“Pelan, pelan, Izroil. Ini beneran sakit lho. Warnanya aja sampai biru begini.” Rengekan Yuna seraya menatap Pangeran yang membantu mengoleskan salep ke kaki bawah lutut. “Iya, tau. Gue juga nggak bilang kalo ini rekayasa.” Sahut Pangeran dengan tetap serius mengoles salep. “Udah, nih. Mau sekalian gue pijiti nggak?” tawarnya dengan tangan sibuk menutup salep. Cepat Yuna menggeleng dengan mulut manyun. “Enggak usah, aku mau tidur aja. Masih kerasa dingin banget.” Menarik selimut untuk menutupi tubuh hingga sebatas pinggang. “Kamu keluar sana.” Usirnya. “Gimana kalo ... aku kelonin,” nyengir dengan kedua alis naik turun. “Iihh, apa sih! Sukanya messum gitu! Keluar dehh.” Mendorong lengan Pangeran, membuat cowok tampan itu turun dari tempat tidur. “Astaga, ay. Tega banget ngusir suami. D