“Yook, cabut!” seru Intan pada kedua temannya. Caca membungkuk, menjambak rambut Yuna, membuat Yuna mendongakkan kepala. “Ngaca! Muka lo kek taii! Nggak pantes sandingan sama Pangeran, bangkee!” melepaskan jambakannya dengan kasar, membuat kepala Yuna terbentur tembok. “Aggh ....” ringis Yuna lirik. Bhuuk! Zia menendang kaki Yuna yang bersimpuh hingga Yuna meringis kesakitan. “Dengerin tuh! Anak baru aja belagu! Dasar jalangg!” Ketiga cewek yang memang terkenal dengan pembullyannya itu melangkah keluar dari bilik toilet. Intan menutup pintu, mengunci pintu dari luar dengan senyum menyeringai penuh kemenangan. “Yook,” mengekor langkah kedua temannya yang lebih dulu melangkah. Zia menoleh ke kiri kanan, memastikan jika tak ada orang di luar. Lalu menginterupsi pada kedua temannya untu