08. Salah Sangka

1939 Kata
Sesuai kesepakatan bersama, Ranti akhirnya mendapatkan persetujuan dari Sumi. Ranti sudah mengantongi izin dari Sumi untuk memiliki kekasih. Ranti juga mengantongi izin, kalau dirinya bebas dekat dengan laki-laki manapun. Yang penting Ranti bisa tahu batasan hubungan asmara dengan lawan jenis. Apa yang boleh dilakukan serta apa yang dilarang. Senyum Ranti selalu masam, usai tadi siang sempat terjadi ketegangan dengan Sumi. Ranti pun sampai pergi dari warung. Dan sampai saat ini Ranti masih berada di jalanan. Tapi kini, senyum itu kembali muncul di kedua sudut bibir Ranti. Senyum manis yang mampu membuat lawan jenis jatuh hati pada gadis berlesung pipit ini. Gadis kampung yang selalu mengutamakan penampilan di atas segalanya. Ranti melangkahkan kedua kakinya dengan semangat. Karena restu yang diberikan Sumi sudah memberi Ranti harapan baru. Ranti bisa mendekati Anton, tanpa ada larangan dari Sumi. Anton sudah membuat Ranti jatuh cinta. Dari kata-kata yang selalu memuji Ranti. Membuat Ranti bahagia berada di dekat Anton. Anton selalu membuat hati Ranti melayang dengan kalimat-kalimat sanjungannya. “Akhirnya aku bisa mendapatkan restu Ibu! Lagian Ibu ini pakai acara melarang segala. Ranti kan sudah besar. Masa iya, punya kekasih saja gak boleh! Ibu gak tahu saja kebiasaan Ranti di Solo. Kalau Ibu tahu, pasti marah besar. Tapi biar saja, itu menjadi rahasiaku sendiri.” Ranti berucap sendiri. Jalanan kota Jakarta seolah tak ada beda. Siang malam tak jadi pembatas orang-orang melakukan aktivitas. Meski sudah malam, lalu lalang orang masih memenuhi jalanan. Ranti sudah membayangkan hari esok di warung. Anton pasti datang ke warung. Sejak Ranti ikut jualan Sumi, Anton CS selalu datang ke warung. Anton juga selalu memberi kata-kata mutiara untuk Ranti. Ranti tak bisa menahan rasa. Dari kata-kata mutiara tumbuh benih-benih asmara. “Ya ampun, mas Anton aku gak sabar menunggu hari esok tiba. Bertemu mas Anton rasanya hal yang paling indah saat ini buat aku. Kamu sudah membuat hari-hariku bersemangat lagi. Apalagi kalimat-kalimat pujian yang selalu kamu ucapkan padaku, membuat mimpi malamku dipenuhi bayanganmu.” Ranti kembali berucap sendiri. Ranti mempercepat langkah kakinya. Di tengah hiruk pikuk keramaian kota Jakarta. Kota metropolitan yang selama ini Ranti mimpikan. Dan kini mimpi Ranti sudah menjadi kenyataan. Tinggal di kota besar dengan segala impian besarnya. Langkah kaki Ranti yang tadinya bersemangat tiba-tiba berhenti. Pandangannya tertuju pada satu tujuan. Parkiran sebuah kafe menjadi pusat pandangan mata Ranti yang membuat detak jantungnya tiba-tiba berhenti. Ranti mencoba memastikan pandangannya. Ranti tak ingin salah menyangka. Karena Ranti masih belum percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Ranti tak berhenti mengalihkan pandangannya dari pasangan yang tampak mesra itu. Pasangan yang baru saja turun dari sebuah mobil. Mobil yang tak asing lagi di pandangan mata Ranti. Bahkan laki-laki itu juga sangat tidak asing di mata Ranti. Tapi kenapa laki-laki itu bergandengan tangan dengan perempuan. Bahkan mereka terlihat mesra. Seperti pasangan kekasih yang sedang dimabuk asmara. Ranti tak bisa menahan rasa ingin tahunya. Ranti ingin mendekati dua pasangan muda-mudi itu. Pasangan yang sepertinya ingin menikmati malam indah berdua. *** Ranti benar-benar tak bisa menahan keinginannya. Ranti ingin segera mendekati dua pasangan muda-mudi yang dia lihat. Rasanya Ranti juga ingin menyeret perempuan itu dari tangan laki-laki yang selama ini selalu hadir di mimpinya. “Mas Anton!” Panggil Ranti. Ranti berjalan mendekat ke parkiran kafe. “Ranti! Lo ngapain di sini?” Anton tampak terlonjak. “Awalnya aku cari udara segar! Tapi justru mimpi buruk yang aku dapatkan!” Ranti ketus. “Maksud lo?” Anton bingung. “Ya, laki-laki yang awalnya aku kira bisa menghargai perempuan ternyata hanya manis di mulut saja! Hanya bisa memberi harapan palsu dengan kata-kata rayuannya!” Ranti menyinggung Anton. “Tapi Ran? Gua gak bermaksud gitu!” Anton tidak enak hati. “Sudahlah, Mas Anton lanjutkan saja senang-senangnya! Gak usah pedulikan ucapan Ranti!” Ranti kesal. “Lo dengar penjelasan gua dulu Ran! Ini tidak seperti yang lo lihat! Gua sama dia cuma...!” Anton berusaha menjelaskan. “Cuma memiliki hubungan kekasih! Dasar laki-laki buaya!” Ranti semakin emosi. “Tunggu-tunggu! Lo ini siapa? Bisa-bisanya lo bilang cowok gua buaya!” Perempuan yang bersama Anton tak terima dengan ucapan Ranti. “Oh, jadi benar kamu ini kekasih mas Anton kan? Selamat ya, karena kamu sudah berhasil menjadi korban rayuan mas Anton!” Ranti mengulurkan tangan kanan pada perempuan sebelah Anton. “Maksud lo? Anton bukan laki-laki seperti itu! Lo jangan asal bicara!” Perempuan itu tak terima. “Tunggu saja, tak lama pasti kamu akan menjadi korban selanjutnya!” Ranti yakin. “Cukup! Ngomong apa lo ini! Lo itu belum kenal gua, jadi dengar dulu penjelasan gua Ran!” Anton memohon. “Aku gak butuh penjelasan lagi! Karena semuanya sudah jelas!” Ranti berjalan cepat menjauhi Anton dan perempuan di sebelahnya. Ranti tak bisa menahan air matanya. Air mata terus jatuh di kedua pipinya. Ranti tak peduli meski banyak orang yang memandangnya. Karena bagi Ranti saat ini, hatinya hancur. Ternyata perasaan Ranti salah. Selama ini Ranti menyangka Anton menyukainya. Anton selalu menyanjungnya karena Anton jatuh cinta pada Ranti. Seperti yang Ranti rasakan saat ini. Tapi Ranti salah sangka. Ranti sampai beradu mulut dengan Sumi demi laki-laki buaya seperti Anton. Ranti sampai kabur dari warung demi membela Anton. Ranti selalu senang dengan pujian-pujian Anton padanya. Tapi ternyata semua itu hanya rayuan di mulut saja. Harusnya Ranti tak segampang itu percaya pada Anton. Ranti yang selama ini lebih sering mempermainkan hati laki-laki. Tapi di Jakarta, untuk pertama kalinya dia tertipu dengan laki-laki. Dan rasanya sakit sekali. Ranti sudah tak mau mendengar ucapan Sumi tentang laki-laki. Ranti mempertahankan keinginannya di depan Sumi. Tapi omongan Sumi benar. “Bu, maafkan Ranti? Harusnya Ranti dengarkan ucapan ibu selama ini. Tapi karena keegoisan Ranti, Ranti jadi kecewa seperti ini.” Ranti kesal sendiri. “Dan kamu Anton, dasar laki-laki buaya! Laki-laki yang hanya manis di mulut, tapi hatimu busuk!” Ranti tak bisa menahan emosinya. “Aku kira pujian kamu selama ini tulus sama aku! Tapi semua itu hanya akal bulus saja! Dasar buaya darat!” Ranti tak berhenti menyalahkan prasangkanya. “Tapi tunggu saja kamu Ton! Aku bukan wanita lemah dan gampang kamu tipu! Aku akan buktikan kalau aku bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik segalanya dari kamu!” Ranti bertekad. Ranti melanjutkan perjalanannya lagi. Ranti harus segera pulang. Karena dia tak mau membuat orang tuanya cemas. Ini sudah terlalu malam. Apalagi Ranti tak pernah keluar sendiri seperti ini. Ranti mempercepat langkah kakinya. Ranti harus segera tiba di kontrakan. Lalu meminta maaf pada ibunya. *** Gadis menawan seperti Ranti tidak jarang laki-laki yang bisa menolaknya. Apalagi mereka laki-laki mata keranjang. Laki-laki yang hanya mengutamakan nafsu saja. Laki-laki yang hanya ingin memuaskan nafsu nya saja pada perempuan. Sebelum memasuki gang kontrakan orang tuanya, Ranti harus melewati jalan sepi. Karena sepi, jalan itu pun terkenal dengan kerawanannya. Sudah banyak yang menjadi korbannya. Terutama, mereka kaum wanita yang berjalan sendiri. Awalnya Ranti ingin menghubungi ibunya. Meminta dijemput di jalan besar. Namun, saat Ranti ingin menghubungi Sumi, ponselnya mati karena habis baterai. Ranti tak bisa menghubungi orang tuanya. Ranti pun terpaksa melewati jalan sepi itu sendiri. Ranti menunggu cukup lama di jalan besar. Mencoba menunggu seseorang yang mungkin akan melintas jalan sepi itu. Berharap agar Ranti tak jalan sendiri. Namun, cukup lama Ranti berdiri tak seorang pun melintas di jalan sepi itu. Ranti bingung, orang tuanya pasti sudah cemas menunggunya. Apalagi, ponselnya saat ini tidak bisa dihubungi. Tak ada pilihan lain, Ranti pun terpaksa nekat melewati jalan sepi itu sendiri. Ranti harus sedikit berlari, agar dirinya bisa segera tiba di ujung jalan. “Eh ada cewek manis!” Dua orang laki-laki dengan pakaian seperti preman tiba-tiba saja muncul di depan Ranti. Tubuh Ranti seketika bergetar. Keringat dingin pun keluar dari tubuhnya. Yang dia takutkan dari tadi, benar terjadi. “Mau apa to kalian?” Ranti memberanikan diri. “Kita mau senang-senang dulu! Neng temani Abang sebentar saja!” Kedua preman menggoda Ranti. Bahkan tangan salah satu preman sudah berani memegang pipi Ranti. “Jangan berani pegang-pegang! Kalian minggir, aku mau pulang!” Ranti dengan nada tinggi. Ranti berharap dengan menaikkan suaranya, akan ada seseorang yang bisa menolongnya. “Cantik-cantik kok galak! Sampai suara lo habis, gak akan ada orang yang mendengar lo! Karena ini wilayah kita! Tak ada yang berani sama kita! Sudahlah, lo temani kita saja sebentar!” Laki-laki berpenampilan preman terus menggoda Ranti. “Tolong... tolong!” Teriak Ranti minta tolong. “Terus saja minta tolong! Lo dengar ya, di sini gak akan ada yang berani tolongi lo dari kita!” Salah satu laki-laki berpenampilan preman mengancam. Ranti semakin ketakutan. Kalau saja, dia mau dengarkan ucapan ibunya tadi. Kejadiannya tidak akan seperti ini. Sekarang Ranti bingung dan takut. Apa yang bisa dilakukan Ranti untuk lari dari dua laki-laki dengan wajah seram ini. Ranti hanya bisa berdoa. Tuhan akan segera menolongnya melalui jalan tak terduga. Karena hanya melalui jalan Tuhan yang bisa menolongnya. Sebagai wanita lemah, Ranti tak mungkin bisa melawan dua laki-laki dengan badan kekar sendirian. “Kalian mau apa dari aku! Kalian boleh ambil apa saja! Tapi tolong biarkan aku pulang!” Ranti memberikan tasnya. Ranti juga terus memohon. “Aku mau lo yang cantik! Menikmati tubuh lo malam ini!” Ucap salah satu laki-laki dengan nafsu. “Tolong jangan lakukan itu! Biarkan aku pergi!” Ranti terus memohon. “Tidak akan!” Teriak salah satu laki-laki yang membuat tubuh Ranti semakin bergetar. “Rupanya dia belum tahu kita Bang! Dia belum tahu, kalau segala yang kita inginkan harus dipenuhi! Hahahaa... !” Salah satu berbincang pada temannya lalu tertawa senang. “Aku mohon, biarkan aku pergi! Kalian bisa bawa barang-barangku! Tapi lepaskan aku!” Ranti terus memohon. “Lo gak dengar kita bilang apa dari tadi! Kita mau menikmati tubuh lo!” Salah satu laki-laki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Ranti. Jarak yang sangat dekat, hingga bibir laki-laki itu hampir mengenai bibir Ranti. “PLAK!” Tamparan keras dari tangan kanan Ranti mengenai pipi kiri salah satu laki-laki yang hendak berbuat tidak sopan pada Ranti. Tangan kiri laki-laki itu memegangi pipi bekas tamparan tangan Ranti. Lalu mencium tangannya sendiri yang sudah memegangi bekas tamparan Ranti penuh nafsu. “Ternyata nakal juga perempuan cantik ini! Bagaimana kalau dia di ranjang, pasti lebih nakal!” Laki-laki itu justru semakin menggoda Ranti penuh nafsu. “Ya Tuhan, tolong hamba! Apa yang harus hamba lakukan agar hamba bisa lari dari kedua laki-laki tak sopan ini?” Ranti terus memohon pada Tuhan. “Jika hamba bisa selamat dari kedua laki-laki berpenampilan preman ini, hamba akan lakukan apa pun perintah orang tua hamba. Hamba akan turuti segala keinginan ibu dan bapak hamba. Tapi tolong selamatkan hamba!” Ranti tak berhenti berdoa. “Ternyata pikiran hamba salah selama ini. Kota Jakarta yang selama ini aku impikan tak seindah yang aku bayangkan. Belum lama aku di Jakarta, sudah banyak masalah yang harus aku lewati. Terutama hari ini! Dari adu mulut dengan ibu. Melihat orang yang aku suka dengan wanita lain. Dan kini satu masalah besar lagi yang harus aku hadapi. Bahkan aku sendiri tidak tahu, apa aku sanggup melewatinya? Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada hidupku?” Ranti berucap dalam hati. “Hai, ngapain lo melamun!” Ucap salah satu laki-laki mengagetkan lamunan Ranti. “Sudah kita paksa saja dia Bang! Percuma kita ngomong baik-baik sama cewek nakal ini!” Laki-laki tadi melanjutkan ucapannya pada temannya. “Lo benar teman! Gua juga sudah gak sabar lagi menikmati tubuhnya yang mulus dan seksi ini!” Jawab laki-laki satunya sembari menjulurkan lidah lalu menggesernya ke samping penuh nafsu. Ranti akan berusaha sekuat tenaga melawan kedua laki-laki tidak sopan ini. Selain berdoa dan berharap akan ada seseorang yang bisa menolongnya dari jeratan dua laki-laki yang berniat mengambil kehormatannya. Ranti akan berusaha keras mempertahankan harta satu-satu miliknya. Meskipun itu sangat sulit.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN