Gong

2502 Kata
El-el—anak singa kesayangan Princess—duduk dengan patuh saat Princess mengepang rambut lehernya yang telah tumbuh lebat diusianya yang kini menginjak empat tahun, satu tahun lebih muda dari usia Princess. Eits, jangan kira jika El-el yang ini sama dengan anak singa yang pernah Riri rawat ketika hamil dulu. Anak singa yang ini adalah keturunan dari El-el pertama, dan dinamai dengan El-el kedua. Dulu, Riri menunjukkan beberapa video dan foto El-el yang hidup di kebun binatang. Dan ternyata, Princess memiliki ketertarikan pada El-el kedua yang baru saja lahir. Alhasil Farrell kembali mengurus hak asuh anak singa untuk kedua kalinya. Tentu saja, demi membuat Princess bahagia. Demi memenuhi keinginan Princess, Farrell rela kehilangan uang dan waktu. Apa pun, apa pun yang diinginkan oleh Princess, pasti akan Farrell penuhi. Bahkan, jika Princess nanti meminta pulau atau bintang, Farrell akan memenuhi keinginan yang sebenarnya terlalu berlebihan itu. Kembali pada anak singa tadi. El-el tumbuh besar bersama dengan Princess. Ia sangat patuh dengan apa pun yang diperintahkan oleh Princess. Seperti saat ini, rambutnya yang berwarna cokelat telah sepenuhnya dikepang kecil-kecil lalu diikat oleh karet Jepang. Jangan lupakan jepit rambut berwarna neon berada tepat di kening El-el. Penampilan sangar El-el sudah menghilang, dan digantikan dengan tampilan kucing manis yang membuat semua orang meringis. "Ih, El-el ganteng. Cini Inces peyuk!" seru Princess kemudian memeluk leher El-el dengan sayang, sedangkan El-el sendiri hanya bisa mendengkur senang. Tentu saja El-el senang mendapatkan pelukan penuh kasih sayang dari Princess tersebut. "Cekarang ayo cali abang ABC!" El-el segera menunduk dan membiarkan Princess duduk di punggungnya. Lalu El-el segera melangkah setelah Princess duduk dengan nyaman. "Opah!" Princess berteriak saat memasuki dapur, ia melihat Hendrik dan beberapa pelayan tengah mengerjakan sesuatu. Kehadiran Princess tentu saja menarik perhatian semua orang. Semuanya dengan kompak mematikan kompor dan menjauhkan peralatan memasak yang sekiranya akan melukai Princess. Tentu saja minyak panas termasuk dalam hal yang harus dijauhkan dari gadis kecil yang cantik serta menggemaskan itu. "Ya?" sahut Hendrik dan mendekat pada nona mudanya. "Abang ABC mana? Inces kok ndak liat meleka?" tanya Princess sembari memainkan rambut El-el yang lembut. "Tuan muda dan Gwen tengah mencoba memindah ikan-ikan peliharaan nona Princess ke akuarium yang baru saja tiba," jawab Hendrik. "Oh gitu. Inces mo naci goyeng pake sambel telasi dong Opah. Boyeh?" tanya Princess dengan netra indahnya yang mampu membuat semua orang tersihir. Hendrik tersenyum. Nona mudanya ini memang bisa saja membuat dirinya tersenyum. "Tapi nona kan sudah sarapan roti isi tadi." Hendrik masih ingat jika Princess memang sudah sarapan. Princess bahkan menghabiskan tiga potong roti isi. Seharusnya itu lebih dari cukup mengganjal perut Princess hingga waktu menyantap camilan siang nanti. "Itu, Inces cuma nyicip. Bukan makan." Princess menjelaskan dengan wajah serius. Kedua matanya yang bulat terlihat tengah meyakinkan Hendrik dan para pelayan yang tengah mendengarkan. Para pelayan segera berbalik dan menggigit lidah mereka. Ah nona muda mereka memang sangat menggemaskan. "Baik, nanti saya akan menyiapkannya." Princess segera tersenyum. "Salangheo Opah, Inces mo ke abang duyu! d**a!" Princess melambaikan tangannya dan memerintahkan El-el untuk melangkah pergi. Sepeninggal Princess, para pelayan segera terkikik gemas. Princess yang masih empat tahun saja sudah sangat menggemaskan, ditambah dengan dirinya yang senang menonton drama korea bersama Riri, membuat Princess sudah bisa meniru beberapa kata korea yang berarti sangat manis. "Abang!" Princess berteriak saat dirinya tiba di pekarangan belakang mansion. Di samping teras, telah berdiri akuarium panjang yang dihias begitu cantik. Golden fish yang kemarin Aio beli telah berpindah tempat tinggal dari kolam renang ke sana. "Hap!" Aio menangkap Princess dan membawanya ke dalam gendongannya. Princess tertawa geli saat ketiga kakaknya bergantian mencium kedua pipinya. "Gimana? Princess suka?" Aio menunjuk akuarium yang memang baru saja datang. Akurium ini datang sesuai dengan pesanan kembar ABC. Akurium yang memang secara khusus dibuat untuk menampung ikan-ikan hias peliharaan baru milik Princess. Tentu saja, hanya untuk memesan dan menghias akuarium ini, kembar ABC menghabiskan banyak uang. Ya, tentu uang ini adalah uang yang dihasilkan oleh usaha kembar ABC. "Suka. Cantik-cantik kayak Inces. Hehe," ucap Princess dengan menyelipkan kenarsisan di dalamnya. Kembar ABC yang mendengarnya hanya bisa mengiyakan. Ingat, Princess selalu benar. Dan ABC selalu salah. Itu undang-undah yang berlaku di kerajaan Dawson. "Nona, nasi gorengnya sudah jadi." Princess menoleh dengan antusias saat mendengar suara Gwen, perempuan itu memang mengambil alih tugas untuk mnegantarkan pesanan milik Princess, sementara Hendrik melakukan tugas lainnya. Aio sempat kualahan saat Princess memaksa ingin turun. Akhirnya kembar ABC dan Princess kini duduk di bantal-bantal berukuran besar yang berada di gazebo di samping kolam renang. Begitu duduk, Princess segera menerima suapan dari Gwen. Princess juga sempat bertanya kemana Hendrik pergi, karena tadi Hendrik berjanji akan mengantarkan nasi gorengnya sendiri. Akhirnya Princess tahu jika papa dan mamanya akan pulang hari ini, maka Hendrik tengah menyiapkan semua hal untuk menyambut kepulangan mereka nanti sore. Princess senang, namun berbanding terbalik dengan kembar ABC yang kesal. Sepertinya Dave tidak bisa menahan Farrell lebih lama di Belanda. Padahal kembar ABC ingin lebih lama menghabiskan waktu khusus mereka dengan Princess. "Princess kok makan lagi, sih? Kan tadi udah sarapan banyak, Princess makan roti macem-macem." Cendric tampak menarik perhatian Princess yang tengah memainkan kancing kemeja Aio, sembari mengunyah nasi goreng berbumbu terasi dan taburan petai. "Inces belon makan, balu aja makan. Ya kan Auntie?" Gwen hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Princess, ia kembali menyodorkan satu sendok nasi goreng dan diterima dengan antusias oleh Princess. Pipi Princess yang putih terlihat menggembung saat Princess mengunyah dengan antusias. Kedua mata Princess menyipit menunjukkan jika dirinya memang sangat senang dengan kegiatannya ini. Ya, Princess sangat suka makan. "Princess tau gak kalo makan terasi sama pete itu bikin bau. Nanti Princess jadi bau loh!" Benny atau yang sering dipanggil Beben oleh Princess menakut-nakuti adiknya. "Oh, gitu." Princess mendongak dan menepuk d**a kakak sulungnya. Ia meniup wajah Aio dan bertanya, "Inces bau ndak?" Benny dan Cendric tertawa keras. Karena mereka tahu, bahwa Aio sangat benci dengan bau terasi dan petai. Bau kedua makanan itu bisa dengan mudah membuat Aio bad mood dan muntah-muntah. Tapi anehnya wajah Aio yang memang selalu lempeng, tetap tak menunjukkan ekspresi yang menunjukkan bahwa dirinya tengah tersiksa karena mual. "Enggak. Princess enggak bau," ucap Aio sepenuhnya berbohong. Padahal saat ini, bau petai dari Princess tengah menusuk-nusuk indra penciumannya dengan tajam. Namun, karena ekspresi wajah Aio yang lempeng, Princess tidak bisa menangkap kebohongan dalam ucapan Aio tersebut. Jawaban Aio membuat hati Princess senang. Ia segera menarik kerah kemeja Aio dan mencium pipi Aio dengan sayang. Benny dan Cendric yang melihatnya syok bukan main. Kenapa Princess malah mencium Aio? "Huh liat abang Ai bilang kalo Inces endak bau tuh!" Lalu Princess kembali melanjutkan sarapan menjelang siangnya. Benny dan Cendric hanya bisa menekuk wajahnya kesal mendengar penuturan Princess. *** Hari menjelas siang. Matahari bersinar terik. Menyebabkan suhu semakin naik. Princess yang pada dasarnya sangat aktif, kini tengah dibantu berganti baju renang oleh Gwen. Setelah mengenakan pelampung berbentuk angsa, Princess segera berlari turun menuju ke lantai satu. Princess dan kembar ABC memang memiliki rencana untuk berenang di hari yang tidak terlalu terik tersebut. Dan ketika Princess tiba di lantai bawah, ia mendapat kejutan di sana. Papa dan mamanya telah pulang. "Mama!" seru Princess senang sebelum berlari dengan riang. Riri segera menyambut Princess dan menggendongnya. "Putrinya Mama ditinggal satu hari, makin cantik aja ya." Riri menciumi pipi gembul Princess dengan gemas. "Hehe, iya dong! Kangen Mama!" Princess juga mencium pipi Riri, dengan sayang. Tentu saja Riri juga merasakan kerinduan yang sama dengan apa yang dirasakan oleh putrinya ini. Ah, akhirya Riri bisa kembali dan bertemu dengan Princess.  "Cuma kangen Mama? Gak kangen sama Papa?" Princess menoleh dan dengan antusias merenggangkan tangannya meminta gendong pada Farrell yang mengenakan kaos putih panjang dan celana hitam pendek. Dengan wajahnya yang tampan dan gayanya yang santai, Farrell tidak terlihat seperti ayah dari kembar ABC melainkan lebih seperti kakak dari mereka. "Hehe, kangen Papa juga," ucap Princess. "Aduh gemasnya. Sini papa cium." Farrell bertubi-tubi mencium setiap inci wajah bulat Princess. Tentu saja Princess tertawa dengan senang. Ia melingkarkan kedua tangannya yang kecil dan lembut pada leher Farrell. Sedangkan kembar ABC yang baru saja turun dengan pakaian santai mereka hanya bisa menekuk wajah kesal. Namun tak lama berjalan menuju Riri dan memeluk Riri bersama-sama. Farrell yang melihat itu tentu saja segera menggeram marah. "Hei, ingat peraturannya!" seru Farrell. Kembar ABC segera melepas pelukan mereka dan mengangkat tangan mereka serempak, pertanda bahwa mereka menyerah. Farrell tersenyum puas dan menatap Princess yang kini tengah memainkan rambutnya. "Princess mau berenang, ya?" tanya Farrell saat melihat Princess yang memang sudah siap dengan pakaian renang dan pelampung yang ia kenakan. "Iya, Inces mo belenang. Papa cama Mama ikut?" tanya Princess balik masih dengan memainkan rambut dan jambang tipis yang mulai menghiasi wajah hot daddy itu. "Papa pasti ikut, tapi tidak tau kalau Mama." Farrell melirik istrinya yang masih saja secantik saat mereka baru pertama kali bertemu. "Mama gak ikut, ya. Sebagai gantinya, Mama akan membuat cemilan yang lezat untuk kalian semua. Jadi, sana kalian berenang." Farrell mengangguk dan segera melangkah dengan Princess di dalam gendongannya. Kembar ABC mengikuti dengan wajah masam. Sebelum berenang, tentu saja Farrell mengarahkan putra dan putrinya untuk melakukan pemanasan lebih dahulu. Kembali, Princess yang manis membuat tingkah menggemaskan yang membuat semua orang menahan diri untuk tidak mencubiti dan mencium pipinya yang lembut. Princess memang terlihat sangat menggemaskan saat berusaha mengikuti setiap gerakan pemanasan yang ditunjukkan oleh ayahnya. Setelah melakukan pemanasan, Farrell dan keempat anaknya berenang. Farrell pada awalnya tak menyadari sesuatu yang janggal, sebelum Princess tampak girang mengejar sesuatu berwarna kuning di kolam renang. Awalnya Farrell mengira itu mainan Princess atau daun kering yang masuk ke dalam kolam renang. Namun ternyata benda kuning kecil yang bergerak di kolam renang, adalah golden fish yang berenang dengan lincah. "A-apa ini?" Farrell kehabisan kata-kata. "Itu ikan, Pa. Masa gak tau sih," sahut Cendric. Farrell menoleh dengan kesal pada putranya itu. Apa putranya ini tengah bercanda? Farrell juga tahu ini ikan, hanya saja Farrell tidak mengerti bagaimana bisa ada ikan hias yang berenang di dalam kolam renang. "Maksud Papa, kenapa ikan-ikan ini ada di sini? Bukannya kalian sudah memesan akuarium dan baru datang tadi pagi?" tanya Farrell masih mencoba untuk menenangkan dirinya dari keterkjutan akan tingkah putra dan putrinya ini. "Princess yang memindahkannya. Princess bilang, jika akuariumnya kalah besar dengan kolam renang, kasian ikannya jadi sesek napas," jelas Benny sembari mendekati Princess yang tertawa geli karena tangannya tengah diciumi oleh ikan-ikan tersebut. Princess memang masih terlihat senang. Sangat senang malahan. Padahal ini adalah hal sederhana, tetapi Princess bisa terlihat sebahagia ini. Farrell menganga. Putrinya memang sulit ditebak. Setiap harinya ada saja yang bisa membuat Farrell kembali terkejut, namun merasa gemas pada sekali waktu. Sungguh, Farrell penasaran, apa lagi yang akan Princess lakukan nanti? Kejutan apa yang akan diberikan oleh Princess dan bisa membuatnya gemas bukan main. "Semuanya ayo naik dulu, ini cemilannya sudah siap." Panggilan dari Riri membuat Farrell dan keempat anaknya segera naik dari kolam renang. Riri menyerahkan anduk pada ketiga putranya lalu menarik Farrell untuk ia bantu menyeka air yang masih menetes dari rambut dan wajahnya. Setelah itu, ia membalut tubuh Princess dengan handuk tebal, sebelum memberikan jatah cemilan mereka semua. Princess duduk dengan manis di pangkuan Riri sembari memakan cemilannya yang berupa berbagai buah dingin yang dibalut cokelat beku, serta satu cup ice cream banana. Dan tanpa di panggil, El-el tampak berlari mendekat dan bersimpuh di dekat kaki Riri. El-el tampak terintimidasi oleh tatapan Farrell dan kembar ABC yang kini tengah memelototinya agar tak melangkah lebih jauh. Tentu saja keempat pria itu tidak ingin El-el terlalu dekat dengan Princess serta Riri. Malahan, kini keempatnya tengah berpikir untuk mengirim kembali El-el ke kampung halamannnya. "Oh ada El-el, El-el sehat? El-el kok kurus sih, lagi diet ya? Kok diet, kenapa? Apa lagi cari jodoh? Kamu masih kecil jadi jangan mikirin jodoh dulu." Riri terlihat begitu serius dalam menasihati anak singa jantan ini. Farrell dan kembar ABC tersedak mendengar perkataan Riri. Sepertinya Princess memang versi kecil dari Riri. Karena semua sifat Riri menurun pada Princess. Termasuk dalam tingkah unik yang benar-benar hanya turun pada Princess tersebut. "El-el endak diit kok, Ma. El-el kan kelen apa adanya. Hehe." Riri gemas sendiri dengan ucapan Princess yang belepotan, ia menunduk dan mencium wajah Princess secara bertubi-tubi. Princess tertawa senang mendapatkan kecupan Riri tersebut. Keluarga Dawson tersebut kini menikmati waktu sore mereka dengan senang. Apalagi ada Princess ditengah-tengah mereka. Princess penebar tawa, dan menjadi pusat perhatian kemana pun ia melangkah. Kembar ABC dengan gemas menggelitiki Princess yang masih duduk diatas pangkuan Riri. Sontak Princess terkekeh geli dan menggeliat mencoba menghentikan perbuatan ketiga kakaknya. Namun sayangnya, bukannya ketiganya berhenti. Malah semakin gencar menggelitik titik-titik geli tubuh Princess yang lembut. Tawa Princess semakin keras saja. Hanya saja, Princess mulai merasa lelah karena tawanya itu. Princess mulai kesal dan akhirnya mendapatkan ide hebat. Brut! Riri, Farrell, kembar ABC dan Hendrik yang tengah menuangkan teh untuk Farrell seketika menutup hidung mereka karena bau tak sedap yang menghampiri hidung mereka. Semuanya kini menatap Princess dengan pandangan menuduh. Siapa lagi yang kentut dan bisa memasang wajah tanpa dosa seperti itu? Ya, pasti semua orang memang dengan mudah mengetahui siapa yang melakukan hal tersebut. Siapa lagi jika bukan, Princess. Princess tentu saja menyadari tatapan penuh tuduhan tersebut. Princess mengerucutkan bibirnya dan berkata, "Apa? Bukan Inces kok yang kentut. Inces kalo kentut wangi, semelbak." Princess berkata dengan suara yang sangat serius. Kembar ABC semakin tidak percaya. Mereka merenggangkan jari-jari tangan mereka, memberi isyarat pada Princess untuk berkata jujur. "Ih, benelan bukan Inces. Kalo Inces boong, Inces belani jadi tambah cantik," Princess berujar dengan serius. Tetap berusaha untuk meyakinkan keluarga dan pelayan-pelayannya. Farrell dan Riri yang sejak tadi memerhatikan hanya bisa terkekeh pelan. Tingkah keempat anak mereka memang sungguh ajaib. Namun, Princess yang paling ajaib. Kini mereka hanya tengah menunggu gong yang akan ditabuh oleh Princess sebagai penutup dari pertunjukan kali ini. Gong yang tentunya akan membuat semua orang terpingkal dengan polah pikir unik khas milik Princess. "Ih, pelcaya sama Inces. Bukan Inces yang kentut." Princess kembali menekankan perkataannya dengan kedua matanya yang membulat yakin. Ekspresi Princess terlihat sangat menggemaskan dan membuat semua orang ingin menciumnya saat ini juga. Terutama Farrell dan kembar ABC. Keempatnya sungguh ingin menarik Princess ke dalam pelukan dan menciuminya dengan bertubi-tubi. "Mau tau ciapa yang kentut?" tanya Princess, yang segera diangguki oleh ketiga kakaknya dan kedua orang tuanya. "Yang kentut itu El-el. Makanya El-el kulus, kalena cuka kentut telus. Kan olang yang cuka kentut, badannya kulus. Tadi bau kentutnya, bau pete, kan? Itu kalena makanan papolit El-el itu, daging asem manis pakek pete." "Yang kentut itu, El-el. Makanya El-el kurus, karena suka kentut terus. Kan orang yang suka kentut, badannya kurus. Tadi bau kentutnya bau pete, kan? Itu karena makanan paporit El-el itu, daging asem manis pakek pete. Sontak semua orang tertawa. Princess jelas terlihat sekali hanya tengah membuat alasan-alasan yang sebenarnya tak masuk akal. Sedangkan El-el yang sejak tadi berada didekat kaki kursi yang di duduki Riri dan Princess, hanya bisa mendengkur dan menyembunyikan wajahnya dengan kedua kaki depannya yang ia lipat. Ia tak bisa mengatakan isi hatinya, ia hanya bisa menerima dirinya menjadi kambing hitam oleh Princess. Tak apa, karena dirinya juga menyayangi tuannya itu, siapa lagi jika bukan, Princess.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN