Satu tahun telah berlalu, semenjak polisi menemukan mayat Death Flower dalam sebuah kecelakaan mobil. Polisi menghentikan kasus pembunuhan kelima pemuda yang menjadi korban sadis Death Flower. Tentu dengan bukti yang ditemukan polisi menjadi hal yang kuat dalam pembuktian menemukan identitas Death Flower.
Devian Barnet melangkahkan kakinya di sebuah kantor kepolisian negara maple, Montreal, Quebec, Kanada. Devian duduk sambil menunggu namanya dipanggil, suara dari mikrofon menyebutnya. Devian pun segera mendekati meja nomor lima.
"Selamat sore, Sir! Can I help You?" ucap seorang wanita yang bertugas di bagian pelayanan masyarakat.
"Saya ingin kembali memuka kasus atas nama Adam Barnet," jawab Devian dengan wajah datarnya.
"Boleh saya tahu hubungan anda dengan Adam Barnet?" Tanya wanita itu lagi.
"Saya adik kandung Adam Barnet!" ucap Devian sembari menyodorkan sebuah kartu. Wanita itu meraih kartu yang disodorkan Devian, kemudian dia tersenyum kepada Devian.
"Baik, Sir! Tunggu sebentar." Tangan Wanita itu beralih ke tuts keyboard, mengetikkan sesuatu di layar komputer. Raut wajah wanita itu berubah saat melihat layar komputer.
"Maaf, Sir. Kasus atas nama Adam Barnet telah ditutup setahun yang lalu," ucapnya.
"Ditutup? Why?" Tanya Devian.
"Maaf, Sir. Itu bukan wewenang saya! Sebaiknya, anda langsung ke kantor kami. Letaknya ada di lantai dua, Sir." Devian langsung bergegas ke lantai dua menaiki lift.
Sesampainya di lantai dua, Devian langsung menuju salah satu meja polisi tanpa mempedulikan orang di sekitarnya.
"Permisi, Sir! Ada yang bisa saya bantu?" tanya pria yang bernama Andre, terlihat dari nametag yang dikenakannya.
"Saya ingin membuka kembali kasus Adam Barnet! Tapi menurut bagian pelayanan, kasus ini sudah ditutup setahun yang lalu" tegasnya. Devian terlihat menahan kemarahannya.
"Silahkan duduk dulu, Sir! Saya akan mengecek terlebih dahulu." Devian pun duduk sembari menunggu Andre mencari data tersebut.
"Kasus ini memang telah ditutup setahun yang lalu, Sir! Boleh Saya tahu hubungan anda dengan Adam Barnet" ucap Andre.
"Saya adik kandungnya! Bagaimana mungkin Kalian menutup kasus ini tanpa memberitahu saya?" bentaknya membuat Andre menatapnya tajam.
"Bisakah anda bersikap sopan?" ucap Andre membuat Devian geram dan menarik kerah baju Andre.
"Apa Kau bilang? Sopan? Bagaimana Saya bisa sopan jika kalian dengan seenaknya menutup kasus ini?" teriaknya membuat seluruh orang yang berada di ruangan ini berlari kearah Devian dan Andre. Salah satu petugas menahan Devian.
"Lepaskan, berengsek!" Devian menghempaskan tangan salah seorang polisi.
Sebuah suara terdengar memanggil Devian, membuat semua orang yang berada di ruangan tersebut menoleh ke arahnya. Terlihat pria yang sudah tidak muda lagi memakai baju kebesaran polisi.
"Devian Barnet, Ikutlah denganku! Akan kujelaskan di ruanganku," ucap pria tersebut, Devian pun langsung mengikuti arah langkah pria itu.
"Duduklah, Devian! Bagaimana kabarmu?" tanya pria yang kini tengah duduk berhadapan dengan Devian.
"Baik!" ucapnya singkat.
"Aku dengar, kau telah menjadi detektif yang hebat!" kata pria itu lagi.
"Jangan berbasa-basi, George! Jelaskan saja, kenapa kasus ini ditutup?" tegas Devian.
"Maaf, Devian! Pihak kami sudah mecoba menghubungimu namun rumahmu kosong," ujar George.
"Lalu, Apa alasan kalian menutup kasus ini?" Devian mencoba menenangkan dirinya.
"Kami sudah menemukan Death Flower, kami menemukannya dalam sebuah kecelakaan yang merenggut nyawanya." George berdiri dan mengambil sesuatu dalam lacinya.
"Apa ini?" tanya Devian saat George menyodorkan sebuah berkas.
"Lihatlah dulu!" tutur George.
Devian membuka berkas tersebut yang berada dalam sebuah map coklat, dia membuka lembar demi lembar berkas tersebut. dia tercengang saat mengetahui pelaku pembunuhan kakaknya. Lelaki itu meneliti setiap lembar yang tercatat dalam berkas tersebut.
"Tidak! Aku yakin kalian salah orang," ucap Devian.
"Kami ini polisi, Devian. Kami tidak sembarangan menjadikan seseorang sebagai tersangka tanpa bukti yang kuat. Dan kau sebagai seorang detektif juga tahu itu." Ujarnya.
"Omong kosong apa ini?" bentak Devian. Berkas itu di hempaskan di hadapan George.
"Jaga perilakumu, Devian!" tegur George.
"Aku tidak peduli! Apa kalian begitu, bodoh? ini jelas bukanlah death flower. Death flower telah menipu kalian." Raut wajah George berubah, Devian telah menghina Kepolisian.
Belum sempat George berbicara, dia sudah melangkah pergi dari hadapan George namun dia berbalik saat ingin keluar dan mengatakan sesuatu.
"Aku akan menemukan death flower yang sebenarnya. Meskipun tanpa bantuan kalian!" tegas Devian dan segera pergi dari tempat itu.
***
Devian berbaring di kamarnya, pikirannya mengarah pada berkas yang membuktikan identitas death flower oleh pihak kepolisian. Dia merasa semua ini tidak masuk akal, entah bukti apa yang membuat orang itu sebagai tersangka. Semua ini begitu memuakkan baginya. Sebagai seorang detektif, dia tahu betul ini hanyalah manipulasi untuk mengalihkan sosok death flower sesungguhnya.
Meskipun devian sempat meninggalkan kota Montreal untuk menjadi seorang detektif namun dia masih mengumpulkan bukti-bukti kasus pembunuhan sang kakak, sementara bukti dari pihak kepolisian tidak sesuai dengan apa yang didapatkannya. Sungguh dia ingin sekali menemukan death flower, namun saat ini dia harus mencari bukti lebih banyak. Itulah mengapa Devian kembali ke Montreal, ini semua dilakukan untuk sang kakak yang telah dibunuh secara sadis. Dia tidak ingin death flower menghirup udara segar, sudah terlalu banyak korban karenanya
"Sea, lihatlah emailmu. Carikan aku datanya dengan lengkap lalu kirimkan ke emailku," ucap Devian melalui telpon. Setelah devian mematikan telponnya, dia segera tidur untuk mengembalikan kembali staminanya.
Author note:
Yeay akhirnya Devian muncul. Tinggalkan jejak kalian guys