Biandra sudah selesai mengurus p********n uang kontrakan kepada Ibu Asti dan kembali dari pintu depan. Lalu segera menaiki tangga dan menemukan Isyara yang meliriknya sebentar lalu kembali membalik buku di atas perutnya. Badannya yang telentang membiarkan Biandra cukup jelas melihat raut yang masih sebal itu sebagai ungkapan kesalnya sejak beberapa jam lalu, masih belum selesai. Isyara itu tipikal orang yang jika sudah memiliki kekesalan, akan sulit untuk diredamkan. Dan tentulah Biandra yang harus lebih lembut di sini. Selalu seperti itu. "Adek, mana coba pake celananya. Aku mau liat," ucapnya mencoba mencairkan gundukan es yang masih membeku itu. Tentu saja tidak digubris Isyara. "Baca apa, sih? Serius banget." "Ck, Teteh tuh apaan banget deh." Biandra yang mendekati Isyara, lalu d