[Author Pov]
"Besok-besok jangan keluar sendiri lagi malam-malam. Apalagi kalau lagi nggak fit gini.."
"Hm.." Milani mengangguk. "Makasih ya, maaf ngerepotin.."
"Hm.."
Milani hendak meraih handle pintu, tapi pintu itu lebih dulu terbuka. Paris muncul dengan ekspresi sedikit terkejut.
"Gue cabut dulu."
Paris menatap sang kakak setelah sosok itu hilang di belokan.
"Kakak ngapain sama Kak Kayhan? Kok bisa bareng dia?"
Milani masuk ke dalam kamarnya. Paris mengikuti sang kakak.
"Tadi nggak sengaja ketemu di minimarket."
"Kakak juga kenapa pergi nggak ngasih tau aku? Kan aku bisa beliin. Kalau kakak nggak sembuh-sembuh gimana?"
"Ih bawel. Kakak udah mendingan. Kakak tau kamu baru pulang dari kampus, pasti capek. Lagian emang kamu mau beliin pembalut?"
Paris menggaruk tengkuknya.
"Ngapain kamu ke sini? Udah kayak perawat aja datang tiap hari.."
"Ya emang nggak boleh? Nanti aku diomelin Mama.."
Milani mencibir.
"Btw, kakak ada hubungan apa sama Kak Kayhan?"
"Hubungan apa?" tanya Milani balik.
Paris menatap kakaknya itu penuh selidik. "Kakak suka kan sama Kak Kayhan?"
Milani melotot, kemudian memalingkan wajah. Paris menyadari sikap salah tingkah kakaknya itu.
"Jadi bener dia? Aku pernah lihat nama dia di diary kakak sebenarnya. Nggak tau kalau Kayhan itu Kayhan senior aku.."
"Kamu ngapain buka-buka diary kakak?"
"Udah lama, nah," ujar Paris mengabaikan protes Milani. "Itu aku liatnya udah setahun yang lalu. Kakak masih suka dia sampai sekarang..?"
"Kamu kalau cuma mau ganggu mending balik ke asrama kamu. Istirahat. Besok kuliah kan?"
"Besok sabtu, libur.."
Milani menghela napas. Ia menarik selimut, berbaring sedikit memunggungi Paris.
"Kak.."
"Hngg?"
"Kak Baby sama Kak Haras udah lama pacarannya?"
Milani mengerutkan kening. Ia kemudian berbalik, melihat adiknya itu. "Ngapain nanya-nanya mereka? Kalau kakak nggak salah, kamu lumayan sering nanyain soal Baby. Jangan bilang...." Milani menyipitkan matanya. "Jangan bilang kalau kamu suka sama Baby?"
Tak ada jawaban dari Paris. Lebih tepatnya tak ada bantahan. Milani langsung bangkit, menatap Paris tak percaya.
"Astaga. Paris, gimana bisa? Kenapa kamu naksir sama Baby?"
"Kakak serius nanya?"
Milani menghela napas. "Ya dari semua orang, kenapa Baby? Kamu kan tau dia itu pacarnya Haras, senior kamu. Lagian Baby itu temen kakak."
"Terus?"
Milani menepuk jidatnya. "Ya nggak boleh, lah."
"Kenapa nggak boleh?"
"Jangan bilang kamu punya pikiran pengen ngerusak hubungan mereka? Kakak nggak bakal ngizinin!"
Paris melipat tangannya di d**a. "Am i that bad?"
"Ya habisnya kamu tuh. Lagian kamu kenal Baby baru sebentar, ketemu juga baru beberapa kali. Kapan naksirnya sih?"
"Dari pertemuan pertama," jawab Paris enteng. Dan Milani sukses melongo mendengar jawaban adiknya itu.
"Ok. Kakak bakal anggap itu labilnya kamu yang baru lulus SMA. Kakak bakal pura-pura nggak denger."
Paris bangkit dari duduknya. "Terserah kakak. Kalau gitu aku pergi dulu. Obatnya diminum. Oh iya," Paris menghentikan langkah, berbalik. "Kak Kayhan orangnya baik." Lalu Paris benar-benar hilang di balik pintu.
Milani diam terpaku.
"Iya dia baik. Tapi sampai detik ini kakak nggak tau hati dia punya siapa.."
...
Sehabis mengantar Milani yang tak sengaja ia temui di minimarket, Kayhan segera kembali ke tujuan awalnya tadi. Sebenarnya ia ada janji berkumpul dengan teman-temannya.
Kayhan melirik ponselnya yang berbunyi. Ada banyak notifikasi di grup membahas tentang berita yang menghebohkan sejak siang tadi. Karena itulah Haras tidak ikut berkumpul malam ini. Dia terlihat uring-uringan sejak siang. Meski sikap kesalnya hanya ia perlihatkan di depan Kayhan saja.
"Nih anaknya datang. Sini lo k*****t!" Ogi langsung menyemprot. Kayhan menarik kursi kemudian duduk.
"Lo pacaran sama Milani ya? Diam-diam ya lo, Milani diembat juga!"
"Bacot. Ngomong apaan sih lo?"
"Nih," Ogi memperlihatkan layar ponselnya pada Kayhan. Tapi Kayhan tampak tidak terkejut sama sekali melihat foto dirinya yang sedang jalan bersama Milani. Foto itu baru diambil kurang dari satu jam yang lalu. Banyak sekali orang kurang kerjaan di sekeliling mereka.
"Baru tadi berita Haras pacaran sama anak FK bikin heboh, sekarang lo malah ikut-ikutan. Sama Queen kampus lagi.."
Kayhan meneguk minumannya. Ia sama sekali tak perduli dengan ocehan Ogi.
Milani. Perempuan itu memang cantik. Dan Kayhan tau kalau Milani masih punya perasaan padanya, meski ia sudah pernah terang-terangan menolak Milani dulu. Apa selama ini Kayhan tak pernah goyah sedikit saja? Jawabannya adalah ia tidak tau. Kayhan sendiri tidak yakin bagaimana cara ia menjelaskan perasaannya terhadap Milani.
Jujur saja, ia suka pada Milani. Ia suka senyum perempuan itu. Milani juga anak yang mudah bergaul. Dia ceria. Tapi entah kenapa Kayhan tak pernah bisa melangkah maju untuk membiarkan Milani mengisi hatinya. Darina? Bisa jadi, tapi Kayhan juga tak yakin apakah masalahnya benar-benar Darina. Haras selalu menuduhnya belum move on. Jujur, Kayhan memang belum bisa melupakan Darina. Tapi tidak pada tahap Kayhan tak bisa menyukai orang lain. Ia dan Darina punya hubungan yang berbeda. Kayhan tak bisa menjelaskan.
"Kay," Faro menepuk bahu sahabatnya itu. "Nggak usah dipikirin. Anak-anak emang pada kurang kerjaan. Ntar juga gosipnya hilang sendiri..."
Kayhan mengangguk. Sebenarnya dia tidak terlalu memikirkan hal itu. Kayhan memikirkan hal lain.
"Makin banyak aja ni foto-foto si Haras sama tuh anak FK. Ini juga yang di kantin waktu itu. Nih orang pada dapat di mana sih?" Celetuk Ogi tiba-tiba.
Kayhan menerawang jauh.
...
Jam menunjuk di angka 11. Haras membuka matanya perlahan. Cahaya hanya berasal dari lampu kecil di meja belajar Baby. Haras mengedarkan pandangan dan tidak menemukan sosok yang tengah dicarinya itu. Haras meraba-raba ponselnya di atas meja.
Ada banyak pesan. Namun mata Haras dengan cepat menangkap satu pesan yang terletak paling atas.
"s**t!" Haras langsung menyingkap selimut, turun dari kasur. Ia tau Baby di mana. Haras mengetuk beberapa kali dengan agak buru-buru.
Pintu terbuka.
"Har.."
"Baby ada, kak?"
"Ada. Masuk aja.."
Haras langsung masuk. Baby ada di kasur Dara, tengah bermain dengan ponselnya.
"By.."
Baby menoleh. "Kamu udah bangun?"
Haras memandangi kekasihnya itu. "Ayo balik ke kamar.." ia meraih tangan Baby kemudian membawa Baby sebelum perempuan itu sempat bicara.
"Makasih ya, Kak," ucap Baby cepat yang dibalas Dara dengan anggukan.
"Kenapa? Kamu lapar?" Tanya Baby begitu mereka sudah di kamarnya.
Haras terlihat menarik napas dalam. Wajah kantuknya tadi sudah hilang. "By, ini nggak seperti yang kamu bayangin.."
Kening Baby mengerut.
"Kamu pasti udah lihat pesan Cindy kan?"
Baby tak menjawab.
"Tadi baju aku kotor pas temenin dia ke rumah sakit. Jadi pas jalan pulang mampir buat beli baju di toko. Lupa kalau baju aku dia yang pegang, kayaknya kebawa sama dia," Haras berusaha menjelaskan.
"Be.."
Haras menatap Baby.
"Apa kamu pernah suka sama Cindy?"
Haras terpaku dengan tatapan terkunci pada mata Baby.
"Kamu jangan punya pikiran yang aneh-aneh.." kata Haras setelah bungkam selama beberapa detik. "Kamu tau gimana hubungan aku sama dia."
Baby mengangguk. "Hm. Aku tau dari sisi Cindy. Tapi aku nggak tau dari sisi kamu. 5 tahun lalu Cindy suka sama kamu. 5 tahun lalu, gimana perasaan kamu sama Cindy?"
Keduanya saling menatap.
"By.."
"Kalau aku bilang Cindy masih suka sama kamu, apa kamu percaya?" Potong Baby. Ia tersenyum samar.
"Itu bukan urusan aku."
Baby memejamkan mata. Dering ponsel menggema. Haras menatap layar ponselnya.
"Kenapa nggak diangkat?" tanya Baby.
"Aku—" ponsel kembali berdering.
Haras dengan kesal menjawab panggilan. "Kenapa?!" tanyanya dengan suara meninggi.
"Har..." ujar suara di sebrang.
"Cindy, kamu kenapa?" Kini suara Haras berubah khawatir. Baby pun mengerutkan kening.
Hanya terdengar tangis.
"Mau ke mana?" Tanya Baby terkejut saat Haras menarik tangannya.
"Ke asrama aku.."
"Ngapain?"
"Ke tempat Cindy, aku nggak mau pergi sendiri.."
"Be, eh tunggu..."
Di lobi tak sengaja mereka bertemu Kayhan. Anak laki-laki itu terkejut melihat Baby dan Haras jalan terburu-buru.
"Kenapa? Mau ke mana malam-malam begini?"
"Ke asrama gue.."
Kayhan makin mengerutkan kening.
"Kay lo ikut juga.." ajak Haras. Meski bingung akhirnya Kayhan ikut. Ia tidak tau apa-apa.
...
Kayhan terkejut saat ternyata mereka tidak ke kamar Haras melainkan ke kamar lain yang ia tidak tau milik siapa. Pintu tidak terkunci. Haras langsung masuk disusul Baby dan Kayhan.
"Cindy! Kamu di mana?!"
"Har.." terdengar sahutan lemah entah dari mana. Haras berlari ke arah kamar mandi. Kayhan menyusul.
"Astaga!!" Haras nyaris menjerit, terkejut melihat Cindy tergeletak di lantai kamar mandi dalam keadaan setengah basah.
Haras dan Kayhan langsung membantu Cindy. Baby mengambil handuk. Cindy tak hentinya meringis. Ia seperti habis menangis. Entah apa yang terjadi sampai ia tergeletak begitu di kamar mandi.
Kayhan dan Haras menunggu di luar sementara Baby membantu Cindy mengganti baju.
"Kamu ngapain sih sampai bisa jatuh gitu di kamar mandi? Udah tau sakit kenapa nggak bisa diam?!" Haras terlihat benar-benar marah. Kayhan dan Baby hanya diam menyaksikan.
Sementara Cindy menggigit bibirnya. Terlihat juga merasa bersalah.
"Kalau tadi aku nggak angkat telpon kamu gimana?! Mau sampai kapan di situ?!"
Sebuah bulir bening mengalir dari pelupuk mata Cindy. "Gue juga nggak niat nyusahin orang! Mana gue tau kalau lantainya licin dan gue bakal jatuh?"
Haras meremas rambutnya, kesal dan frustasi.
"Apa yang sakit?" tanya Haras kemudian agak melunak.
"Kaki gue.." Cindy menunjuk kakinya yang tak bisa digerakkan sama sekali. Haras memeriksa perban kaki perempuan itu.
Dan di sana Kayhan menyaksikan. Ia terlihat mengerutkan kening. Kayhan menoleh pada Baby. Perempun yang berdiri di sebelahnya itu hanya diam, dengan tatapan mata yang tertuju lurus pada Haras dan Cindy.
"Kalian pada lapar nggak? Mau gue beliin makanan?" Tawar Kayhan tiba-tiba memecah suasana yang entah kenapa terasa aneh baginya.
"Gue aja yang pergi," Haras bangkit.
"By, ikut sana.." Kayhan mendorong Baby. "Tenang aja, biar gue yang jaga di sini.."
"Kamu mau makan apa?" tanya Haras pada Cindy.
"Apa aja.."
Kemudian Baby dan Haras meninggalkan kamar Cindy. Meninggalkan Cindy dan Kayhan berdua.
Pintu sudah tertutup sempurna. Kayhan kemudian mengarahkan pandangan pada Cindy.
"Apa sih isi kepala lo?"
Cindy yang mendapat pertanyaan tak terduga itu langsung menatap Kayhan dengan kening mengerut.
"Apa maksud lo?"
"Apa yang lagi lo rencanain?"
Cindy menghela napas. "Gue nggak tau lo ngomong apaan.."
"Lo mungkin nggak tau apa maksud gue, tapi gue tau isi kepala lo.." Kayhan melipat tangannya di d**a.
Cindy kini menatap Kayhan dengan sinis.
"Gue tau lo suka sama Haras dan punya niat nggak baik sama hubungan mereka."
Mata Cindy otomatis membesar. "b******k! Apa Baby ngadu sama lo? Sialan! Dasar cewek munafik!"
"Harusnya lo ngaca dulu, lihat diri lo sendiri sebelum ngomong soal Baby. Dia nggak ngasih tau gue atau siapapun. Baby bukan orang kayak gitu."
Cindy mendengus.
"Gue nggak sengaja denger obrolan lo sama Baby di parkiran waktu itu," Kayhan menjelaskan dari mana ia bisa tau. "Gue nggak perduli lo orang kayak apa. Tapi apapun yang lo pikiran, sebaiknya lo batalin niat lo itu."
Cindy menyeringai. "Kenapa? Lo ngancam gue?"
"Gue nggak ngancam. Gue cuma ngasih tau buat kebaikan lo sendiri. Lo nggak akan bisa masuk di antara mereka.."
"Lo yakin gue nggak bisa masuk?" Cindy melipat tangan di d**a. Menantang mata Kayhan. "Gimana kalau gue bisa rebut Haras dari Baby? Lo mau apa?"
Keduanya beradu tatapan tanpa ada yang berniat mengalah.
"Gue udah kasih lo peringatan," kata Kayhan tenang dan tegas.
Tiba-tiba Cindy menyipitkan mata. Menatap Kayhan lama. "Lo suka sama Baby?" Kemudian Cindy melotot kaget. "Lo beneran suka sama pacar sahabat lo?"
Cindy tertawa tak percaya. "What? Seriously?"
***