Who is She?

1969 Kata
Pagi ini di kota Montreal, Quebec kembali digemparkan dengan penemuan mayat di gedung tua, tempat yang sama di mana mayat James juga ditemukan. Kali ini jumlah korbannya ada tiga orang yang diketahui bernama Brian, Alex, dan Tom. Kondisi Mayat dari ketiganya sangat mengerikan, menurut keterangan polisi. Dapat dipastikan jika ketiga mayat tersebut adalah korban pembunuhan, selain itu pelaku pembunuhan dipastikan orang yang sama karena bukti yang ditemukan persis dengan korban bernama James. Ada ukiran nama, serta bunga yang selalu menjadi simbol. Polisi masih mencari motif di balik pembunuhan tersebut. Ini menjadi salah satu kasus terberat untuk pihak kepolisian, selain karena tidak adanya sidik jari yang ditemukan dalam tubuh korban maupun jejak pelaku. Polisi juga belum bisa memastikan jenis kelamin pelaku pembunuhan, Namun jika melihat keempat korban yang semuanya adalah Pria. Maka Polisi dapat menyimpulkan, Pelaku tersebut juga seorang Pria. "Bagaimana? Apa pihak Forensik sudah memberikan hasilnya?" tanya seorang Pria yang diketahui bernama George, Ketua tim yang menangani kasus Death Flower. Pihak Polisi memang menyebut kasus ini sebagai bunga kematian, sesuai bukti terkuat untuk saat ini. Hanyalah bunga tersebut, meskipun didapatkan ukiran nama Alea. Namun menurut Polisi, nama itu tidak bisa dijadikan bukti yang kuat. Mengingat ada banyak nama yang serupa di kota Montreal, Quebec. Jika dilakukan proses pengidentifikasian pada nama tersebut akan sangat memakan waktu yang lama kecuali jika nama tersebut diikuti dengan nama marga. "Tim forensik belum mengirimkan hasilnya, pak! mengingat ada tiga korban yang harus diotopsi sedangkan Dokter Ray hanya bekerja sendiri. "Lalu kapan Dokter Ray memberikan hasilnya? Kasus ini sangat penting, jika kita membiarkan kasus ini berlarut-larut. Saya takut akan ada korban selanjutnya," jelasnya "Mungkin sebaiknya, Kita langsung menemui Dokter Ray, pak." Usulnya. "Kalau begitu, hubungi pihak forensik. Hari ini saya akan menemui Dokter Ray," balasnya "Baik, Pak!" *** "Silahkan masuk, Pak George." Dokter Ray menyambut kedatangan Pak George setelah diberitahu oleh asistennya. "Terima kasih, Dokter! Apa saya menganggu waktumu, Dok?" tanyanya. "Tidak sama sekali Pak, George! Saya senang jika Kau ingin berkunjung ke sini. mengingat pekerjaanmu sangat padat," jawabnya. "Begitulah pekerjaan Polisi, Kami harus selalu siap siaga. Apalagi kasus Death Flower ini, membuat Polisi bekerja lebih keras untuk menangkap pelaku. "Death Flower?" "Maaf Dokter, Ray! Saya belum memberitahu jika Pihak Polisi menamai kasus pembunuhan ini dengan Death Flower. Kau tahu sendiri bukti kuat yang kami temukan hanya bunga itu," jelasnya. "Oh, seperti itu. Sebagai dokter yang sudah menangani ribuan mayat karena kasus pembunuhan tapi baru kali ini saya penasaran dengan kasus ini," ucapnya. "Sepertinya begitu Dokter, Ray. "Jadi bagaimana hasilnya, Dok?" tanyanya to the point. "Mungkin sebaiknya kita ke kamar jenazah saja," ucapnya. Pak George hanya mengangguk sebagai persetujuan. Pak George dan Dokter Ray memasuki sebuah ruangan, terlihat dua mayat terbaring di meja operasi yang diyakini adalah mayat kasus pembunuhan Death Flower. Kemudian Dokter Ray membuka lemari pendingin suhu empat derajat celcius, tampaklah sosok mayat yang ditutupi dengan kain plastik. "Ini mayat Brian, Pak George," ucapnya sembari membuka penutup kain plastik tersebut. Pak George melihat mayat Brian secara jelas, di tubuhnya penuh jahitan. Mungkin karena sudah diotopsi lalu Dokter Ray membuka mata mayat Brian, terlihat matanya menguning dan tampak seperti kristal. Kulitnya juga terlihat pucat kebiruan, serta bahunya seperti marmer. "Saya sudah melakukan otopsi Medikolegal Pak, George. Namun saya terkejut dengan hasil yang saya dapatkan." Dokter Ray menghela napas sejenak kemudian melanjutkan penjelasannya. "Setelah saya melakukan Forensic Entomology, bisa saya perkirakan bahwa Brian meninggal sekitar 10 hari yang lalu setelah ditemukan. Terlihat dari lalat yang mengerumuni tubuhnya saat saya mencoba membiarkannya di udara terbuka. Dan yang mengejutkan adalah kondisi tubuh korban layaknya seperti bukan pembunuhan, pasalnya bagian perut berwarna hijau seperti kondisi biasa pada tubuh orang meninggal. Diakibatkan karena adanya bakteri pembusukan," jelasnya. "Lalu bagaimana dengan organ tubuh lainnya, Dok?"tanyanya. "Saya tidak menemukan adanya cairan berbahaya yang masuk kedalam tubuh korban, namun saya sedikit curiga pada bagian organ hati korban dan bagian pencernaannya," jawabnya. "Kenapa Dokter bisa mengatakan seperti itu?" tanyanya lagi. "Saya menemukan beberapa gejala di bagian tubuh korban yang sedikit berbeda pada mayat lainnya. Saya tidak yakin kalau korban meninggal karena luka tusukan ataupun siksaan" Suara Dokter Ray terdengar begitu tegas. "Saya belum yakin ini tapi saya curiga dengan satu racun yang membuat Brian meregang nyawa. Saya rasa Brian sudah mengkonsumsi Alkohol sebelum Dia meninggal. "Racun?" tanyanya singkat. "Racun yang sangat mematikan, gejalanya memang hanya sesaat bertahan selama satu jam. Namun kematian akan terjadi dalam waktu dua sampai enam jam" jelasnya. "Racun apa itu, Dok?" Lagi-lagi Pak George bertanya. "Saya belum memastikan nama racunnya tapi saya pikir racun ini sangat langka," jawabnya "Jadi bagaimana saya mengetahui pelakunya, Dok? Jika hasil otopsi tidak seperti yang saya perkirakan," ucapnya. "Untuk sementara ini, biarkan saya bekerja pada mayat Alex dan Tom. Mungkin saya dapat menemukan sesuatu yang lain, hanya itu yang bisa saya laporkan hari ini." Dokter Ray, membuka sarung tangannya lalu mencucinya begitu juga dengan Pak George. Setelah itu Pak George berpamitan. "Terima kasih atas waktunya, Dok! Kalau begitu saya pulang. Saya tidak bisa berlama-lama, masih banyak yang harus saya kerjakan," ucapnya saat Mereka sudah berada diluar kamar jenazah. "Tentu, akan kulaporkan jika ada hal yang mengganjal," balasnya. Setelah kepergian Pak George, deringan handphone milik Dokter Ray bergetar di saku bajunya. Lelaki itu tersenyum saat melihat siapa sang penelpon, dengan senyuman mengembang. Dokter Ray mengangkat panggilannya. "Tentu, seperti yang kau inginkan. Nanti kuhubungi lagi, oke!" jawabnya singkat lalu Dokter Ray menutup panggilannya. *** Polisi sedang berjaga di rumah milik Adam Barnet, setelah mengetahui laporan bahwa keempat korban memiliki hubungan satu sama lain yaitu sebagai sahabat. Pak George langsung memerintahkan anak buahnya untuk mencari tahu. Sebuah fakta mengejutkan bahwa selain persahabatan yang begitu kuat, Mereka juga saling berbagi dan kerap melakukan pesta minuman keras. Diketahui bahwa persahabatan mereka terdiri dari lima orang, James, Brian, Alex dan Tom. Keempatnya sudah meninggal, sisanya bernama Adam. Polisi sempat kewalahan meminta izin pada Adam untuk berjaga namun Adam tetap bersikukuh merasa dirinya baik-baik saja dan dia tidak mempunyai musuh ataupun orang yang tidak suka dengannya. Namun menurut Polisi, Adam perlu penjagaan. Mengingat kematian para sahabatnya, secara mengenaskan dan ditemukan di tempat yang sama. Polisi juga meminta keterangan Adam tapi tak ada yang bisa didapatkan oleh Polisi karena Adam hanya menjawab seadanya, malahan menurut Adam. Penjagaan para Polisi malah membahayakan nyawanya saja. "Dasar Polisi menyebalkan!" umpat Adam. Bagaimana Adam tidak kesal? Jika sedari tadi siang, Polisi sudah berjaga di depan rumahnya. Bukannya lelaki itu ingin menghindar, hanya saja semua aktivitasnya harus dipantau oleh pihak kepolisian. Jika seperti ini semua akan berdampak pada kebiasaan buruknya yang sering menghabiskan waktu di club malam. "Aku harus keluar dari penjagaan polisi sialan itu. Jika tidak Aku akan terkurung seperti Rapunzel di sini," ucapnya. Adam kini berada di sebuah club malam yang sering dikunjunginya, setelah berhasil mengelabui Polisi. dia langsung menuju club, dan meneguk minuman dengan kadar alkohol yang tinggi setelah puas dan merasa mabuk, lelaki itu meninggalkan club berniat untuk pulang namun sial mobilnya harus mogok di tengah jalan yang sangat gelap. Hanya ada hutan di samping kiri-kanannya. "s**t, mobil berengsek!" umpatnya sembari menendang ban mobilnya, tidak mungkin ada orang yang lewat di hutan seperti ini. Tak disangka sebuah mobil dari arah berlawanan berhenti dan menyorot tepat di mana Adam berdiri, sorotan lampu mobil tersebut membuat lelaki itu mengangkat sebelah kanan tangannya untuk melindungi matanya dan juga ingin melihat dengan jelas siapa gerangan yang datang. Terlihat seorang wanita cantik, memakai dress di atas lutut yang memperlihatkan pahanya yang mulus dan putih serta belahan dadanya yang begitu menggoda. "Permisi, ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita tersebut. Namun Adam tak menjawab hanya terpaku di tempatnya, memandang sang wanita. "Hei, Kau baik-baik saja?" tanyanya lagi sembari melambaikan tangannya ke wajah Adam. Namun dia masih bergeming lalu wanita tersebut memegang pundak Adam, barulah lelaki itu tersadar. "Iya." Hanya kata itu yang keluar dari bibir Adam. "Mmm... Apa terjadi sesuatu denganmu? Kenapa kau berhenti di tengah hutan seperti ini?" tanyanya pada Adam. "Terjadi sesuatu pada mobilku, sepertinya mesinnya bermasalah. "Tapi Aku tidak mengerti tentang mesin," tambah Adam. "Boleh aku mengecek mobilmu? Aku sedikit mengerti tentang mesin," ucap sang wanita. "Silakan, dengan senang hati!" katanya. Wanita tersebut membuka bagian depan mobil, kepulan asap yang keluar dari mesin membuat keduanya terbatuk. "Sepertinya mobilmu kehabisan air radiator. "Kau punya airnya?" tanya wanita itu. "Tidak ada apa pun di mobilku, Nona!" jawabnya. "Persediaanku juga habis, dan kau tahu sendiri ini hutan. Tak ada yang bisa diharapkan di sini," jelas wanita tersebut. Adam sempat berpikir sejenak, lalu sebuah ide muncul di otaknya. "Bagaimana kalau aku ikut denganmu saja, Nona?" "Bisa saja, tapi bagaimana dengan mobilmu?" tanya wanita itu kembali. "Tinggalkan saja, besok pagi aku akan menyuruh seseorang untuk mengambilnya," jawab Adam. "Oke, Mari ikut aku!" Wanita tersebut mengajak Adam ke mobilnya namun suara Adam menghentikan langkahnya. "Kalau Kau tak keberatan, Nona. Biarkan Aku yang menyetir," usulnya. "Dengan senang hati, Tuan!" tuturnya lembut. Meskipun kondisinya sedang mabuk tapi Adam sudah terbiasa dengan alkohol sehingga Adam masih bisa mengontrol dirinya. *** Adam sampai di sebuah rumah yang sangat sederhana, tiangnya di topang oleh kayu yang memberikan kesan klasik. Adam memutuskan untuk ikut ke rumah wanita yang menolongnya karena kondisi lelaki itu tak memungkinkan untuk kembali ke rumahnya. "Masuklah, Tuan! Maaf rumahku seperti ini." Nada suara Wanita tersebut sedikit sedih. "Rumahmu nyaman, Nona! Kau tak perlu merasa sedih seperti itu," tuturnya lembut. "Duduklah, akan kubuatkan teh hangat." Wanita itu meninggalkan Adam di ruang tamu, tak berapa lama wanita tersebut kembali dengan dua gelas teh hangat. "Tak perlu serepot ini, Nona." Gadis itu tersenyum pada Adam. "Tidak sama sekali, Tuan!" ujarnya. "Namaku, Adam," ucapnya sambil mengulurkan tangannya ke arah wanita tersebut. "Alea," balasnya sembari membalas uluran tangan Adam. Namun raut wajahnya terlihat berubah saat Alea menyebutkan namanya. "Are you okay?" tanya Alea. "Yes, I'm fine!" jawabnya. "Tapi sepertinya kau terlihat tidak baik, Adam. "Apa ada sesuatu hal menganggu pikiranmu?" tambah Alea. "Aku hanya teringat seseorang, Alea. Seseorang yang sangat berarti untukku," jelasnya. Semburat wajah sedih terpancar begitu jelas pada Adam. "Hei, jangan bersedih! Temuilah besok! Sepertinya kau rindu padanya." Alea tersenyum begitu manis. "Senyumanmu mirip dengannya, tapi dia sudah meninggal." Adam menunduk, sepertinya dia memang benar-benar telah kehilangan. "Maaf, Adam! Aku tidak tahu." Terdengar penyesalan pada Alea, lelaki itu hanya tersenyum sebagai balasan. "Sebaiknya kau beristirahat, itu kamar kakakku. Kau boleh menggunakannya, anggap saja rumahmu sendiri. Jika kau butuh sesuatu, jangan sungkan untuk memanggilku," jelasnya "Selamat malam, Adam!" tambah Alea "Terima kasih, Alea!" balas Adam. Setelah membersihkan diri, Adam langsung berbaring di kasur namun saat dia mencoba memejamkan matanya. Bayangan masa lalu itu tiba-tiba melintas dipikirannya. Membuat lelaki itu terbangun, sudah dua tahun berlalu namun kejadian itu terus menghantui dirinya. Setiap hari bahkan setiap dirinya memejamkan mata. Sosok itu terus bermunculan di benaknya entah sampai kapan semua akan hilang dari ingatannya. Adam menitikkan airmata, rasa bersalah yang tak kunjung usai membuatnya selalu ketakutan sehingga membuat dia harus mengkonsumsi obat penenang. Dia tahu semua ini adalah kesalahannya tapi sungguh, Adam ingin sekali mengulang masa itu. Semakin otaknya mengingat kejadian itu, semakin hatinya tercabik-cabik. Dia memang layak mendapatkannya, dia kejam seperti binatang. Semestinya lelaki itu tak layak untuk hidup. Adam teringat dengan Alea, wanita cantik yang menolongnya. Sekelumit pikiran bermunculan tentang wanita tersebut, senyuman, tatapan, sikap, cara dia berbicara bahkan namanya sama. Jika dilihat sekilas bahkan wajahnya hampir mirip. Adam melihat Sosok itu pada Alea, namun apa yang bisa Adam lakukan? Saat segalanya telah hilang. Hanya penyesalan yang tersisa, sekuat apapun dia memperbaikinya, semua tak akan pernah kembali seperti sediakala. Sebuah gelas yang pecah tak akan pernah kembali utuh, hanya meninggalkan serpihan yang akan membuat luka pada seseorang yang menginjaknya. "Maafkan Aku, Alea!" Suara Adam begitu memilukan, menorehkan luka bagi yang mendengarnya. Meski Adam seorang Pria, tak bisa dipungkiri. Bahwa dia tetaplah manusia yang mempunyai rasa sakit. Author note: Ada apa dengan Adam? Siapa Alea?  -Otopsi Medikolegal adalah pengidentifikasian berdasarkan peraturan hukum dengan tujuan menentukan identitas mayat -Forensic Entimology adalah identfikasi mayat dengan bantuan serangga yang akan membentuk koloni pada jasad tubuh 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN