"Aku mau pulang sama Pacarnya Teteh." Ucapan Isyara masih menggema di telinganya. Apalagi dengan keadaan hening dalam mobil ini, membuatnya semakin jelas tak kala Kafka belum memutar kunci. Membiarkan degup jantungnya bisa ia dengar sendiri. Lalu saat seperti itu, ia semakin merasa tak nyaman saat sadar, jika mata tajam yang laki-laki itu miliki mencuri pandang lewat kaca di depan sana. Laki-laki itu tidak mengucapkan sepatah kata pun setelah mereka masuk ke dalam mobil. Membuat Biandra juga bingung harus mengucapkan hal apa agar suasana tidak sedingin ini. Isyara masih diam di sampingnya sambil memalingkan wajah ke jendela. "Teteh kenapa kasih nomornya ke Aang?" Intonasinya masih sama. Wajahnya pun demikian. Perhatikan matanya yang mendelik sebal ke arah luar, enggan melihat Biandra.