Masuk Kamar

1073 Kata
Karena merasa lelah, Lisa memilih langsung pergi ke kamarnya, lagipula di sepanjang perjalanan pulang, kakaknya masih saja seperti kulkas yang tidak bisa diajak mengobrol hal-hal random. Entah apa yang diidamkan ibunya saat hamil kakaknya itu, anehnya meskipun kembar kenapa sifat kedua kakaknya itu sangatlah berbeda. Sepertinya ayah dan ibunya dulu sempat memiliki keinginan yang berbeda, mungkin? Tidak penting bagi Lisa terus memikirkan hal tersebut, yang ia tau sekarang adalah berbaring diatas kasur jauh dapat membuat lelahnya hilang. Setelah selesai memarkirkan mobil Ethan langsung masuk ke dalam kamar, ia melihat Lisa sudah tidak ada, tapi dirinya tidak menghiraukan hal tersebut, karena ia juga berpikir kalau Lisa pasti langsung beristirahat di kamarnya dan tidak baik baginya jika menganggu adiknya yang mau beristirahat. Ethan langsung menggambil segelas air minum, ternyata mendengar adiknya mengoceh itu cukup melelahkan, tapi itu sudah tugasnya menjadi seorang kakak. Terlebih dirinya juga harus bisa berperan sebagai seorang ayah untuk adiknya itu. Setelah meminum segelas air, Ethan melamun sejenak, ada beberapa pikiran yang tidak bisa ia tafsirkan sendiri, pikiran yang tiba-tiba saja melintasi otaknya tanpa permisi dan meninggalkan rasa penasaran yang jawabannya tidak bisa ia temukan seorang diri. Mengapa ia dan saudara kembarnya berbeda? Pertanyaa yang mungkin selama ini tidak terlalu di pedulikan olehnya, tapi setelah adiknya bertanya tadi, tiba-tiba saja Ethan jadi sedikit merasa penasaran, memangnya apa ada yang salah dengan sifatnya yang saat ini? Mengapa adiknya lebih senang kepada kakaknya yang satu lagi, dengan dalih Eldan jauh lebih friendly dibandingkan dirinya. Awalnya mungkin Ethan hanya merasa semua itu hanyalah takdir atau memang pola pikir keduanyalah yang berbeda, iya ... meskipun mereka terlahir dari satu rahim yang sama dalam kurun waktu yang berdekatan. Ingin rasanya Ethan melupakan pikiran yang tidak terlalu penting baginya, karena mau bagaimanapun sifat Ethan memang sudah seperti ini? Lalu mau diubah menjadi seperti apalagi? Seperti sifat Eldan? Bukankah di dunia ini yang namanya perbedaan itu jauh lebih menarik? Lagipula tidak perlu cape-cape berpikir cara menjadi seperti Eldan, mungkin saja Eldan juga memiliki pemikiran yang sama cara menjadi seperti Ethan? Siapa yang tau? Dan lagi untuk apa terus membandingkan diri sendiri dengan kembarannya, bukankah itu namanya tidak mensyukuri apa yang ia terima dalam hidupnya? Jika saja ia terlahir menjadi Eldan dan Eldan menjadi Ethan, mungkin saja sifatnya masih tetap akan sama, bedanya hanya nama saja yang ditukar, karena memang dasarnya Ethan terlahir dengan sifat yang seperti sekarang. Ethan langsung menarik napas panjang, berusaha menghilangkan pikiran yang bisa saja membuat dirinya gila seorang diri. Karena lagipula pikiran tersebut tidak perlu ia pedulikan, ia sudah nyaman dengan kondisinya saat ini, jadi apalagi yang harus dikeluh kesahkan? Saat Ethan di dapur, tiba-tiba ibunya datang menghampiri dirinya. “Kamu sudah pulang?” tanya ibunya. “Ibu dari mana?” tanya Ethan. “Mencari bahan, buat bekal kalian besok,” jawab ibunya sambil tersenyum. Ethan langsung tersenyum melihat ibunya, iya ... seharusnya ia tidak pernah berpikir mengapa ia terlahir seperti itu, seharusnya ia bersyukur karena bisa memiliki ibu yang seperti ini. “Kamu kenapa, tumben terenyum seperti itu?” tanya ibunya yang sedikit merasa penasaran. Naluri ibu tidaklah pernah salah, ia yakin kalau Ethan pasti memiliki pikiran yang membuat dirinya menjadi seperti saat ini. “Gak apa-apa kok bu, Cuma seneng aja liat ibu,” jawab Ethan. “Oh yaampun, kamu ini ... sejak kapan kamu bisa membuat ibu jadi salah tingkah seperti sekarang.” Ibunya langsung memeluk Ethan dan saat itu juga Ethan seperti merasakan sedikit kehangatan. Mungkinkah ini adalah kehangatan yang dimaksud oleh adiknya tadi? Ethan balik memeluk ibunya, dirinya seperti tidak mau melepas dari kenyamanan yang ia terima saat ini. Tapi semua itu tidak berlangsung lama setelah Lisa melihat keduanya. “Wow ... sepertinya ada sesuatu yang aku tidak ketahui, terjadi di sini,” ucap Lisa sambil tersenyum kearah keduanya. “Tidak ada apa-apa kok Lisa, ibu hanya ingin memeluk kakak kamu,” ucap ibunya sambil memegang kedua pundak Lisa. Setelah itu ibunya pergi meninggalkan Ethan dan Lisa di dapur berdua. “Jadi apakah kulkas ini sudah mulai rusak?” tanya Lisa sambil tersenyum menggoda. “Maksud kamu?” tanya Ethan sambil mengkerutkan keningnya. Lagi-lagi Ethan memasang wajah datar yang menurut Lisa dirinya benar-benar tidak bisa diajak bercanda. “Sudahlah lupakan, aku mau ambil minum,” ucap Lisa yang sudah tidak mau melanjutkan candaannya. Iya mau selebar apapun senyuman kakaknya, itu tidak akan mengubah kenyataan kalau kakaknya itu kaku sekali. Entah apa yang tadi terjadi, tapi sudahlah ... Ethan tetaplah Ethan yang dingin yang takkan bisa mencari hanya dengan pelukan dari sang ibu. “Kakak mau aku buatkan juice?” tanya Lisa sambil memilih-milih buah yang ada di dalam kulkas. “Juice?” Ethan langsung menoleh ke arah Lisa. “Iya juice, aku lagi ingin buat juice apel, kakak mau?” tanya Lisa lagi sambil memperlihatkan apel yang ia pegang. “Tidak usah, kamu buat saja untuk kamu sendiri,” ucap Ethan. Lisa hanya mengangguk saja. “Oh iya, usahakan jangan banyak gula, karena itu tidak baik untuk kamu,” ucap Ethan lagi. “Yaampun kak, aku, kan pakenya gula pasir alami bukan gula biang,” ucap Lisa lagi. “Tetap saja kebanyakan makan dan minum yang manis itu tidak sehat,” balas Ethan lagi. “Terus untuk apa aku buat juice kalau tidak pakai gula, bagaimana rasanya nanti kakak?” ucap Lisa lagi yang masih merasa jengkel dengan ucapan Ethan. “Kakak tidak melarang, hanya saja pakailah sesuai takaran,” ucap Ethan lagi berusaha membuat adiknya paham. Gula itu memang manis, iya saking manisnya terkadang membuat orang lupa kalau mereka tidak boleh mengongsumsi begitu banyak gula, mungkin mereka akan baik-baik saja di usia muda, tapi tidak dengan usia tuanya nanti. Diabetes adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang disebabkan oleh kadar gula yang berlebihan, dan siapa yang melebihkannya adalah orang itu sendiri. Jadi selagi Lisa masih muda, jangan sampai dirinya menabung penyakit yang akan ia tuai kelak di masa tuanya, sebagai kakak Ethan hanya mau adiknya sehat selalu. “Lalu takaran yang baik itu seberapa sendok?” tanya Lisa lagi. “Satu sendok juga sudah cukup, apel itu buah yang memiliki rasa manis, jadi tidak akan mempengaruhi rasa alami dari apelnya nanti, atau paling tidak dua sendok, gak lebih,” jelas Ethan. “Oh ... baiklah ... kalau kakak sudah berkata seperti itu,” ucap Lisa sambil menghela napasnya. Lisa sebenarnya tau kalau kakaknya itu peduli pada dirinya, tapi dengan wajahnya yang datar seperti itu, siapa orang yang akan menyukainya, saat ini kakaknya seperti memerintah dan bukan memperingati seorang adik.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN