera kepalanya. Terlihat sangat mengkhawatirkan sehingga Kafka menawarkan bantuan padanya. Biandra menggeleng, lebih memilih menegakkan badan agar terlihat lebih baik daripada harus menerima tawaran Kafka. Lorong rumah sakit lumayan senggang, hanya ada beberapa perawat yang berlalu lalang di sana, tidak sebanyak saat di klinik tadi. Atau mungkin, memang bangunan utama rumah sakit ini tidak banyak pasien yang di rawat di sini. "Adik Bapak tidak papa ditinggalkan sendirian?" Biandra menatapnya menghentikan langkah sebentar. "Tidak papa. Dia sudah biasa