Jemput Lisa

1011 Kata
"Adiknya adalah cinta kedua setelah Ibunya." *** Ethan menjemput adiknya sendiri, karna wanita tadi yang tiba-tiba menghampiri bertanya kerjaan. Ethan jelas dia bukan orang yang sabar seperti Eldan. Walaupun, Eldan tidak jauh dari dirinya tapi Ethan akui Eldan masih ada rasa kasihan. Kalau Ethan kasian hanya dengan keluarganya. Ethan melihat Lisa sudah berdiri di depan pintu dengan raut wajah kesal, Lisa sudah melihat kedatangan mobil kakaknya itu. Padahal, dia menghubungi saat masih di kelas dengan diam-diam. Mobil berhenti tepat di depannya. Ethan membuka kaca jendela. Lisa masih mengerucutkan bibirnya kesal. Karna lingkungan sekolahnya sudah lumayan sepi dan kakaknya baru jemput. Lisa masuk ke dalam Mobil dengan kesal. Dan kakaknya itu masih saja bertanya ada apa dengan raut wajahnya, tidak lihat kah kalau dia sungguh bete sekarang ini. "Kenapa muka kamu ditekuk seperti, Dek?" tanya Ethan dengan nada yang kaku. Padahal, mereka itu adik kakak jarang sekali mendengar Ethan berbicara santai. "Gapapa." "Biasanya kalau dijemput mukanya tidak ditekuk seperti ini." "Kakak kenapa sih enggak peka. Ya aku kesel lah. Lihat udah enggak ada orang terus Kakak baru jemput. Gimana kalau aku sendirian terus aku diculik. Kakak tuh udah enggak sayang ya sama aku," oceh Lisa. Ethan tersenyum tipis. Dia menyalakan mobilnya lalu berangkat. "Tuhkan aku enggak di dengerin. Kakak tuh sebenernya sayang enggak sih sama Lisa. Lisa adik kandung kakak tapi tetep aja Kakak dinginnya pol," kesal Lisa lagi. "Iya terus Kakak harus bagaimana?" tanya Ethan. "Ya Kakak bilang kek maaf bla ... bla....," ucap Lisa lagi. "Iya maaf ya Kakak telat tadi ada urusan dulu belum lagi jalannya macet." "Terus ini Kak Eldan mana? Kenapa tumben enggak jemput Lisa," ucap Lisa yang baru sadar tidak ada keberadaan kakaknya kembarnya yang satu di sini. "Dia masih ada kerjaan jadi tidak ikut menjemput. Memangnya kalau kakak yang jemput doang masalah?" tanya Ethan. "Ya enggak setidaknya kalau ada Kak Eldan itu suasana mobil enggak terlalu dingin," ucap Lisa. "Kamu kedinginan? Kakak matiin aja AC nya kalau kamu kedinginan atau kecilin aja," jawab Ethan menengok ke arah adiknya. Lisa memutar bola matanya malas. Dasar kakak tidak peka! Kasihan yang akan jadi pacarnya. "Bukan acnya kak tapi kalau sama Kakak bawaannya jadi beku. Kasihan yang jadi cewe kakak nanti tekanan batin terus," ucap Lisa kepada sang kakak. "Hm...." Lisa hanya bisa berdehem. "Gimana tadi kamu sekolahnya? Ada pelajaran yang sulit? Ada temen kamu yang julid?" tanya Ethan. Lisa tertawa mendengar penuturan teman julid. "Kakak tahu Dari mana soal julid? Aku kira kakak itu kaku," ucap Lisa lagi sambil tertawa. Ethan hanya memutar bola matanya malas masih dengan raut wajah datar. Lisa sudah biasa dengan hal tersebut. "Karyawan kantor sering bicara seperti kalau kakak lewat." "Oh berarti karyawan kakak pada julid kali rata-rata," ucap Lisa sambil tertawa ngakak sedangkan Ethan tetap hanya diam Dan menggelengkan kepalanya. "Kamu udah makan belum?" tanya Ethan. "Belum," jawab Lisa lagi. "Memangnya kamu tidak dibawakan bekal sama Ibu?" tanya Ethan. Biasanya memang Ibunya selalu membawakan bekal cuma tadi pagi dia tidak melihat apakah dibawakan bekal atau tidak adiknya. Karna dirinya dan Ethan tidak bawa karna ingin makan di luar. "Bawa kok. Tapi kan sudah di makan istirahat pertama jam setengah sepuluh." "Terus siang kamu makan apa?" tanya Ethan lagi. Sedangkan adiknya ini pulang jam tiga. "Jajan, Kak," jawab Lisa. "Jajan apa? Pasti tidak sehat kan kamu jajannya. Besok Kakak suruh Ibu buat bekelin kamu dua aja biar kamu enggak jajan sembarangan." Lisa memutar bola matanya malas. Mulai ... Mulai kan tuh. "Makanan kantin tidak ada yang sembarangan seperti makanan di luar kok, Kak. Lagian aku juga mau coba makanan di luar gitu rasanya gimana," ucap Lisa. Selama ini dia hanya bisa membeli satu dua kali tapi kalau ketahuan dia pasti akan habis oleh kakak kembarnya bukan Ibunya. Karna yang overprotective itu kakak-kakaknya bukan Ibunya. "Tetap saja masakan Ibu pasti lebih sehat. Lagian kamu bisa menghemat uang jajan kamu untuk membeli sesuatu yang lebih berguna," ucap Ethan. "Sesuatu yang berguna apa orang setiap Lisa mau beli sesuatu pakai uang Lisa juga uang Lisa suruh simpen. Terus habis itu Kakak yang beliin. Uang Lisa bisa jamuran, Kak," kata Lisa setiap kali ingin belanja dengan uangnya pasti akan dibayarkan oleh kakaknya itu kalau pergi dengan Kakaknya. "Ya kan masa depan kamu masih panjang. Siapa tahu pas dibuka celengan kamu bisa buat langsung buka perusahaan ternama," ucap Ethan. Lisa tertawa tapi Ethan tetap dengan raut wajah datarnya. "Kak kok bisa ya satu rahim barengan, terus lahir bareng. Tapi, gaada sifat-sifat Kak Eldan yang hangat nempel di kakak. Kayak gini nih contohnya. Ini kan lucu ya. Tapi, kakak tuh enggak sama sekali tawa. Astaga, senyum Dan tawa kakak tuh semahal itu kah?" tanya Lisa lagi kepada Ethan. "Tidak ada yang lucu untuk apa tertawa?" "Hmmm yayaya...." "Kenapa marah?" tanya Ethan lagi melihat raut wajah adiknya. "Tidak. Aku kangen Ayah pengen ketemu Ayah. Pengen lihat Ayah pengen dipeluk Ayah. Hehehe...." Lisa tiba-tiba teringat muka Ayahnya walaupun hanya sebatas foto yang dia lihat tanpa pernah bertemu langsung dengan Ayahnya. Ethan terdiam dia sedang memikirkan kata-kata yang tepat. "Sabar, Ayah sedang menunggu kita di surga. Kakak tahu kamu rindu tapi kakak sudah berusaha untuk menggantikan sosok Ayah agar kamu tidak merasa kekurangan kasih sayang Ayah. Tapi, kakak sadar mungkin memang sulit untuk kamu menerima juga," ucap Ethan. "Bukan gitu, Kak. Menurut Lisa kakak udah melakukan yang terbaik kok. Cuma kadang suka iri lihat teman yang nyeritain Ayahnya gitu hehehe. Tapi ... tapi kakak enggak usah ngerasa bersalah. Aku seneng kok cuma ada Ibu, Kakak Ethan sama Kakak Eldan cuma kangen sedikit sama sosok Ayah." "Hmmm ... Maaf kalau belum jadi kakak terbaik." "Iiih enggak gitu kak Ethan. Kakak udah baik banget. Muah...." Lisa langsung saja mengecup pipi kakaknya itu. "Ckkk ... Lisa kamu tu kebiasaan." "Gapapa lagian adek sendiri kalau cium di lap. Muah...." Lisa langsung mencium Pipi Ethan lagi. "Eitsss di lap lagi aku ngambek," ucap Lisa. Mau tidak mau Ethan membiarkan kecupan pipi adiknya itu. Lisa tertawa melihat Kakaknya yang tidak jadi menghapus. Padahal, dia tahu pasti Ethan kesal. Mereka akhirnya sampai di rumah. Lisa langsung turun meninggalkan kakaknya serta Ethan baru menyusulnya ke dalam setelah memarkirkan mobilnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN