Misi

1185 Kata
Dua bulan telah berlalu, semenjak kepergiannya berlibur ke Negara Yunani. Ana tidak menerima job apapun, banyak hal yang didapatkan wanita itu selama berlibur sebulan penuh di Yunani. Pesawatnya baru saja mendarat, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Ternyata satu pesan email, Ana pun membukanya. DF-1205... Begitulah pesan yang tertulis di emailnya, dia memasukkan kembali ponselnya di ransel. Setibanya di apartemen, dia merebahkan tubuhnya. Dia begitu letih akibat perjalanan udara yang membuatnya harus terduduk begitu lama. Matanya sempat terpejam sebentar namun suara pesan dari ponselnya membuat dia terbangun. Pengirim yang sama, dengan malas dia membuka email tersebut. Lagi-lagi pesan yang sama, entah kenapa klien kali ini sangat kukuh. Sudah berapa kali Ana mengabaikannya namun klien itu tetap saja berusaha menghubunginya. "Tuhan, sungguh aku sangat lelah!" ucapnya sembari melempar ponselnya ke Kasur, begitu pun juga dirinya. Bunyi notifikasi pesan lagi-lagi berbunyi, dan sekarang secara beruntun. Bunyi itu membuat Ana mengumpat, orang itu benar-benar tidak tau diri. Dia bahkan mengiriminya pesan penolakan tapi tidak ada kata menyerah pada kliennya kali ini. Ana pun melangkahkan kakinya menuju ruang kerjanya, dia mengetikkan sesuatu di laptopnya lalu muncullah pesan email dari kliennya. dia membaca secara pelahan pesan tersebut, wajahnya berubah menjadi geram saat melihat sebuah video. "Berengsek!" umpatnya. Ana lalu membalas pesan kliennya tersebut, meminta berupa data. Dengan cepat kliennya membalas pesannya. Bibirnya tersungging, senyuman yang tak sampai ke mata terlihat begitu mengerikan. "Wait me, baby!" *** Seorang gadis memencet bel pintu sebuah kamar apartemen, lama dia berdiri membuatnya kesal. Sekali lagi dia ingin memencet bel namun sang pemilik kamar telah membukanya. Nampaklah pria dengan mata biru yang begitu indah, lelaki itu tercengang saat melihat penampilannya. Entah apa yang ada di pikirannya. "Selamat sore, tuan! Benarkah ini pemilik kamar bernama Rico Albian?" tanyanya. "Iya, saya sendiri! Nona ini siapa?" balasnya sembari menyilangkan kedua tangan dan kakinya. Sang gadis mengulurkan tangannya, "Perkenalkan, tuan! Nama saya Alea, Saya maid yang barusan tuan hubungi." "Maid? Apa bosmu tidak salah mempekerjakan seorang wanita cantik sepertimu?" tanya Rico. "Tidak, tuan!" jawabnya sembari tersenyum. "Baiklah, kau boleh masuk," ucapnya. dia pun segera masuk kedalam kamar Rico, pria itu menjelaskan setiap sisi dari kamar apartemennya. Apartemen Rico begitu luas, setelah mendapat penjelasan darinya. Dia mulai membersihkan setiap sudut, namun gadis itu begitu risih bekerja pasalnya Rico tak berhenti menatapnya. Dia berpindah ke kamar yang diyakini milik Rico, mulai melap benda-benda yang menurutnya berdebu, tak lupa pula dia merapikan tempat tidur milik Rico dan mengambil pakaian kotor yang berada di keranjang. Saat tubuhnya berbalik, dia dikagetkan oleh Rico yang berdiri tepat di depannya. Bahkan wajah mereka begitu dekat, kemudian dia bergeser dari hadapan Rico agar bisa keluar dari kamar itu tapi pria itu terus mnghalangi jalannya. "Permisi, tuan! Saya harus segera mencuci pakaian ini," ucapnya pada Rico sembari menundukkan kepalanya. Saat Rico memberikan jalan kepadanya, dia pun segera beranjak namun tangan Rico mencekalnya. dia dibanting hingga terpental ke kasur, seringaian licik dari wajah Rico begitu terlihat jelas. Pria itu mendekati pintu dan menguncinya. "Tuan, apa yangaAnda lakukan," tanya Alea. "Tentu, Aku ingin bersenang-senang denganmu, Alea." Rico mendekatinya membuat dia memundurkan tubuhnya. "Jangan, tuan! Saya hanya seorang maid yang menjalankan tugas dari bos saya," ucap Alea memelas. "Dan salah satu tugasmu adalah melayaniku, Alea!" tegasnya. Rico semakin merapatkan tubuhnya hingga menghimpit tubuh Alea, kemudian saat Rico ingin menyentuh wajahnya, Alea langsung mendorong Rico. Dengan cepat dia beranjak dari tempat tidur itu, namun kakinya dicegat oleh Rico sehingga dia terjatuh ke lantai. Sebuah tamparan dari Rico membuatnya meringis kesakitan. "Beraninya, kau! Wanita jalang!" umpatnya, lagi-lagi satu tamparan diberikan pada pipinya. Rico menarik baju Alea hingga sobek, kemudian merebahkan tubuh gadis itu ke lantai dan menindihnya. dia meronta namun kekuatan Rico sangat kuat, hingga membuat lelaki itu makin menggila. Tangan Alea direntangkan, Rico mencium lehernya bahkan tak segan untuk menghisapnya hingga membuat tanda kemerahan, erangannya membuat Rico semakin terbakar gairah. Mmpphh... Setelah mencium leher gadis itu puas, Rico kini beralih pada dua gundukan yang terbungkus di dalam bra Alea namun saat dia ingin menyentuhnya. Alea menendang tubuh bagian bawa Rico hingga membuatnya terhempas ke lantai dan meringis kesakitan. Sang gadis yang mendapat kesempatan itu segera berdiri dan membekap Rico hingga pingsan. Ternyata Rico memang lelaki berengsek, entah apa jadinya jika maid itu bukan Alea. "s**t! Dia bahkan meninggalkan jejak kemerahan di leherku!" ucapnya sambil menendang tubuh Rico. Alea menarik tubuh Rico keluar menuju dapur, mendudukkan dan mengikatnya di kursi. dia melihat jam tangannya, dua menit lagi Rico akan terbangun dan saat itulah dia akan berubah menjadi iblis. dia telah menyiapkan sesuatu yang akan membuat Rico mengerang kesakitan bahkan Rico akan merasakan setiap inci tubuhnya mengeluarkan darah segar. Alea kembali melihat jam tangannya, dua menit yang dia tunggu sudah sampai. Segera dia mengambil air dan menyiramnya ke wajah Rico. Rico mengerjapkan matanya. Mengumpulkan kesadarannya, wajahnya terlihat bingung saat melihat di sekelilingnya. Rico bergerak ingin berdiri namun ikatan di tangannya membuat tubuhnya tertahan. Rico meronta dan berteriak, meminta untuk dilepaskan. Dari arah belakang, sebuah tangan mengelus leher Rico, membuat tubuhnya meremang. "Lepaskan aku, Alea!" bentaknya. Alea tak menggubris perkataan Rico, dia malah duduk menghadap Rico. Menggesekkan bokongnya ke paha Rico, dia dapat merasakan ketegangan di bagian bawah tubuh Rico. Gadis itu mengalunkan kedua tangannya ke leher Rico dan kembali mengesekkan bokongnya secara berulang kali. Sebuah erangan lolos dari bibir Rico membuatnya menyeringai licik. Akh... Dia berdiri, mengambil silet dan kembali mendekati Rico, benda tipis itu mengelus pipi Rico membuat sang lelaki berteriak. "Tolong… lepaskan, aku!" teriaknya. "Tolong,, aku! Wanita ini ingin membunuhku" teriaknya lagi, beberapa kali Rico berteriak sehingga membuatnya jengah. dia menanpar Rico agar mulutnya tidak terus mengeluarkan suara. "It's show time, baby!" ucapnya. Alea menyentuhkan silet itu ke pipi Rico, lelaki itu berteriak. Saat dia ingin menyayat pipi Rico, sebuah gedoran pintu dari luar membuatnya terkaget. "Tolong, aku! Dia ingin membunuhku," teriak Rico. "Buka pintumu!" ucap suara dari luar, Gedoran itu makin jelas terdengar. "Jika kau tak membukanya maka pintu ini akan kudobrak," tegas suara dari luar. Sungguh Alea sangat panik, dia harus berbuat sesuatu. Sebelum pintu itu benar-benar terbuka, dia mendekati jendela. Tak ada cara lain selain melompat namun sebelum gadis itu melompat. Dia memaksa Rico meminum pil, meski Rico sekuat tenaga menutup mulutnya. Akhirnya pil itu berhasil melewati tenggorokan Rico, dengan cepat dia melompat keluar dari jendela dan saat bersamaan pintu itu terbuka. "Apa yang terjadi denganmu?" Seorang pria berlari mendekati Rico, namun saat dia ingin berbicara. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, sesuatu keluar dari mulutnya. "Hei, kau kenapa?" tanya pria itu lagi sambil melepas ikatan Rico. Rico menggelepar di lantai saat ikatan itu berhasil terlepas, seketika tubuhnya berhenti mengejang. Wajahnya terlihat pucat, suhu tubuhnya sangat dingin. Pria itu lalu mengambil ponselnya dan menelpon ambulance, setelah menutup telponnya. Pria itu kembali mendial nomor lain. "Sea, kamar 302! Cepat ke sini!" tegasnya lalu mematikan telpon. Pria itu melihat jendela yang terbuka, dia segera mendekatinya dan melihat kecarah bawah namun tak ada orang di sana, matanya tertuju pada pengait jendela. Sebuah benda yang berkilau memantulkan cahaya, pria itu mengambilnya. "Kalung berliontin bunga?" ucapnya. Terdengar suara dengan nafas memburu dari pintu menyebut namanya, dengan cepat pria itu memasukkan kalung tersebut ke dalam kantong celananya. Terlihat seorang wanita berdiri di pintu sambil membelalakkan matanya "Devian, what happened?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN