Menuju Rumah

1216 Kata
Sungguh luar biasa, Tanpa Alex minta pun ternyata orangtuanya sendirilah yang menyodorkan putri semata wayangnya untuk ikut bekerja di perusahaan miliknya. Meskipun ayah Sari belum tahu siapa pemilik sebenarnya tempat Alex bekerja. Alex pun tentu saja tidak segampang itu membawa sari untuk ikut bersamanya ke Jakarta. Dia memberikan syarat sebagai imbalan karena telah memasukan sari ke dalam perusahaan. Syarat yang menurutnya dan kedua orangtuanya tidak terlalu memberatkan. Alex hanya meminta sari untuk mengurus putranya dan tinggal bersama mereka saat dia di Jakarta. "Dari mulai pagi sampai sore sari akan bekerja di kantornya sebagai karyawan pada umumnya. Sedangkan pulangnya dia akan mengurus daus layaknya anak asuhnya sendiri." "Tidak perlu khawatir. Saya akan menggaji sari seperti layaknya pengasuh pada umumnya saat dia bekerja untuk putra saya." "Yang saya inginkan hanyalah satu. sari terus berada di dekat anak saya dan mendidik dia seperti dulu saat Maira mendidiknya sesaat sebelum dia menikah dengan pasangannya." Masih teringat jelas ucapan Alex yang begitu menggema di daun telinganya sari, saat pria itu dengan lantang meminta dirinya untuk menjadi pembantu bagi putra sambungnya. Sari juga sebenarnya tidak keberatan dengan semua persyaratannya, toh dia juga sebenarnya menyukai karakter dari putra sambung calon majikannya. Namun yang menjadi permasalahannya saat ini adalah, apakah dia sanggup jika harus berjauhan dengan kekasihnya ? Mengingat sebentar lagi mereka akan merayakan hari jadinya. Sari pun kembali menghembuskan napasnya berat, saat di tatapnya pria itu malah terlihat tenang dan mulai menyalakan kemudinya seperti tidak ada beban sama sekali di pundaknya. Dia melongok kan lagi kepalanya ke arah luar menatap ayah ibunya siapa tahu mereka berubah pikiran dan menurunkannya dari dalam sana. "Paak." Rengek nya mulai melambaikan tangan meminta di cegat kepergiannya. Namun alih-alih menuruti permintaan putrinya. Sang ayah justru mendorong pelan tangannya dan memasukannya kembali ke dalam sana. "Tutup kaca mobilnya nak Alex, biar dia gak bisa julurin tangannya lagi keluar ! bosen Bapak liatnya. makasih ya sekali lagi karena sudah mau menerima dan menampung putri bapak. Pokoknya apapun yang mau nak Alex lakukan bapak mah pasrah saja. Bawa dah tuh anak bapak sejauh mungkin ! Kalo bisa jangan sampai ada orang yang tahu ! Bapak khawatir nanti pacarnya malah nekat nemuin dia terus bawa anak bapak lari pas nanti kalian sampe di Jakarta." Bukannya melarang, orang tua gemblung itu malah menyuruh lelaki tengil di sampingnya untuk membawa jauh dirinya. Dia dan ibunya mengibaskan tangannya lagi mengusir sari. Tidak tanggung-tanggung kedua orang tua sari bahkan sampai menyita ponselnya agar sari tidak bisa sedikitpun berkomunikasi dengan pacarnya. "Jahat ya bapak nyodorin anak sendiri sama orang asing. entar kalo sari di jual bagaimana ?" Tanya-nya mulai melakukan drama seperti biasanya. Ibunya dan juga ayahnya yang sudah biasa mendengar drama telenovela yang biasa di ciptakan oleh putrinya, hanya terlihat kembali mengibaskan pelan telapak tangannya tidak peduli dengan perkataan yang keluar dari mulut putrinya. "Jahat kalian." Ucapnya lagi sambil mulai menangis sesenggukan. Dia memeluk Firdaus yang saat ini kebetulan duduk di pahanya. Sari bahkan sampai menenggelamkan sempurna kepalanya sebagai pertanda jika dia tengah merajuk dengan ayah ibunya saat ini. "Pokoknya sari gak mau balik ke rumah ini lagi kalo bapak sama ibu tetep maksa sari buat ikut mereka ke Jakarta." Ancam nya yang kembali di acuhkan oleh kedua orangtuanya. Bapak sari menoyor pelan kening mulus putrinya. Dia tertawa alih-alih takut ataupun khawatir seperti harapannya. "Ya bagus kalo gak balik lagi mah. Itu artinya kamu gak bakalan ketemu lagi sama pacar kamu yang urakan itu." Tuturnya seraya berbalik arah pada orang di seberangnya. Ayah sari mempersilahkan Alex untuk segera pergi meninggalkan kediamannya. "Hati-hati di jalan nak Alex ! bapak titip sari ya." Pesannya lagi. Karena bagaimanapun dia adalah orang tua yang sudah membesarkan dirinya. Ayahnya hanya tidak ingin melihat putrinya sampai terjerumus ke jalan yang salah. Dia pun menitipkan sari pada Alex bukan tanpa pertimbangan semata. Ayah sari sudah menghubungi Maira terlebih dahulu sebelum mengutarakan keinginannya. Dia menanyakan siapa sebenarnya Alex dan juga anak kecil yang ada di sampingnya. Setelah mendengar Maira memberikan respon positif, barulah ayah sari tega meninggalkan putrinya pada pria mapan di seberangnya itu. "Semoga keputusan kita tidak salah ya buk." Ucapnya sambil merangkul pundak Istrinya. Ibu Sari terlihat mengangguk. Mereka hanya bisa menghela napasnya panjang saat di lihatnya mobil Alex sudah terlihat menjauh dan menghilang di belokan sana. *** Beberapa menit yang lalu gadis itu masih terlihat meraung-meraung dan membuat drama heboh seperti ingin berpisah ke tempat yang jauh dengan keluarganya. Namun beberapa menit kemudian, Alex justru melihatnya tengah tertidur pulas sambil memangku daus dengan mulut menganga dan mata setengah melet di sampingnya. "Ya tuhan" Geramnya, kehilangan kata-kata saat melihat tingkah sari yang ternyata seabsurd ini untuknya. Dia menoleh ke arah firdaus, dimana pria kecil itu hanya mengangkat bahu seolah-oleh berkata 'jangan tanya aku papa !' Isyaratnya. Membuat Alex mendesah kuat sambil kembali fokus pada jalanan di depannya. Mereka bahkan belum memasuki tol namun Sari sudah terdengar mendengkur sambil memeluk erat putra sambungnya. "Huufttt .." Hembus Alex lagi mulai merasakan firasat buruk saat membawa perempuan itu ikut pulang bersamanya ke Jakarta. Alex sekali lagi menatap mereka. Dia menjulurkan tangan mengusap puncak kepala putranya yang sampai saat ini masih terjaga berbeda dengan orang setengah dewasa labil di belakangnya. "Daus kalo mau bobo ? Bobo aja ya ! Kita perjalanannya masih jauh kok. Nanti kalau sudah sampai baru papa bangunkan okeh !" Pintanya menatap teduh putra dari almarhum kakaknya. Satu tangannya terus mengusap pipi gembul nya, sementara satu nya lagi ia gunakan untuk mengarahkan setirnya. "Bobo ya sayang ! Nanti besok kan daus sekolah. Bobo yah pinter ! Nyender sama bahunya Aunty Sali biar Daus nya juga gak jatuh ! Papa gak usah di temenin juga gapapa !" Bujuknya lagi terus-terusan, sampai Daus mau menuruti permintaannya. Alex mencoba terus mengusap paha anaknya agar Daus ikut terlelap dan mematikan lampu mobil yang ada di atas kepalanya. "Tuh. udah papa matiin lampunya, Sekarang Daus nya bobo ! Biar besoknya gak ngantuk sayang !" Komunikasi tersebut terus berlanjut dengan sesekali Daus yang menjawab random pertanyaan ayahnya sampai sayup-sayup matanya mulai tertutup dan ikut terlelap menyusul Aunty nya. Alex menoleh sekilas melihat ke arah putranya. Dia memastikan terlebih dahulu jika mereka sudah benar-benar terlelap pulas agar tidak terganggu tidurnya. Baru setelahnya meminggirkan mobil dan mematikan mesinnya sebentar untuk mengecek kondisi mereka. Kepalanya terlihat sekali lagi menggeleng pasrah, saat di lihatnya sari dengan mata tertutupnya memegang eratnya bahu firdaus dan tidak mengijinkan Alex untuk memindahkan posisinya. "Hei Lepaskan bahu putra saya ! Dia bisa sakit jika kau terus memeluknya seperti itu ! Sarii." Desisnya dengan suara pelan, mencoba berbisik dan membangunkan wanita kebo di sampingnya. Sayangnya sang pemilik tubuh, bukannya menjawab permintaannya malah terlihat semakin erat memeluk bahunya. "Ehhmmm." Gumamnya, Mengibaskan kasar jari tangan yang menempel halus di pergelangan tangannya. Sari semakin memeluk erat Firdaus dan meringkukkan badannya ke arah samping sambil membelit sempurna tubuh mungil tersebut. Alex pun hanya bisa menepuk jidat melihat kelakuan tidak terlotong orang di sampingnya. Merasa tidak ada pilihan, Dia pun hanya bisa menurunkan penyangga kursi yang saat ini tengah di duduki oleh mereka berdua menjadi 45 derajat dan mengatur ulang posisi tidur mereka senyaman mungkin agar tidak terganggu tidurnya. "Jangan bergerak sembarangan ! Ada putraku di samping tempat tidurmu. Jika sampai dia kenapa-napa ? Awas kau !" Gumamnya. tetap nekat membisikan ancaman meskipun perempuan di sampingnya tidak akan mau mendengarkan ancamannya. Alex mulai menghidupkan kembali mesinnya dan melanjutkan kembali perjalanan mereka yang sempat tertunda.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN