Dua orang pelanggan di sudut sana menoleh ke arah mereka, mungkin karena suara pecahan gelas itu terdengar cukup nyaring. Biandra menunduk mendapati pecahan itu tercecer di depan kakinya. Ia memandang pria yang baru saja pergi itu dengan tatapan bimbang. Kejar atau tidak, ya? Oleh keberanian dalam dirinya, ia memutuskan untuk membereskan pecahan itu saja. Ternyata nyalinya tidak seberani itu untuk menemuinya. Sudah berani menatap matanya saja adalah hal bagus bagi Biandra. Pikirannya bertarung di dalam sana. Rasanya seperti rindu namun tak bisa dituntaskan. Ada sekat yang sedari dulu tak bisa ia pecahkan. "Neng!" Bu Leah menghampirinya dengan santai. Mulanya begitu, namun saat matanya menangkap lengan Biandra di bawah sana, wanita yang belum mencapai usia lima puluh itu terkejut karena