Eps 10

1126 Kata
n****+ ini ekslusive hanya ada di apliksi innovel dan dreame. bagi siapa yang membaca selain di apliksi, berarti bajakan dan ilegal. apa lagi memperjual belikan, itu berarti kalian sedang berhadapan dengan hukum. * Dengan hati kesal Yuna masuk ke dalam kelas. Duduk dengan wajah cemberut dan tertekuk. Selly yang nggak ngerti apapun semakin penasaran dibuatnya. Ikutan diam dengan pikirannya sendiri. Tak begitu lama bel tanda masuk berbunyi. Nano si ketua kelas datang membawa tugas. Pak Lukman guru bahasa inggris ada kepentingan, nggak bisa masuk ngajar. Tak begitu lama, Pangeran dan ketiga temannya masuk kedalam kelas. Kelas jadi ramai oleh celotehan Awan. “Hadeeww si Awan, masuk-masuk bikin heboh!” Celetuk Rina, yang duduk dimeja paling depan. “Ayee! Namanya juga aa’ tamvan, Rin.” Jawabnya pede. Duduk dikursi biasa, menatap Yuna yang ada didepan sama Selly. “Na, kok lo duduk situ sih?” Yuna menoleh, baru aja mulutnya mangap mau menjawab, Yuda udah nyahut. “Takut ketularan panu, lah!” sahutan dari Yuda. “Eh, iya, njiing! Tetangga gue kemaren mati terserang panu kronis.” Sahut Mico. Ujung bibir Pangeran sedikit tertarik. Tapi hanya diam dengan game diponselnya. “Otak cicak!” Awan melempar buku ke Mico. “Mana ada penyakit panu kronis! Adanya bodoh kronis! Kek otak lo!” Yuda berdiri. “Otak komodo aja bangga! Gue yang punya otak jerapah aja nggak sombong!” Beberapa anak menoleh kearah Yuda. “Apa hubungannya sama jerapah? Perasaan nggak mirip!” sahut Nano. “Kagak pernah ikut belanja ke mall sih! jadi kagak paham.” Jawab Yuda. "Anak emak lo, Yud! Nge mall aja ngintil." sahut Rina. "Mau ngintilin lo, belom halal, neng Rina ...." “Hahahah ....” serempak semua orang ketawa. “Lagi ngebayangin, cara meres s**u jerapah!” Awan menerawang. Tentu dengan bayangannya. Bhuuk! Mico gantian ngelempar buku paket ke kepala Awan. “Babii lo!” umpat Mico dengan kekehan. Pangeran tak menanggapi. Keluar dari menu game, masuk keaplikasi hijau. Mencari kontak yang ada diurutan pertama. [Ntar pulang bareng gue aja!] Send Ay. Pandangannya langsung terarah ke Yuna. Gadis cantik itu tetap fokus nulis tanpa memeriksa ponsel yang bergetar. Beralih menatap layar ponsel lagi, membuka foto profil di kontak WA Yuna. Yang semalam sengaja ia pasang dengan fotonya, sudah berganti dengan foto Yuna sendiri. Pangeran tersenyum menatap foto Yuna yang menurutnya sangat lucu. Drrtt....drrtt Saat fokus lihatin foto Yuna, sebuah pesan WA masuk dari Intan. Segera ia membuka pesan itu. [Beib, bisa kan nanti temenin nge-mall] Membuang nafasnya lewat mulut dengan kasar. Tak langsung membalas pesan itu. Mulai bosan dengan hubungan yang ia jalin. Selalu aja diajakin nge-mall yang berujung suruh bawain belanjaan. Belum lagi harus ngebayarin belanjaan yang hampir ngabisin uang jajan. [Beib, kok Cuma diread doang?(emojy nangis)] Akhirnya mulai menulis pesan balasan. [Sorry, nggak bisa. Aku ada janji sama Papa] send Intan. Menutup story chat dengan Intan dan kembali membuka story chatnya dengan Yuna. Pesannya udah centang dua biru. Langsung melirik kearah Yuna, tapi gadis itu masih sibuk nulis. Bahkan pesannya nggak dibalas. [Nggak usah pulang bareng Awan! Mama nggak bolehin!] Send Ay. Tersenyum saat melirik, ternyata Yuna mengambil ponselnya yang ada dilaci. Terlihat mengetik pesan balasan. Pandangan Pangeran tak lepas dari Yuna yang sibuk mengusap layar. Mengerutkan kening, karna lama banget tak ada pesan balasan yang masuk. Ddrrtt....ddrtt Sepuluh menit berlalu, pesan balasan dari Yuna masuk. [Iyq] “Annyiing! 10 menit Cuma nulis tiga huruf doang! Itu juga typo!” ngumpat dengan sangat kesal menatap layar chatnya. ** Tet! Tet! Tet! Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Pangeran lebih dulu keluar. Awan langsung nyamperin Yuna. “Ayo, balik.” Ajaknya. Yuna mendongakkan kepala. “Kamu duluan aja, Wan. Aku pulang sendiri.” Tolaknya. “Kenapa harus pulang sendiri? Bareng aja lah. Ayok!” ajaknya lagi. “Emm .... aku mau naik angkot bareng Selly.” Nemuin alasan yang tepat. Selly terlihat gelagapan. Lalu menunduk, ngambil tas dan menyampirkan kepunggungnya. Yuna berdiri. Awan nonyor kepala Selly. “Dasar gorengan tempe!” berjalan lebih dulu keluar kelas. “Aduh, sorry ya, Sel. Gegara aku, kamu jadi ditonyorin sama Awan.” Mengelus kepala Selly. Selly nyengir. “Nggak apa, Na. Udah biasanya si Awan begitu.” Kedua gadis yang tinggi tubuhnya sama itu melangkah keluar kelas bersamaan. Saling ngobrol sambil jalan dan sesekali tertawa bersama. “Ayok, bareng gue, Na.” Tiba-tiba Awan muncul dibalik tembok. Sudah dengan jaket hoddie yang nutupi kepala. “Astaga, Awan! Kalo aku punya penyakit jantung, tadi udah mati dadakan lho.” Yuna mengelus d**a, Selly melakukan hal yang sama. Awan meringis. “Jadi pacar dadakan gue aja. Mau ya,” pintanya mengiba. “Iissh! Apaan!” Yuna menarik tangan Selly untuk kembali berjalan. Tak menghiraukan Awan yang berusaha ngejar. Keluar dari gerbang dan duduk di halte bersama siswa siswi yang lainnya. Seorang cowok yang memakai hoddie warna merah nangkring diatas mogenya. Diam mengamati Yuna dari kejauhan. Sengaja sembunyi karna mau ngumpet dari kekasihnya. Pengen banget sehari aja nggak ngeboncengin Intan. Tetiba ninja putih berhenti disamping halte. “Misi! Aa’ tamvan mao lewat! Misi, misi!” serunya kepada anak yang menghalangi jalannya untuk mendekati Yuna. Mengulurkan tangan. “Ayok, bareng gue. Gue jamin selamat sampai KUA.” Yuna melotot mendengarnya. Disusul cekikikan dari anak yang mendengar. “Eh, maksud gue sampai rumah.” Nyengir memperlihatkan gigi gingsulnya. “Ak---“ “Udah, ikut aja, dek. Dari pada ni bocah bikin mata sepet!” seorang kakak kelas yang juga berada di halte manyun. Kelihatan sangat keganggu sama kedatangan Awan. Yuna diam, menatap Selly. Selly pun hanya diam nggak balas natap. Merasa nggak enak juga karna Awan ngintilin mulu. Ddrrtt....drrtt Ponselnya bergetar, ada panggilan telfon masuk. Segera ngambil ponsel didalam tasnya. Nama izroil tertera dilayar utama. “Iya, hallo.” Sapanya. “Tungguin! Gue aduin mama kalo sampai pulang bareng cowok lain!” Ancam Pangeran sambil natap kearah Yuna yang kelihatan manyun. “Iya, iya.” Tut....tut...tut Telfon berakhir. Yuna menatap Awan dengan tatapan nggak enak. “Maaf, Wan. Lain kali ya, aku pulang bareng kamu. Sekarang aku nggak bisa. Pliiss hargai keputusanku.” Awan ngambil dompet disaku celana. “Minta harga berapa? Atau mau cincin sekalian. Yuk, ke KUA.” Yuna melotot, nimpuk lengan Awan. “Wan! Jangan becanda deh!” Angkot yang sudah ditunggu akhirnya datang. Selly langsung berdiri. “Na, aku duluan, ya.” Pamitnya. Yuna mencekal lengan Selly. “Aku ikut, Sel.” Menepuk lengan Awan. “Duluan ya, Wan.” Segera masuk kedalam angkot, duduk disamping Selly. Menit kemudian, angkot melaju pelan meninggalkan area sekolah. Awan mengacak rambutnya. Kembali menutup kepala dengan hoddie. Naik keatas motor dan melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Melihat Awan pergi, Pangeran menyalakan mesin motor. Melaju pelan mengikuti angkot. Ngambil ponselnya dan melakukan panggilan telfon. “Turun pas pertigaan depan.” Kembali menutup telfon. Nggak peduli yang disebrang jawab apa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN