50. Pipipip Calon Mantu

2320 Kata

Kafka berdiri dari kursinya, mengangkat sebuah panggilan masuk dari ponsel yang disimpan di atas meja. Sebenarnya dering ponsel itu sudah beberapa kali masuk, hanya saja Kafka mengabaikannya karena ingin fokus terlebih dahulu dengan beberapa dokumen yang sedang dipelajarinya. Ia harus segera menyelesaikan projek yang ia susun jauh-jauh hari itu. "Iya, Oma?" Laki-laki itu mendudukkan badan di sofa, tidak lagi di kursi kerja yang membuat punggungnya sakit. Ia merebahkan diri dengan sedikit melonggarkan dasi yang membuat lehernya sesak. "Lelet sekali kamu. Sesibuk apa sampai mengabaikan panggilan dariku?" Suara neneknya terdengar kesal di sana. Yang bisa Kafka lakukan hanyalah meminta maaf, karena sadar jika semua adalah kesalahannya. Memang, mau bagaimana lagi jika Nyonya Arudanti sedang

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN