Keributan di pagi hari

1277 Kata
Mereka baru tiba setelah waktu menunjukan pukul 12 malam. Alex memarkirkan mobilnya terlebih dahulu ke dalam bagasi, baru setelahnya memanggil kedua pegawainya untuk membantunya memindahkan firdaus. Supir dan juga pengasuhnya langsung tiba, begitu Alex dengan satu kali panggilan memanggil mereka. Di awali dengan masuknya sang suster yang masuk ke dalam mobil Alex. Dia memunguti terlebih dahulu ransel dan juga barang bawaan tuan kecilnya baru setelah itu supir pribadi mereka yang masuk ke dalam mobil untuk memisahkan tubuh firdaus dengan Aunty dadakannya. "Sudah pak. Langsung di bawa ke dalam atau bagaimana ?" Tanya sang supir. "Bawa saja ! Hati-hati jangan sampai dia terbangun ! Perempuan ini biar saya yang urus." Jawabnya begitu melihat sang supir menatap babunya yang berada di dalam mobil. Alex langsung menyuruh mereka untuk segera pergi. Dia yang kali ini giliran masuk ke dalam mobil dan merapihkan penampilan sari sebelum menggendongnya masuk. Tukk__ Baru juga dia melongokkan badannya ke arah luar. Kepala sari langsung terpentok dashboard mobil yang ada di atasnya dan langsung membuatnya meringis seketika. "Euuggghhh .. sakit. " Rengek sari sambil menggeliatkan manja badannya, tangannya terlihat menyentuh-nyentuh pelan kepalanya sambil menepuk kesal d**a Alex. "Sakit sekali." Gumamnya lagi. Namun masih dengan mata yang tertutup rapat. Alex tetap diam saja. Dia masih berjongkok sejenak seperti patung, menunggu sampai rengekan wanita yang ada di gendongannya berakhir. Baru setelah itu melanjutkan kembali kegiatannya. Alex membopong tubuh sari ke dalam rumah. Dengan bobot tubuh yang ternyata lebih berat dari perkiraannya tadi. Sebenarnya sari tidak gendut, hanya berat tubuhnya saja yang sedikit menipu dimana dari arah luar seperti terlihat kurang makan sedangkan saat sudah di gendong bobotnya malah melebihi seperti orang yang kelebihan makan. Alex terus meringis saat sari terus saja menggeliat menjambak dan menepuk-nepuk d**a bidangnya. Dia ingin membalas, namun seorang pembantu rumah tangga malah keburu menghampiri mereka dan menawarkan bantuannya. "Perlu saya bantu tuan ?" Tawarnya. Langsung di balas gelengan kuat dari Alex. "Tidak perlu. Tolong siapkan saja kamarnya ! Apakah ada kamar kosong yang sudah kalian bersihkan ? Aku akan menyimpannya di sana untuk sementara ini." Tuturnya malah di balas gelengan takut oleh pembantu rumahnya. "I-itu, Sebenarnya saya lupa. Karena jadwalnya memang setiap satu Minggu sekali saya membersihkan kamar tamu jadi sepertinya hari ini saya harus membersihkan ulang kamarnya. Jika tuan tidak keberatan, mungkin tuan bisa,, ." "Kamar tamunya belum di bersihkan ? Bilang saja jika memang belum di bersihkan ! kenapa harus berputar-putar seperti itu ? Membuang-buang waktu saja." Keluhnya, saat asisten rumah tangganya bahkan belum selesai mengucapkan kalimatnya. Alex melanjutkan jalannya. Dia meninggalkan ART tersebut yang kini terlihat menunduk, Merasa bersalah sekaligus takut juga menatap manik tegas milik tuannya. "Ma-maafkan saya tuan." Lirihnya saat Alex bahkan sudah tidak lagi berada di depannya. Pria itu sudah hilang di dalam belokan, Masuk ke arah kamarnya tanpa sedikit pun mengucapkan satu patah kata pada orang-orang yang di lalui olehnya. *** Brugh__ Tubuh sari ikut terpental ketika Alex menjatuhkannya di atas kasur. Dia melonggarkan kancing bajunya yang berada di bagian atas, sambil menatap sari yang masih terlihat terombang-ambing mengikuti pantulan kasurnya yang terlihat begitu empuk. Wanita itu tidak sedikitpun bergerak apalagi terganggu tidurnya, Meskipun Alex sudah menggulingkan badannya ke arah kiri dan kanan. Pria itu bahkan sampai melucuti sandal sari dan juga baju sweater nya yang perempuan itu pakai sejak sore tadi. Anehnya sari tetap saja tidak terbangun meskipun Alex terus saja mengganggunya saat dia tidur. Dia malah terlihat asik dengan suara dengkuran dan mimpi indahnya. Bibirnya bahkan sesekali terlihat tersenyum membuat Alex gemas dan ingin sekali mencomot bibir mungil tersebut namun sedetik kemudian dia menariknya kembali di gantikan dengan tindihan bantal yang menutup habis wajah sari. "Menjijikan." Gumamnya, di sertai kekehan geli. Entah kekehan gelinya itu untuk apa ? Namun dia hanya merasa senang saja saat dia sudah berhasil menganiaya sari dan mencomotnya sesuka hati. "Biar dia tahu rasa. Saat dia bangun, belum tentu aku bisa bertindak sesuka hati seperti ini." Gerutunya sambil turun kembali dari atas ranjang lalu beralih masuk ke dalam kamar mandi. Pria itu pun mulai membersihkan seluruh tubuhnya dengan menggunakan air dingin. Alex berdiri sejenak di atas pancuran. Dia mulai meratapi ulang keputusannya membawa sari apakah sudah benar atau tidak ? Jika seandainya suatu saat hidupnya bermasalah setelah datangnya perempuan tersebut, lalu dia harus bagaimana ? Bagaimanapun dia tetaplah seorang perjaka tua yang hidupnya belum mempunyai pasangan sedangkan sari juga merupakan wanita singel yang tidak mempunyai pasangan juga. Apakah aman jika dia tinggal berdua saja meskipun di rumah ini memang tersedia banyaknya pelayan, namun di waktu-waktu tertentu tetap saja Alex akan memiliki waktu berdua dengan babunya sari, apalagi jika itu sudah menyangkut putra angkatnya firdaus. Maka Alex sudah dapat dipastikan jika dia tidak bisa menghindar lagi dan orang lain pun tidak akan di ijinkan mendekat kecuali Daus yang meminta. *** Tepat di pukul tujuh lewat tiga puluh Pagi. Sari sudah terbangun dari tidur nyenyak nya. Dia menatap kearah sekeliling yang terlihat aneh. Sebuah jendela berukuran besar bahkan terletak angkuh di samping tempat tidurnya dimana di bawahnya juga sudah terdapat teh dan juga roti yang tersimpan rapih di atas meja. "Apa ini ?" Gumamnya saat menyadari sebuah tangan melingkar di atas perutnya. Sari menolehkan wajahnya ke arah kiri. Betapa terkejutnya dia saat wajah Alex kini sudah hadir di depan mata dan menghiasi seluruh pemandangannya pagi ini. "A-alex ?" Bingungnya. "ALEX." Teriaknya lagi begitu sudah sadar jika yang ada di depannya memang benar-benar adalah seorang Alexander Grisham. Sari menjambak kesal rambutnya ke arah depan, dengan mata melotot dia mulai menyemburkan omelannya tepat di depan kepala pria tersebut. "Alexander. Sedang apa kau berada di kamarku ?" "Mana pake peluk-peluk segala lagi, memangnya kau pikir aku ini guling ?" Lanjutnya sambil menjambak-jambak rambut bagian atas pria tersebut. Alex yang masih terlihat terpejam. masih tetap diam saja. dia hanya sesekali mendesis saat sari semakin erat menjambak rambutnya. "Bangun !" Teriaknya lagi. Kini sudah mulai bersidekap d**a sambil memandang tajam calon tuannya. "Kenapa aku bisa berada di sini ? Dan rumah siapa ini ?" Bisingnya, Benar-benar sempurna dalam membuat keributan di pagi hari. Sebenarnya Alex memang tidak pernah tidur di kamar ini. Dia yang tadinya baru saja pindah dari kamar putra angkatnya firdaus dan hendak mandi tiba-tiba saja langsung mengurungkan niatnya saat melihat sari yang tengah tertidur nyenyak, sangat manis dengan rambut acak-acakan dan mulut terbukanya. Alex tersenyum geli jika melihat kekonyolannya pagi tadi. Meskipun dia mendengar jelas teriakan sari yang ada di sampingnya, Namun dia tetap enggan untuk membuka matanya, paling tidak dia ingin melihat terlebih dahulu sampai batas mana sari berani marah-marah padanya ?. "Alex." Geramnya lagi. "Hemm." gumamnya. "Bangun dan jelaskan semuanya padaku ! Kau pikir aku bodoh ? Aku tahu kau sudah bangun, dasar Tyrann." Umpatnya sudah tidak bisa lagi menahan sifat aslinya. Sari bangun dan mencoba duduk di atas bantalnya. Dia mencoba menjambak rambut Alex sambil terus memanggilnya dengan kesal. "BANGUN !" Teriaknya lagi tepat di depan daun telinga milik Alex. Pria itu langsung terlihat memekik. Hampir saja dia melayangkan tinjunya ke arah wajah sari jika saja dia tidak lupa jika yang ada di depannya ini adalah seorang perempuan. "Berisik !" Pelototnya sambil menepuk keras kening sari. Sari sampai terjungkal, namun Alex tetap diam saja. "Kupingku bisa rusak jika terus-menerus berada di kamar ini." "Benar-benar sial. Seharusnya aku memang tidak perlu untuk membawanya sampai tinggal di rumah ini. Belum apa-apa saja perempuan ini sudah membuat keributan." Gerutu Alex, Kini bergantian dia yang mengomel sendiri sambil seketika turun dari atas ranjang. Alex membanting kesal pintu kamar mandinya. Dia memilih mandi daripada harus meladeni omelan sari yang nyaringnya melebihi petasan di malam hari. Sari pun hanya bisa terduduk bengong sambil menatap bayangan tubuh Alex yang tiba-tiba terlihat aneh di depannya. Dia yang seharusnya marah mengapa malah jadi Alex yang lebih marah padanya ? bingung sari.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN