7. AKTIFITAS MASING-MASING

1770 Kata
Ketiga jomblowan sejati menonton bioskop dan bertemu dengan tiga gadis manis, namun ternyata mereka masih sekolah, jadi tidak mungkin Digo, Rion dan Zein berharap lebih pada mereka, terutama Rion dan Zein yang belum terpikat oleh satu pun gadis yang mereka temui. *** Mereka sudah berpisah dengan ketiga gadis itu, pastinya karena ingin segera pulang. Saat ini mereka masih berdiri di tempat. "Guys, apa kalian gak merasakan sesuatu yang mengganjal?" tanya Digo. Rion dan Zein sedikit berpikir, tapi segera menjawab. "Aku tau maksudmu." "Kebelet kencing!" ucap mereka bersamaan, sungguh kocak. Selanjutnya mereka segera menuju kamar kecil untuk melakukan niatnya tersebut. Sesampainya di sana, mereka kencing bersama di tempat masing-masing, karena di sana ada 5 tempat kencing untuk pria. "Ah, lega juga akhirnya!" ucap Zein sambil memegang senjata berharga miliknya. "Sayang sekali, ternyata mereka masih SMA," ucap Rion sambil kencing. "Iya, apa kita akan selalu kesulitan begini dalam mencari pacar. Hmm, sungguh bikin pusing," balas Zein. Terlihat Digo malah menahan tawa, hal itu diketahui kedua temannya. "Ngapain kamu malah ketawa begitu? Digo sialaan!" umpat Zein. "Hahaha, lucu aja," jawab Digo akhirnya tidak bisa menahan tawanya lagi. "Kamu kenapa santai gitu sih? Jangan-jangan kamu ...," ucap Rion menduga sesuatu. "Udah, ayo kita pulang! Kencing gak usah lama-lama, entar kebablasan lagi," ucap Digo yang sudah selesai kencing dan terlihat sedang menutup resleting celananya. "Jangan lupa tutup kembali resleting kalian, entar terbang baru tau rasa, hahaha," lanjut Digo ternyata bisa juga bercanda berlebihan, itu hanya kepada kedua sahabatnya tersebut. "Apa maksudmu? Dasar Digo!" Setelah semua selesai kencing, mereka bergegas pulang untuk istirahat meski waktu belum terlalu malam untuk seorang cowok, apalagi besok hari libur, mungkin mereka ingin beraktifitas lebih esok harinya. *** Hari sudah pagi dan ini masih hari libur, tampak Digo dan Zein sudah bangun dari tidur dan sudah mandi, sementara Rion masih memeluk guling empuknya. Digo dan Zein mengobrol santai sambil minum kopi dan makan cemilan kue coklat, terlihat juga televisi menyala di tempat tersebut. "Zein, apa belum ada gadis yang kira-kira membuatmu terpikat sejak kita mulai mencari pacar beberapa hari yang lalu?" tanya Digo setelah menyeruput kopi manis. "Ada banyak, tapi yah ... Seperti yang kamu lihat, belum ada yang sesuai," jawabnya. "Kemarin lusa sempat memberi kartu nama pada geng gadis yang masih SMA, aku berharap itu bisa membantuku," lanjutnya sambil tersenyum. "Hah, kamu sampai melakukan itu? Hmm, gak ada buruknya juga sih. Nice." Digo kembali beralih mengambil kue coklat di depannya. "Gimana dengan mu, sepertinya sudah dapat nih gadis pujaan," tanya Zein mengejutkan sampai Digo tersedak. "Uhuk, uhuk!" Digo bergegas minum, tapi hanya ada kopi, menurutnya itu tidak bisa membantunya dalam meredakan tersedak nya itu. Digo melangkah untuk mengambil air putih di dapur. "Digo? Apa kamu baik-baik aja?" Digo tidak menjawab dan terus melangkah ke dapur, Zein pun terheran. "Apa benar tebakanku, Digo sudah mempunyai incaran gadis," gumam Zein dalam hati. "Sembarangan aja kalau nebak. Belum ada gadis yang aku kenal, apalagi sampai menjadi pujaan," ucap Digo yang sudah berjalan di belakangnya sambil memegang sebotol air mineral. Zein segera menengok dan memperhatikan Digo melangkah mendekat. "Tumben si cowok pendiam ini berbohong," balas Zein sambil menaikkan sebelah kanan alisnya. "Heh, apa maksud kamu? Kamu gak percaya sama aku?" "Iya, aku gak percaya. Sebaiknya kamu jujur sama kita, aku dan Rion sudah tau gerak gerik mu, Digo. Ada perubahan sikap dalam dirimu akhir-akhir ini." "Huft, jadi kalian sudah hafal betul tingkah laku diriku. Baiklah, aku akan sedikit katakan yang sejujurnya, tapi gak bisa sedetail mungkin," ucap Digo akhirnya pasrah dalam menyembunyikan perasaannya. "Oke, oke. Gak apa-apa, aku siap menyimak." Digo kemudian menceritakan sedikit apa yang belum lama ini membuat hatinya terus memikirkan itu, yaitu tentang seorang gadis manis yang tidak sengaja dilihatnya lusa yang lalu, tapi Digo tidak memberi tahu jika gadis itu adalah penjual kue berwarna warni, yang dia katakan adalah gadis yang sangat manis, bahkan baru pertama kali melihatnya, bagaikan kembang gula yang sedang lewat. Digo langsung terpana saat pertama melihatnya, mungkin juga terjadi hal yang sama dengan Rion atau Zein jika melihat gadis manis itu. Zein hampir tidak percaya dengan apa yang dikatakan sahabatnya tersebut, dia menjadi penasaran dan ingin melihatnya juga. "Eitss, tapi awas aja kalau sampai kamu jatuh cinta sama dia, harus berhadapan dulu denganku," ucap Digo sambil menatap tajam. Hal tersebut membuat Zein tercengang dan tidak mau membuat masalah dengan Digo. "Oke, oke. Siap Boss!" Tapi Digo memberi tahu jika dia kehilangan jejak gadis manis tersebut, oleh sebab itu dia selalu kepikiran tentangnya, dia merasa sedih. Melihat itu, Zein memberi semangat dan dukungan, dia juga meyakinkan Digo bahwa lain kali pasti bertemu lagi dengan gadis manis tersebut. "Oke, makasih Zein." Digo dan Zein mengobrol sambil menonton berita televisi, meski lebih fokus mengobrol santai. Satu jam berlalu, Digo berencana ingin keluar mencari sesuatu yang membuat pikirannya fresh. "Aku mau jalan-jalan bentar cari udara segar," pamit Digo yang sudah memakai jaket dan celana jeans panjang. "Oke, aku juga mau ke tempat fitness bentar lagi," balas Zein. Digo akan keluar apartemen menggunakan motor yang dia beli, motor Vixion warna putih, Zein juga membeli motor dengan model Byson warna hitam, mereka membeli motor ketika ingin jalan-jalan sendirian agar lebih mudah, sementara Rion malas beli dan lebih sering meminjam motor mereka jika ingin keluar sebentar, tapi itu sangat jarang, bahkan terkadang memakai mobil kantor jika motor mereka sedang dipakai. Begitu malasnya si Rion, entah apakah ada yang bisa mengubah sifat malasnya tersebut atau tidak, mungkin kekasih sejatinya yang bisa mengubahnya, tapi itu pun jika dia bisa mendapat kekasih sejati. Saat Zein ingin berangkat ke tempat fitness, dia ingin mengganggu Rion dulu sebelum berangkat, itu karena sedikit jengkel melihat sudah siang begini masih tidur enak, mentang-mentang ini hari libur, sungguh terlalu. "Rion, Rion sayang. Bangun donk!" ucap lirih Zein di dekat kasur tidur Rion, terlihat Rion menggerak-gerakkan telinganya, mungkin mendengar suara samar-samar tersebut. "Rion, aku kangen sama kamu. Ayo kita, kencan," ucap Zein lagi. "Menjijikan! Pergi sana, dasar menyebalkan!" teriak Rion sambil memukul Zein menggunakan bantal, itu karena saking kesalnya dengan suara palsu Zein barusan. "Hahaha!" tawa Zein terdengar sangat puas setelah berhasil mengganggu sahabatnya. "Pergi! Pergi! Pergi ...! Mengganggu orang tidur aja," kesal Rion sambil terus memukul-mukul Zein dengan bantal, tapi tidak kena. "Ini udah siang woii! Gimana jika nanti kamu punya pacar atau istri dan jam segini masih enak-enakan tidur? Bakal ancur hidupmu," ucap Zein memperingatkan. "Iya, aku tau. Makanya mumpung sekarang masih jomblo, aku manfaatin, hahaha," jawab Rion dengan entengnya, dia masih saja rebahan di kasur. Sebenarnya Rion tadi sempat ke kamar kecil sebentar untuk kencing, setelah itu tidur lagi hingga sekarang. "Astaga! Jadi selama ini karena itu, tapi itu bisa jadi kebiasaan Rion. Gak baik tau gak?" "Yahh, mau gimana lagi. Enak sih malas itu, hihihi." "Huft, dasar Rion! Udah, aku mau pergi fitness. Jaga apartemen ini baik-baik, oke?" pinta Zein sambil melangkah pergi. "Males," jawab Rion dan malah memeluk guling lagi sambil tersenyum. Zein tidak mau membalas jawaban Rion tersebut dan terus melangkah pergi. "Rion, Rion. Untung kamu sahabatku, kalau bukan, gak tau apa yang akan aku lakukan," gumam Zein setelah menutup pintu kamar apartemen. Di tempat Digo, ternyata dia berada di sebuah toko buku terbesar di kotanya. "n****+ apalagi ya? Keren-keren semua ini, pengen rasanya beli semua," gumam Digo sambil melihat-lihat judul sampul n****+ romantis, mungkin dia ingin mempraktekkan cara-cara sang tokoh pria dalam mencari dan merayu gadis idaman, menarik juga pemikirannya, Digo sadar bahwa dia kekurangan pengalaman dalam menggaet gadis, itu salah satu caranya dalam belajar hal seperti itu. Setelah bergerak sambil memilih-milih buku n****+ romantis, dia bertemu dengan dua gadis yang sama-sama sedang memilih buku n****+ romantis. Digo memberi senyum pada mereka, sementara dua gadis itu juga memberi senyum, tapi dengan senyum yang lebih manis dan menggoda, bahkan salah satu dari mereka sampai mengedip-ngedipkan mata, Digo terkejut melihatnya, dia segera mengalihkan pandangan ke buku-buku n****+ di depannya. Sebenarnya dari tadi dua gadis itu sedang memperhatikan Digo, mereka berpikiran bahwa Digo adalah cowok jomblo, karena sedang berada di sini seorang diri. "Hay, boleh kenalan!" ajak salah satu gadis berkacamata sambil mengulurkan tangan. Digo langsung menoleh ke arahnya, lalu memperhatikan uluran tangan tersebut, sebenarnya dia merasa ragu, tapi tidak baik menolak simpati dan kebaikan hati seseorang. Akhirnya Digo menerima uluran tangan dari gadis itu. "Aku Sindy dan ini teman saya, namanya Mela," ucap gadis berkacamata itu sekalian mengenalkan sahabatnya. "Digo," ucap Digo singkat. Setelah mereka melepas jabat tangan. "Uhh, namanya keren. Sesuai dengan wajahnya yang manis," bisik gadis yang bernama Sindy itu dengan sahabatnya yang bernama Mela tersebut. Mereka berdua tampak senang bisa berkenalan dengan Digo, terutama gadis berkacamata. Sesaat kemudian, Digo teringat sesuatu yang tidak bisa terlupakan dalam hidupnya. "Gadis berkacamata," batin Digo tampak terkejut. "Maaf aku harus pergi," pamit Digo dan buru-buru pergi meninggalkan 2 gadis tersebut. "Ehh, tunggu!" ucap gadis berkacamata. "Duh, ada apa dengannya, padahal kita belum minta nomor ponsel dan alamatnya," tambah Mela. "Yahh, kamu benar Mela." Kedua gadis itu ingin mengejar Digo, namun tidak berani karena baru saja kenal. Jika tiba-tiba mengejar dan memaksanya untuk berbicara lebih jauh, itu terlalu tidak sopan dan bisa dinilai jelex di mata orang lain, terutama yang dikejar tersebut, alias Digo. Terlebih mereka adalah seorang gadis, meski mengejar sebuah cinta tidak ada yang melarang, tapi mereka sebagai gadis merasa malu. Mungkin mereka akan mengejar Digo jika bertemu lagi di kesempatan kedua, memang tidak ada salahnya mencoba mendekati seseorang, meski baru kenal, siapa tahu berhasil menarik perhatiannya. Digo melangkah cepat seperti orang ketakutan, sebenarnya apa yang terjadi sampai Digo seperti itu? Sungguh aneh. "Maaf nona, aku gak bisa berkenalan lebih dekat lagi denganmu. Aku masih merasa sakit dan terus ingat dengan perlakuan dia terhadapku, aku gak akan pernah lupa itu," batin Digo saat mengingat-ingat masa lalunya. Ya, sebenarnya Digo mempunyai pengalaman buruk terhadap wanita berkacamata, lebih tepatnya dia memiliki mantan seorang gadis yang berkacamata. Digo dicampakkan, dihina dan diselingkuhi tanpa perasaan, bahkan di depan pacar baru mantan nya, itu semua hanya karena Digo orang yang tidak punya apa-apa, alias orang sederhana dan waktu itu Digo sedang menjadi pengangguran karena perusahaan yang dia tekuni sedang bangkrut, sehingga Digo dan karyawan lain kehilangan pekerjaan. Saat Digo dihina oleh mantannya, waktu itu sedang mencari-cari pekerjaan baru dan belum juga membuahkan hasil, oleh sebab itu pacarnya yang dulu sangat membenci Digo dan dengan tega berbuat selingkuh, bahkan memutus tali cinta mereka dihadapan pacar barunya yang mempunyai mobil, sungguh keterlaluan dan tidak pernah bisa dilupakan oleh Digo. Sejak saat itu, dia tidak menyukai gadis berkacamata, padahal tidak semua gadis berkacamata seperti mantannya, pasti banyak yang baik hati, tapi dalam hati Digo terlanjur terluka sangat dalam dan belum bisa disembuhkan hingga sekarang, mungkin ini juga salah satu mengapa Digo masih jomblo hingga sekarang, dia juga menjadi cowok yang cukup dingin. To be Continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN