5. PERASAAN DIGO

1340 Kata
Mereka bertiga berhenti di sebuah mini market, namun hanya Zein yang masuk mini market tersebut untuk membeli bahan-bahan keperluan apartemen. Saat menunggu di mobil, Digo melihat gadis manis penjual kue, akan tetapi tidak berhasil menemuinya untuk berkenalan. Siapakah gadis manis penjual kue tersebut? Kita akan tahu setelah mereka bertemu lagi jika sempat. *** Zein dan Rion yang masih menunggu di mobil sedikit mengeluh. "Lama sekali sih Digo, apa yang dia lakukan?" gumam Zein setelah jenuh menunggu beberapa menit. Sedangkan Rion masih tiduran di mobil bagian tengah. "Biarin aja, lagi cari cewek mungkin?" ucap Rion. Sesaat kemudian, terlihat Digo berjalan menuju mobil, Zein melihatnya. "Itu dia batang hidungnya si Digo," ucap Zein. "Hallo, semua! Kalian nungguin lama ya, maaf, hehe," sapa Digo pada teman-temannya. "Dari mana kamu? Cari cewek ya?" "Ehh, kamu kok tau?" jawab Digo terkagum. "Tau donk. Kamu kan jomblo sejati yang sedang mencari cinta, hahaha." "Sialan kamu! Kita bertiga sama aja, tunjukkan mana cewek mu jika bukan jomblo!" "Cewek ya? Gak punya," jawab Zein sambil cemberut dan sedikit bersedih, tapi sesaat kemudian. "Hahaha!" mereka bertiga malah tertawa senang. "Tenang aja Kawan, gak perlu dipikirin terlalu dalam, bisa stress kita. Suatu saat kita pasti berhasil mendapatkan kekasih idaman," ucap Digo yang sudah duduk di dalam mobil, dia mengatakan itu sambil menepuk pundak Zein. "Right. Kita harus yakin dengan itu," jawab Zein sambil tersenyum. "Ya udah, ayo kita pulang!" Zein segera menjalankan mobilnya dengan santai karena jalanan cukup ramai. Itu semua agar aman dan terhindar dari kecelakaan, apalagi lokasi apartemen mereka tidak jauh dari situ, yaitu sekitar 5 menit perjalanan santai. "Gadis manis itu, mungkinkah aku bisa bertemu lagi dengannya?" gumam Digo dalam hati sambil melihat ramainya kota di sekitar jalan yang mereka lewati. Para pedagang sudah mulai beraktifitas untuk jualan sore hingga malam, seperti pedagang gorengan, martabak, roti bakar dan lain-lain. Setelah menempuh perjalanan santai, akhirnya mereka sampai juga di apartemen. Memarkirkan mobil dengan tertib, kemudian bergegas menuju kamar apartemen. Tapi ... "Woii, Rion! Masih tidur aja kamu. Sekalian aja tidur di sini sampai besok. Bye!" ucap Zein lalu keluar dari mobil, diikuti Digo. "Hah, sembarangan! Ogah banget tidur di mobil semalem," jawab Rion dan bergegas bangun dari tiduran, selanjutnya menyusul mereka. "Kenapa gak mau, kamu suka kan tidur di mobil?" "Bawel banget kau ini, kek cewek aja!" ucap Rion bercanda. "Bilang apa kau tadi, hah? Bilang sekali lagi kalau berani, ayo!" kesal Zein sambil bercanda mencekik Rion dengan lengan kanan berototnya. "Aakkhh ... Ampun Boss! Lepasin!" keluh Rion. Mereka berdua malah bercanda ria sambil melangkah menuju kamar apartemen, sementara Digo hanya tersenyum kecil melihat itu. "Aku gak akan lepasin kamu, sampai kamu bilang sekali lagi!" "Mulut Zein bawel kek cewek!" "Heh, malah bilang lagi!" kesal Zein sambil mencekiknya semakin erat. "Zein, lepasin! Sakit tau. Kamu sendiri kan yang suruh bilang sekali lagi, gimana sih!" "Hah, apa benar aku bilang begitu tadi?" "Tanya sama Digo kalau gak percaya!" "Hey, Digo. Apa memang begitu?" tanya Zein pada Digo. "Ya," jawab Digo singkat. Jawaban singkat sahabatnya tersebut membuat Zein dan Rion terheran, meski sifat biasanya Digo memang dingin seperti itu, tapi kali ini agak berbeda karena Digo seperti sedang memikirkan sesuatu dengan serius. Rion dan Zein pun berhenti bercanda karena ingin tahu lebih mengenai perasaan sahabat terbaiknya tersebut. "Digo, jujur aja deh sama kita! Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Zein. "Iya, serius banget sepertinya," tambah Rion. Digo menatap tajam mereka berdua, hal tersebut membuat mereka sedikit terkejut hingga merasa takut. "Hahaha, kenapa kalian tegang begitu? Takut amat sih kalian sama aku," ucap Digo sambil terkekeh. "Serius Bro, kami penasaran." Digo terdiam sesaat, dia sebenarnya sedang memikirkan gadis manis penjual kue tadi saat di jalan. Entah mengapa dia tidak bisa melupakan gadis itu, mungkin jiwa asmaranya membara tidak bisa dikendalikan. Bahkan menurutnya, gadis tersebut sangat berbeda dari yang lain, baru kali ini dia kesulitan melupakan seorang gadis yang baru pertama kali dia lihat. "Ada apa dengan diriku? Aneh, siapa sebenarnya gadis manis itu, kenapa bisa membuatku seperti ini. Wajah manis mu selalu terbayang-bayang di mataku," batin Digo. "Woii, malah melamun!" ucap Rion mengagetkan. "Hah, kalian tadi tanya apa?" "Astaga ... Digo si pria yang paling ganteng sedunia. Jangan pura-pura gak tau, kamu gak bisa menyembunyikan sifat mu dari kami. Kamu harus tau itu, paham?" ucap Rion yang memang sudah hafal dengan sifat Digo, Zein juga sependapat, itu karena mereka bertiga sudah beberapa tahun tinggal bersama. "Oh, jadi begitu. Hehehe, udahlah! Gak perlu bahas yang itu. Aku masih Digo yang dulu, tenang aja," jawab Digo mencoba tetap merahasiakan perasaannya saat ini, mungkin memang sebaiknya begitu, karena apa yang dia rasakan belum terlalu jelas. "Huft, baiklah kalau kamu belum mau memberi tahu kami. It's okay," balas Rion. "Sifat dingin dan pendiam memang sulit untuk diubah, atau malah gak bisa," tambah Zein. "Berisik!" Rion dan Zein malah terkekeh mengetahui Digo menggerutu. Akhirnya mereka sampai di kamar apartemen setelah perjalanan penuh canda tawa bercampur keseriusan. Seperti itulah kehidupan mereka bertiga, persahabatan yang sangat menyenangkan dan penuh warna. "Kalian pakai dulu kamar mandinya, gak apa-apa. Aku mau rebahan dulu," ucap Rion si pemalas. Kesempatan itu selalu diambil Digo dan Zein, karena kamar mandi ada 2, jadi bisa dipakai masing-masing. Digo dan Zein sudah tidak betah dengan badan bau apek karena seharian bekerja, ditambah perjalanan pulang yang ramai. Apalagi Digo sempat mencari-cari gadis manis penjual kue hingga berkeringat dan sedikit pusing kepala, sedangkan Zein muter-muter ke mini market dan menunggu di mobil agak lama. Entah kenapa Rion bisa sesantai itu, sungguh unik yang dia rasakan, mungkin semua hal tidak enak itu hilang ditelan sifatnya yang malas. Sekian menit kemudian, Zein keluar dari kamar mandi karena sudah selesai mandi. Terlihat dia mengusap-usap rambutnya dengan handuk kecil, sementara bagian badan bawah memakai handuk besar. Zein melihat Rion malah tiduran di sofa dan masih memakai celana panjang kerja, tapi kemejanya sudah dicopot, saat ini menyisakan kaos warna putih. "Rion, apa kamu sedang sakit?" tanya Zein sedikit perhatian. Rion membuka mata melihat Zein, lalu menjawab pertanyaan tersebut. "Enggak kok. Cuma sedikit flu saja. Nanti mau minum obat pereda flu dan vitamin." "Oh, jadi begitu, syukurlah. Katakan saja jika suatu saat kamu sakit, gak perlu disembunyikan," ucap Zein sambil melangkah pergi untuk memakai pakaian harian, Rion hanya tersenyum. Satu menit berikutnya, Digo keluar dari kamar mandi dan sudah memakai kaos singlet warna biru dan celana pendek hitam. "Hey, Rion, buruan mandi! Jadi ikut nonton Bioskop gak, nanti malam?" tanya Digo. "Jadi donk. Iya, bentar lagi," jawabnya masih rebahan di sofa. "Oke." Digo segera menuju kamar untuk merapikan rambut dan lainnya. Sekitar 3 menit kemudian, Rion bergegas untuk mandi mumpung hari belum gelap, meski sebentar lagi matahari terbenam. Mandi di waktu setelah matahari terbenam tidaklah baik untuk kesehatan, jadi sebisa mungkin sebaiknya dihindari demi kesehatan. *** Malam hari sudah tiba, Digo, Rion, dan Zein sudah siap berangkat untuk bersenang-senang di malam weekend, itu semua agar pikiran fresh dan tidak stress. Mereka sudah berpakaian lengkap dengan jaket. Jaket warna biru untuk Digo, warna putih untuk Rion dan warna hitam untuk Zein. Mereka ingin menonton Bioskop malam ini, pastinya sangat asik. "Semoga kita dapat gadis di sana, hihihi," kata Zein penuh harap. "Iya, siapa tau jodoh kita ada di sana," tambah Rion, sementara Digo hanya tersenyum. Sepertinya dia tidak begitu berharap mendapat gadis di tempat itu. Ada apa dengan Digo? Mungkinkah dia sudah terpikat dengan gadis manis penjual kue warna warni sore itu? Hanya perasaan Digo yang tahu, meskipun itu belum yakin. Mereka menuju tempat parkir mobil sambil mengobrol santai, setiap ada penghuni apartemen yang mereka temui, mereka saling memberi senyum. Sebagian besar penghuni apartemen ini sudah berkeluarga, mungkin ada juga pria jomblo seperti mereka, namun mereka belum pernah melihat gadis yang mungkin single di sini. Apalagi gadis cantik, sama sekali belum pernah dilihat. Beberapa menit kemudian, mereka sudah di perjalanan menggunakan mobil kantor. Mobil untuk mereka cukup bagus, yaitu mobil merek Honda Jazz warna silver. Perjalanan sangat seru, mereka sambil mendengarkan musik, terkadang sambil bernyanyi bersama. Apalagi cuaca malam ini cerah dan banyak bintang bertaburan di langit, meski saat ini mereka masih jomblo, tapi hati mereka hampir selalu bahagia setiap saat. To be Continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN