6. NONTON BIOSKOP

1872 Kata
Perasaan hati Digo diketahui oleh kedua sahabatnya, tapi Digo belum bisa mengatakan yang sebenarnya, karena masih tidak yakin akan perasaan itu. Digo benar-benar berharap bisa bertemu lagi dengan gadis manis penjual kue tersebut. *** Perjalanan menuju Bioskop akhirnya sampai juga. Sekian menit kemudian, tampak mereka bertiga memasuki pintu masuk Bioskop dengan perasaan senang. Zein sambil melirik ke sekitar untuk mencari gadis yang mungkin bisa menarik hatinya, begitu juga dengan Rion, namun untuk Digo biasa saja, mungkin karena sudah ada gadis yang membuat hatinya terpikat, meski belum mengenal gadis itu. "Hay ...!" sapa Zein sambil melambaikan tangan kanan dan tersenyum ketika melihat sekumpulan gadis yang sedang mengobrol. Para gadis itu sedikit terkejut, ada yang menahan tawa sambil menutupi mulutnya, namun ada juga yang balas memberi senyum. Sesaat kemudian para gadis itu terlihat berbisik-bisik, mungkin membicarakan Digo dan teman-teman. "Siapa mereka?" bisik salah satu dari mereka. "Entahlah, tapi aku yakin mereka bertiga masih jomblo, hihihi," jawab temannya. "Hah, masak sih. Sembarangan aja kamu nebak, siapa tau mereka Playboy dan ingin mencari gadis lain." "Duhh, gawat kalau begitu." Akhirnya para gadis itu ragu dengan kehadiran mereka bertiga, ditambah gadis-gadis itu malah salah sangka yang sangat berbanding terbalik. Para gadis itu pun mencoba untuk tidak tergoda dengan rayuan mereka, meski hanya Zein yang merayu tadi. Entah kenapa Zein dan teman-tan juga tidak berani mendekati sekumpulan gadis tersebut, Zein hanya menyapa saja, padahal kemungkinan besar gadis-gadis itu juga masih jomblo. Setelah menunggu sambil membeli sesuatu untuk persiapan dan menemani menonton bioskop, Digo, Rion dan Zein segera menempati tempat duduk di ruangan pemutaran bioskop, apalagi tidak lama lagi film diputar. Seperti yang sering dilihat, sebagian besar penonton selalu membeli popcorn untuk menemani menonton film di situ, termasuk 3 jomblo sejati tersebut. Sekitar 5 menit sebelum pemutaran film, semua pengunjung yang sudah membeli tiket segera memasuki ruangan tertutup dan remang-remang tersebut. Terlihat Digo, Rion dan Zein sudah duduk manis sambil mengobrol santai. Sesaat kemudian, ada 3 gadis yang datang sambil bercanda tawa. "Sssttt ...! Ada gadis-gadis ke sini tuh," bisik Rion yang mengetahui kedatangan mereka. "Wow, iya benar. Asik nih," tambah Zein. "Hmm." Berbeda dengan Digo yang hanya tersenyum kecil dan sedikit bersuara. Ternyata ketiga gadis yang datang itu duduk tepat di depan mereka, sungguh sesuatu yang membuat para jomblo tersebut semakin asik dalam menonton bioskop. Kebetulan juga gadis itu bertiga, jadi sangat pas untuk mereka yang sama-sama bertiga juga, namun tidak tahu apakah para gadis tersebut juga jomblo. "Ehem, ehem," suara Rion berpura-pura batuk hingga membuat tiga gadis di depannya meliriknya. Rion juga memberi senyum pada mereka saat dilirik mereka, akan tetapi para gadis itu malah menahan tawa. "Hay, suka nonton bioskop juga ya?" tanya Zein memberanikan diri. "Iya, nih Kak," jawab salah satu dari mereka. Digo, Rion dan Zein sedikit terkejut mendengar panggilan Kakak, tapi sebenarnya itu hal biasa di muka umum. "Oh, memang asik nonton bioskop bersama teman-teman," ucap Zein. "Iya," balas gadis yang tadi singkat. Sepertinya mereka malu-malu berbicara dengan Zein. Sedangkan Rion dan Zein juga tidak tahu lagi harus berkata apa untuk merayu mereka, karena belum berpengalaman dalam mendekati seorang gadis, apalagi Digo yang merupakan cowok pendiam. Akhirnya pemutaran film dimulai juga, para gadis itu merasa senang. "Wah, sudah dimulai," ucap salah satu dari mereka. "Pasti seru nih," tambah kedua temannya serentak. Digo, Rion dan Zein hanya tersenyum mendengar ketiga gadis itu sangat senang saat film mulai diputar, mungkin ketiga gadis itu baru pertama kali menonton bioskop. Saat film mulai diputar, semua penonton sangat fokus menatap layar lebar. Sepertinya mereka menonton film Action, karena di awal sudah disuguhi adegan perkelahian bahkan baku tembak. "Wuih, seru," ucap gadis yang di tengah. "Aaa ... Tidak!" ucap gadis yang pinggir kanan agak teriak, itu karena melihat sang tokoh utama terkena tembakan di lengan hingga keluar darah, temannya pun terlihat khawatir. Sepertinya adegan film itu cukup menegangkan, mereka bertiga malah kurang fokus menonton film, terutama Rion dan Zein, karena terkadang malah memperhatikan tiga gadis di depannya tersebut yang merasa agak takut. Bahkan Rion dan Zein siap menjadi sandaran mereka jika ketakutan, kalau mau boleh juga sambil memeluk, pikiran Rion dan Zein terlalu berlebihan sampai ke situ. Selanjutnya semua fokus kembali menonton bioskop. Setelah beberapa menit film diputar, ternyata film tersebut memang menarik, selain banyak adegan aksi, ada juga adegan romantis antara tokoh utama dan seorang gadis anak mafia, sungguh dilema cinta yang tidak terduga. Sang tokoh utama pun ahli dalam bela diri dan memainkan senjatta pistol. Meski ada sesuatu yang mengkhawatirkan, karena musuh dalam film itu cukup banyak. "Aaaa!" teriak para gadis itu serentak, itu karena melihat adegan yang menyeramkan, yaitu sang tokoh utama hampir terkena senjatta tajam di wajahnya, namun berhasil ditahan. "Kalian tegang sekali, serem ya?" tanya Zein. "Iya, itu bahaya banget," jawab salah satu gadis. Mereka pun terus fokus menyaksikan adegan demi adegan film dengan perasaan menegangkan dan terkadang membuat jantung hampir copot. Beberapa menit telah berlalu, kini memperlihatkan adegan yang cukup romantis. Sang tokoh utama sedang berduaan di atap gedung bersama kekasihnya, berpelukan dan sesaat kemudian saling menatap hingga akhirnya berciuman mesra. Ketiga gadis itu melihat fokus hingga mata tidak berkedip, begitu juga dengan Digo, Rion dan Zein, Bahakan sampai menelan saliva saking fokusnya. Sepertinya mereka terlalu fokus hingga tidak sadarkan diri, mungkin membayangkan jika merekalah yang melakukan adegan ciuman mesra tersebut. Sesaat kemudian saat adegan hot tersebut berakhir, Zein mencoba menggoda gadis-gadis di depannya itu. "Hey, kalian fokus sekali melihat barusan. Kepengen ya, hihihi," ucap Zein sambil terkekeh. "Idihh, apaan sih. Enggak lah," jawab gadis yang di tengah. "Masak?" "Tapi untuk sekarang, hahaha," lanjut gadis itu hingga membuat teman-temannya ikut tertawa. "Dasar!" umpat Zein. "Emangnya kamu gak kepengen, hah?" tanya gadis yang paling kiri. "Ya, kepengen sih, hehe," jawab Zein. Terlihat Digo dan Rion hanya menyimak pembicaraan konyol mereka. Ketiga cewek itu malah tertawa pelan mendengar jawaban Zein yang malu-malu tersebut. "Ketahuan nih masih jomblo, hihihi," ucap gadis sebelah kanan. Hal itu membuat Zein terkejut, sementara Digo dan Rion menahan tawa. "Hah, aku ...," ucap Zein ragu karena malu mengakui status jomblo tersebut. Tapi hal tersebut segera teralihkan karena ... "Udah yuk, lanjutin film itu!" ajak gadis yang tengah. "Okay!" jawab teman-temannya. Zein hanya menggaruk kepala belakangnya karena malu mengakui status jomblo dirinya, kemudian Rion menepuk pundak Zein agar tabah dan jangan berkecil hati. Selanjutnya mereka semua melanjutkan nonton film dengan fokus kembali. Semuanya menonton dengan serius hingga memasuki puncak film, jeritan, kejutan dan sesuatu yang mengkhawatirkan menemani mereka menonton bersama film Action tersebut. Sekitar 20 menit kemudian, adegan akhir berlangsung. "Hiks, hiks," tangis isak ketiga gadis di depan Digo dan teman-teman. Ternyata mereka tidak sanggup menahan air mata setelah menyaksikan adegan akhir film itu, karena apa? Krena dalam film tersebut memperlihatkan menit hingga detik-detik akhir Kematian tokoh utama. Dia mengorbankan diri demi menyelamatkan kekasihnya, sehingga dia terkena tempak di bagian perut. Sang tokoh utama tidak mungkin bisa ditolong karena berada di tempat jauh, bahkan kawasan terpencil, tepatnya di sebuah bangunan tua. "Huaa ... hha ...," suara tangis mereka bahkan makin terdengar, mereka bertiga bahkan sampai saling peluk menyaksikan adegan ending yang sangat menyedihkan tersebut, terlihat Digo, Rion dan Zein juga terharu, namun mereka berusaha sekuat tenaga agar tidak meneteskan air mata. Mereka sempat berpikir, bahkan seseorang yang sudah mempunyai pacar bisa berpisah entah apa itu penyebabnya, tentunya banyak sesuatu yang bisa membuat sepasang kekasih berpisah, apalagi saat ini mereka masih jomblo, dalam mencari kekasih sejati saja sudah susah, belum nanti saat memiliki kekasih masih bisa beresiko terpisah. Hidup memang penuh dengan lika-liku. Kata-kata terakhir sang tokoh utama dalam film adalah meminta kekasihnya agar berjanji menjalani hidup normal hingga tua, meski tanpa dirinya. Sang tokoh gadis hanya bisa terus menangis sambil memangku kekasihnya yang berlumuran darah hingga tiada, ketika kekasihnya meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya, sang gadis menangis semakin keras dan tak henti-henti. Setelah kejadian itu, sang tokoh gadis menjalani hidup normal seperti apa permintaan kekasihnya tersebut. Ketiga gadis tersebut masih menangis, meski mulai pelan. "Apa kalian butuh sandaran untuk meluapkan tangis kalian?" tanya Zein membuat ketiga gadis itu menoleh sedikit ke belakang. "Kami siap bersedia," tambah Rion. Sedangkan Digo hanya terdiam ingin mendengarkan jawaban para gadis itu. "Kalian terlalu baik, tapi bercandanya terlewat batas juga," jawab salah satu dari mereka sambil mengusap air mata dan berusaha tidak menangis lagi. "Hah, tapi kami serius," balas Zein. "Makasih atas kebaikan kalian, tapi kami sudah gak menangis lagi," jawab yang lainnya sambil tersenyum. Karena film sudah selesai, semua penonton segera meninggalkan ruang tertutup ini. Mereka berencana pulang, apalagi waktu semakin malam meski besok hari libur. Digo, Rion dan Zein berjalan bersama dengan ketiga gadis tersebut, itu semua keinginan Rion dan Zein, mengetahui itu Digo hanya bisa menuruti keinginan mereka. Mereka sempat mengobrol sambil menuju luar ruangan. "Kalian sering bersama menonton bioskop di sini ya?" tanya Zein pada mereka. "Hehe, sebenarnya ini baru pertama kali. Soalnya untuk refreshing agar uji kompetensi minggu ini gak terlalu pusing buat belajar," jawab salah satu dari mereka. Ucapan gadis tersebut membuat Digo, Rion dan Zein terkejut, terutama Rion dan Zein yang berharap bisa menjadi kekasih mereka. "What? Ja-jadi kalian masih sekolah?" tanya Zein karena kaget, bahkan terlihat Digo malah menahan tawa. "Iya, kami masih SMA. Kami juga harus fokus belajar, karena orang tua kami juga tidak memperbolehkan berpacaran. Kecuali besok kalau udah kuliah." "Itu semua agar tidak mengganggu belajar kami di sekolah." Mendengar itu, Zein dan Rion tercengang, dalam hati mereka merasa pupus sudah harapan untuk menjadi kekasih mereka. "Oh jadi begitu. Ya itu semua bagus dan memang sangat penting, untuk anak sekolah memang lebih baik fokus dulu dalam belajar," ucap Rion. "Oke, kalian harus belajar yang rajin. Buat orang tua kalian bangga suatu saat," tambah Zein sambil tersenyum, terlihat Digo juga tersenyum. "Makasih atas support-nya," balas gadis yang memakai ikat rambut ke belakang. "Kami akan belajar rajin semampu kami," tambah temannya. "Hmm, kamu dari tadi kok diem aja? Dari tadi aku belum pernah mendengar suaramu," tanya gadis yang berlipstik merah merona, dia bertanya pada Digo karena terheran. "Hah, aku?" jawab Digo yang tadi sedang menunduk. "Iya, kamu." "Eee ... Aku ...," jawab Digo bingung. "Dia itu cowok pendiam, jadi memang selalu begitu," ucap Zein mewakili jawaban Digo, tapi hal tersebut membuat Digo menatapnya tajam seraya berkata, "Zein, diam kamu!" Akan tetapi Zein malah terkekeh senang, sungguh terlalu. "Hihihi, jadi begitu ya. Pantas jarang bicara," ucap gadis tersebut. Digo hanya bisa tersenyum lebar. "Tapi menurutku, kamu adalah yang paling ganteng dari kalian bertiga," ucap temannya memuji Digo hingga membuat Digo tersipu malu, sementara Rion dan Zein terkejut, tapi itu semua memang benar. "Kamu terlalu berlebihan," balas Digo. "Iya, kalian benar. Sahabatku yang satu ini memang terlalu tampan," tambah Zein membuat Digo memukulnya pelan di lengan hingga Zein mengelus-elus lengannya, mungkin sedikit sakit. "Berisik!" ucap Digo kesal. Melihat itu, ketiga gadis tersebut malah terkekeh senang karena melihat kelucuan mereka yang sering bercanda. "Tapi, kalian berdua juga di atas rata-rata kok," ucap gadis yang tadi menyanjung Rion dan Zein. "Ya udah, kami mau pulang dulu," lanjutnya. "Bye!" ucap ketiga gadis itu serentak sambil melambaikan tangan kanan. "Bye!" jawab Digo, Rion dan Zein juga serentak sambil mengangkat tangan kanan tanda perpisahan. "Makasih atas pujiannya, kalian semua juga cantik!" ucap Zein membuat mereka tersenyum bahagia. Ketiga gadis itu terus melangkah hingga berbelok arah. Ketiga cowok jomblo tersebut hanya bisa memandang mereka pergi, tanpa berharap lebih dan tidak berharap menjadikan mereka sebagai kekasih. To be Continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN