"Boleh, Bian?" Sekali lagi, dia meminta kepercayaan dari gadis itu. Ternyata di balik kepala yang selalu menunduk saat bersamanya itu tersembunyi sebuah mata yang indah. Sorot itu seakan hidup kembali. Memancarkan sebuah sinar di dalamnya. Tidak banyak berubah, namun kali ini terasa lebih indah saat menatapnya. Kepercayaan sudah menyala di sana. Lalu Kafka sadar, setelah ini, tidak ada lagi yang lebih pantas diperjuangkan selain perasaannya pada gadis ini. Ia telah menemukan sedikit celah untuk memasuki kepulan kabut yang perlahan sirna dari otaknya. Sedikit demi sedikit, gadis itu mulai percaya padanya. Ia bisa merasakan kepercayaan itu dari mata cantiknya. "Saya selalu tersesat saat melihat mata kamu." Biandra mendongkak, membiarkan jarak terkikis tanpa sadar. Maka disentuhnya rambut pa