Look For Evidence

745 Kata
Terkadang kita perlu menggoreskan luka kecil pada kehidupan seseorang agar Mereka tahu cara menghargai orang lain. Sebuah pesan masuk ke email Devian, segera dia membuka pesan tersebut. Sea Baxter, sahabatnya mengirimkan data seusai permintaannya. Dia mengeprint semua data tersebut, membaca satu persatu, ada sebuah tulisan yang menarik baginya. Masa lalu dan sebuah foto yang memperlihatkan seorang wanita cantik dengan tubuh bak model sedang dirangkul oleh orang itu. Sekelumit pertanyaan muncul di otaknya, dia begitu penasaran dengan kehidupan sosok itu. Sepertinya ini titik terang untuk Devian, tentu dengan menggali informasi tentang orang ini Devian akan lebih mudah menemukan identitas Death Flower sesungguhnya. "What's wrong with you, boy?" Terdengar suara seorang wanita yang baru tiba di apartemen Devian, lamunannya terpecah saat wanita tersebut menepuk pundaknya. Devian berbalik, "Sea!" "Sejak kapan kau tiba? Kenapa tidak mengatakannya padaku?" ucapnya. Devian berdiri dan merentangkan tangannya. Bermaksud ingin memeluk Sea namun cepat-cepat gadis itu menepisnya. "Dasar Playboy! Tidak bisakah kau berhenti memelukku jika melihatku?" ucap Sea sarkastik. Devian mencebikkan bibirnya, "Apa kau bilang? Playboby?" Dia merangkul Sea dan mengacak rambutnya, dia hanya bisa cemberut menerima perlakuan sahabatnya ini. "Jangan cemberut seperti itu, Sea! Kau seperti meminta ingin dicium saja" Lelaki itu menggoda Sea, membuat pipinya merona. "Ish, dasar! Terserah kau saja, Devian Barnet!" ucap Sea. "Benarkah? Terserah diriku saja, Sea!" tanyanya. Devian mendekati Sea, dia melangkah mundur hingga membuatnya bersandar di dinding. Sang gadis terlihat gugup saat tangan Devian menumpu pada dinding. "Hahaha, kau terlihat lucu, Sea." Devian tertawa sembari memegang perutnya. Inilah hal yang paling disukainys, ketika Dia sukses menggoda sahabatnya ini. "Tertawa saja terus, menyebalkan!" umpatnya. Tawanya berhenti saat Sea menyimpan amplop coklat di meja kerja, dia terlihat bingung dan mengambil amplop tersebut. "Aku ingin mandi!" Gadis itu melenggang pergi, memasuki kamar Devian. "Jelaskan dulu amplop ini, Sea!" teriaknya. Sea yang mendengar teriakan Devian malah menutup telinganya dan tidak mempedulikan lelaki yang terus memanggilnya. *** Devian dan Sea sedang menikmati makan malamnya, hanya dentingan sendok dan decapan yang terdengar. Seperti perjanjian yang telah mereka tetapkan, bahwa jika mereka sedang menikmati hidangan. Tak ada satu pun yang boleh melakukan aktivitas lain, kecuali jika sesuatu yang mendesak. Setelah keduanya makan dan membereskan meja, mereka memutuskan akan membahas amplop. Keduanya pun segera berpindah ke ruangan kerja. Sea membuka amplop tersebut dan satu kertas diberikan pada Devian. "Bacalah! Jika kau memang detektif yang hebat maka, akan kau temukan sesuatu yang menarik di kertas itu," ucap Sea. Dia memberikan waktu pada Devian untuk membacanya, setelah dia merasa lelaki itu selesai membacanya. dia kembali menyodorkan kertas lainnya begitu seterusnya sampai kertas itu habis. "Bagaimana, Devian? Kau menemukan sesuatu yang menarik atau sesuatu yang aneh?" tanya Sea, Devian Nampak berpikir sejenak sebelum menjawab. "Entahlah, Sea! Aku tak yakin tapi kau lihat gambar ini," ucap Devian sembari menyodorkan satu kertas. "Tidakkah kau berpikir, bahwa ukiran nama Alea dan bunga yang ditemukan di tubuh korban adalah sesuatu yang saling berkaikan," ucap Devian. "Good! Tapi satu hal yang harus Kau tahu. Orang yang ditetapkan sebagai tersangka karena ditemukan rajah nama Alea di punggungnya dan beberapa barang bukti yang ditemukan di kediamannya. Salah satu bukti yang paling kuat adalah beberapa mayat yang diawetkan," jelasnya pada Devian. "Namun yang tidak diketahui Polisi, seorang psikopat tidak akan membunuh dirinya sendiri dengan sebuah kecelakaan. Mereka lebih menyukai menyakiti dirinya sendiri dengan benda tajam," tambahnya, Sea menyunggingkan ujung bibirnya. "Itu artinya ada orang lain yang sengaja menjadikannya sebagai Death Flower?" tanya Devian. Sea mengangguk, "Iya, Dev! Dan dapat dipastikan orang itu sangat mengetahui sisi oramg itu dan mungkin sangat dekat dengan Alea." "Alea?" tanya Devian lagi. "Kau pasti tidak tahu kan, jika Alea adalah nama seorang wanita yang tewas kerena tindakan pemerkosaan?" Sea menaikkan alisnya, Devian hanya menjawab dengan gelengan. "Maka dari itu, kita harus mencari tahu Alea itu siapa? Dan dengan begitu kita akan menemukan death flower yang sebenarnya," ucapnya sembari tersenyum. "Bagaimana bisa kau tahu ini?" Devian mendekati Sea, Gadis itu mengetuk kepalanya dengan menggunakan jari telunjuknya, "Selain otak, detektif juga menggunakan insting yang kuat!" tegas Sea. "Baiklah kurasa sudah cukup penjelasanku, selamat malam, Devian!" Sea mencium pipi Devian, dan meninggalkan lelaki yang masih sibuk dengan sejuta pikirannya. *** Seorang gadis memasuki sebuah kamar apartemen, Dia membuka seluruh pakaian yang dikenakannya. Dan membuangnya ke tong sampah, menyiramkan minyak tanah lalu membakarnya. Kemudian dia beralih menuju kamar mandi, mengambil sebotol alkohol lalu membasuh seluruh tubuhnya. Sang gadis merendam dirinya di bathup, merileksasikan dirinya dengan aromaterapi. dia menyesap minuman yang berada di tangannya. Sebuah senyuman terukir begitu jelas di wajah cantiknya, kecantikannya makin terlihat jelas saat sinar rembulan menerpa wajahnya. "Kehidupanku tercipta ketika malam menjelang! Setelah itu kematian akan menghampiri para pendosa." Dia menyeringai dengan licik, menenggelamkan seluruh tubuhnya ke bathup. Author note: Oho, sapa tuh? Pembunuh baru? Omenji. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN