Tak ada yang tak mungkin didunia ini, Ingat! Dunia yang kalian singgahi adalah tempat orang-orang bersandiwara dibalik topeng Mereka.
Devian dan Sea tengah berada di kediaman yang dianggap death flower, meski masih terlihat utuh dari luar tapi rumah ini tidak terawat setelah kabar kematiannya. Tak ada kerabat atau teman dekat, karena diketahui dia anak yatim piatu. Death flower adalah pribadi yang tertutup, terbukti dari yang mengunjugi pemakamannya hanyalah beberapa polisi yang mengenalnya. Sea menunjukkan setiap sisi rumah itu, sepertinya dia sangat mengetahui banyak hal tentang rumah ini.
"ini pintu menuju ruangan bawah tanah, Dev." Sea memasuki lorong bawah tanah dengan menggunakan senter sebagai penerang dan Devian mengikutinya dari belakang.
"Inilah tempat death flower membunuh para korbannya yang mati secara mengenaskan," jelas Sea.
"Apa alasan dia membunuh para korban, Sea?" tanya Devian sembari melihat seluruh isi ruangan tersebut.
"Banyak hal namun salah satunya adalah masa lalu yang kelam, dia banyak mengalami tekanan saat masih kecil. Dia sering disiksa oleh sang ayah dan suatu hari, dia melihat sang ibu tewas terbunuh oleh ayahnya," jelas Sea lagi.
"Semenjak itu, dia menjadi pribadi yang pendiam. Tak berselang berapa lama, ayahnya ditemukan mati mengenaskan dan pembunuhnya adalah death flower namun karena usianya masih di bawah umur. dia hanya di rehabilitasi, karena kecerdasannya. Dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya," tambahnya panjang lebar.
Mereka menoleh pada sebuah tirai saat terdengar sebuah benda yang jatuh, keduanya langsung mendekati tirai itu. Ada sebuah tangga, Mereka pun menaiki tangga dan ternyata itu menghubungkannya dengan ruangan rahasia. Namun ruangan itu tertutup jadi keduanya tak bisa masuk, di sebelahnya lagi ada pintu menuju kamar death flower.
Warna hitam sangat mendominasi kamarnya, tak ada sesuatu yang berharga di kamar tersebut. Hanya ada beberapa buku dan lemari pakaian. Sementara Sea sibuk memotret tiap sisi ruangan, Devian hanya mencatat hal yang dia temukan.
"Dev, kau sudah selesai?" tanya Sea.
"Iya, Sea! Aku sudah mencatat hal-hal yang kita butuhkan," jawabnya.
"Kalau begitu, kiita tinggalkan tempat ini, perutku juga sudah meraung minta diisi," ucapnya.
Mereka meninggalkan rumah itu menuju restoran, namun saat Mereka masuk. Devian tidak sengaja menabrak seorang wanita hingga membuatnya terjatuh.
"s**t!" Sebuah umpatan dikeluarkan wanita itu.
"Maaf, aku tidak sengaja," ucap Devian sembari berjongkok untuk membantu wanita tersebut berdiri.
"Apa kau terluka?" tanyanya lagi.
"Apa Kau tidak punya..." Ucapan wanita tersebut terhenti saat matanya bertemu dengan mata tajam Devian.
Devian terpana melihat wanita tersebut, sungguh indah ciptaan Tuhan, batinnya. Suara Sea membuat lelaki itu tersadar dari pesona wanita tersebut, keduanya pun segera berdiri.
"Kau tak apa, Nona? Maafkan kecerobohan temanku," ucap Sea.
Wanita itu tersenyum kepada Sea, "Tak apa, aku baik-baik saja!"
"Silakan lanjutkan aktivitas kalian," tambahnya, lalu wanita itu segera pergi dari hadapan Devian dan Sea.
Sea melangkahkan kakinya menuju meja pesanannya namun Devian masih terpaku di tempatnya, entah apalagi yang dipikirkan lelaki itu.
"Berhentilah memikirkan wanita itu," Sea menjewer kuping Devian.
"Arghh..." ringis Devian.
"Dasar m***m!"
"Aku lelaki, Sea! Itu hal wajar bila melihat wanita cantik dan sexy. Kau lihat senyumannya membuatku terbang ke angkasa," ucap Devian yang dibalas dengan jitakan Sea.
"Sudahlah, kalau aku mendengar celotehanmu itu. Aku bisa mati kelaparan," ucap Sea.
"Kau cemburu, Sea? Tenanglah, kau masih yang pertama dalam hidup lelaki tampan Devian Barnet," ucap Devian memuji diri sendiri, Sea yang mendengarnya hanya bisa menggelengkan kepalanya.
***
Dokter Ray geram dengan tingkah Ana yang terus menantangnya, Dia lalu mendekati Ana dan mengambil sebuah besi
"Selamat tinggal, Aileen!" ucap Dokter Ray dengan seringaian liciknya.
"Arrrr..."
Dokter Ray berteriak saat Ana dengan sigap melemparkan sesuatu ke matanya. Besi itu terjatuh, dia segera melepaskan semua ikatannya. Dengan cepat gadis itu mengambil pisau dan menusukkannya ke punggung dokter Ray. Dokter Ray berteriak, tak ada yang bisa dilihatnya. Setelah mengikat dokter Ray di kursi, Ana lalu mengambil perban untuk menutup lukanya.
"Lepaskan aku, Ana!" teriak dokter Ray, dia membekap mulut Dokter Ray agar berhenti mengeluarkan suaranya.
Mmpphh...
Ana mengambil sebuah gunting kuku lalu perlahan lahan memotong daging tangan dokter Ray kemudian beralih kebagian pipinya, dia membuat lubang dengan pisau. Tak berhenti sampai di situ, dia mencabut kuku kaki dan jari dokter Ray dengan tang. Tak berselang berapa lama gadis itu menumpahkan minyak panas pada tubuh dokter Ray, tubuhnya menggelepar di lantai. Besi yang tadi digunakan untuk membunuh Ana berbalik ke dokter Ray. Besi itu ditusukkan ke bagian perut dokter Ray.
"Ini untuk rasa sakit, Alea!" ucapnya sambil menusukkan besi itu ke bagian d**a dokter Ray
"Ini Untuk rasa sakit yang kau berikan pada miss Julie!" Besi itu kembali menancap di bagian punggung dokter Ray lalu berulang kali besi itu masuk bagian tubuh dokter Ray dan terakhir besi itu menancap di kepala dokter Ray.
"Ini untuk kesakitan yang kau berikan pada Sarah!" ucapnya. Tubuh Ana luruh ke lantai, keringatnya bercucuran. dia memejamkan matanya, air matanya perlahan-lahan lolos membasahi pipinya.
"Maafkan aku, Alea!"
Ana lalu berdiri, dia tak boleh lemah. Ini saatnya memulai skenario yang telah disusunnya, kematian dokter Ray akan menjadi keuntungan buat Ana. Setelah membereskan tempat dokter Ray, dia lalu membawa mayatnya ke mobil. dia membuat seolah-olah dokter Ray mengemudi kendaraan tersebut sesampainya di sebuah hutan yang di samping kiri-kanannya adalah jurang. Terdengar suara ledakan dari mobil dokter Ray, dia tersenyum. Dokter Ray telah mati, dan yang terpenting sekarang adalah ketika dokter Ray ditemukan oleh pihak kepolisian. Dokter Ray akan terbukti sebagai death flower.
"Dasar Ray, bodoh! Rajah dipunggungmu akan menjadi bukti yang kuat. Dan tentunya bukti yang akan ditemukan dalam rumahmu," ejek Ana.
***
"Death flower seorang wanita?" Devian kaget saat Sea menuturkan pendapatnya.
"Instingku mengatakan seperti itu, Dev!" tegas Sea.
"Bagaimana mungkin, Sea? Apa seorang wanita sekuat itu untuk membunuh puluhan lelaki?" tanya Devian, dia merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan sahabatnya.
"Why not? Semua bisa saja terjadi, Dev. Lagipula aku mengatakan ini berdasarkan bukti yang kita kumpulkan," balasnya.
"Lalu, apa motif wanita itu?"
Devian benar-benar tidak percaya, namun dia tahu siapa Sea? Kemampuan gadis itu lebih dari dirinya. Dia yakin akan menemukan death flower secepatnya. Bantuan sahabatnya, akan memudahkan langkahnya.
Author note:
Ana belum mati ternyata, yang mati Dokter Ray. Tapi nggak apa sih. Dokter Ray, kan jahat. Pantas mati. Semoga Ana bisa berubah dengan tidak adanya lagi pengaruh dari Dokter Ray.