Bab 2

1017 Kata
"Kamu sangat cantik, Nona! Sayang sekali jika kamu harus dinikmati oleh pria-p****************g di luar sana," pria itu menyeringai licik sambil menatap tubuh Seina yang sedikit mabuk. "Jangan salahkan aku, Nona, kau sendiri yang memintanya." Seina hanya menatap Noah dengan mata setengah tertutup. Bibirnya meracau tidak jelas karena pengaruh alkohol membuat Noah gemas sekali ingin menciumnya. Noah adalah pria dewasa. Melihat tubuh indah Seina membuat naluri lelakinya memberontak. Sebenarnya, dia tidak ingin melakukan hal ini, tetapi hasrat yang mulai menggelora tak dapat lagi dia tahan. "Aku tidak bisa menahan diri lagi, Seina. Kamu terlalu menggoda untuk dianggurkan." Tanpa berpikir panjang, Noah membuka kancing kemejanya, memperlihatkan otot-otot dadanya yang kokoh. Tangannya kemudian bergerak cepat, membuka setiap lapis kain yang menutupi tubuh Seina. Matanya membulat sempurna sat melihat keindahan tubuh gadis itu. "Wow, kamu sungguh luar biasa, Nona!" Gumam Noah kagum. Malam itu, menjadi malam yang tak terlupakan bagi keduanya. Sentuhan demi sentuhan yang diberikan oleh Noah membuat Seina mendesah manja. Wanita itu menyambut antusias apa yang diberikan oleh Noah. Mengetahui Seina yang masih perawan, membuat Noah berkali kali melakukan penyatuan dengan gadis itu. Noah yang selama ini tidak pernah bercinta dengan perawan seperti mereguk air di Padang pasir. "Seumur hidupku, aku belum pernah merasakan yang seperti ini," gumamnya pelan sambil menatap tubuh Seina yang terbaring lelah di sampingnya. Setelah semuanya selesai, Noah menarik tubuh Seina ke dalam pelukannya. Ia berbisik lembut di telinga gadis itu. "Setelah ini, aku tak akan pernah melepaskanmu Seina. Kamu milikku sekarang, dan untuk selamanya." Seina yang sudah lelah akhirnya tertidur dalam pelukan hangat Noah. Keesokan harinya, sinar matahari dari jendela kamar tidur yang tidak tertutup membuat Seina menyipitkan matanya. Tubuhnya terasa remuk redam. Bayangan romansa gila semalam melintas di kepalanya. Seina menatap pria dewasa nan tampan yang memeluknya erat. Ia mengusap rahang kokoh pria itu. "Tampan, meskipun usianya sudah tua! Eh tunggu, kenapa wajahnya begitu familiar?" Dengan perlahan, Seina memindahkan tangan lelaki tampan itu supaya jangan sampai membangunkannya. Setelah memastikan lelaki itu masih terlelap, Seina pun masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah keluar, Seina memungut pakaiannya yang tergeletak di lantai dan memakainya. Seina menatap kembali wajah pria yang telah menghabiskan malam bersamanya. Ada perasaan yang tidak biasa di dalam hatinya. Saat ia menatap bibir pria itu, pikirannya tiba-tiba kembali pada kejadian semalam yang membuat jantung Seina berdebar-debar. Tidak ingin melakukan kesalahan lagi, Seina mengambil tasnya. Melihat dompet pria itu tergeletak di atas meja membuat Seina ingin membukanya. "Setidaknya aku tahu siapa pria yang tidur denganku malam ini!" Seina memungut dompet itu perlahan. Ia kemudian membuka dompet itu. Ia mencari kartu identitas pria itu. Senyum mengembang di bibirnya saat ia mengetahui bahwa pria itu bernama Noah Hernandez. Saat ia hendak mengembalikan kartu identitas itu, sebuah foto yang terjatuh membuat matanya melotot. "Ya Tuhan, aku telah bercinta dengan calon mertuaku sendiri! Tidak! Ini gila!" Bisiknya dengan suara bergetar. Ia menatap foto itu lagi, memastikan bahwa apa yang dilihatnya adalah benar. "Aku harus segera pergi dari sini!" Seina memang tidak mengenal Noah sebelumnya karena Noah telah lama meninggalkan keluarganya. Setelah berpisah dengan istrinya, Noah hidup sendiri di luar negeri. Meski secara hukum tidak bercerai, hubungan Noah dengan keluarganya sangat renggang. Kepulangannya kali ini hanya untuk menghadiri pernikahan Nico, putranya. Begitu pula sebaliknya, Noah pun tidak tahu siapa Seina hingga kemarin malam. Seina segera mengembalikan kartu identitas itu. Dan segera pergi sebelum lelaki itu terbangun. Saat Seina hendak membuka pintu, suara langkah berat di belakangnya membuatnya terpaku. Sebelum dia sempat menoleh, sebuah tangan besar sudah melingkar di pinggangnya. "Mau ke mana kamu, Nona?" suara berat Noah terdengar dingin, tanpa amarah, tapi penuh ancaman. Seina menggigit bibirnya, tubuhnya menegang. "A-ku harus pulang, Om," jawabnya dengan suara bergetar. Noah mencengkeram pinggangnya lebih erat, lalu mengangkatnya seperti boneka dan meletakkannya di sofa. Lelaki itu pun melayangkan tatapan tajam seperti pisau. "Pulang? Kau pikir aku membiarkanmu pergi begitu saja setelah kejadian semalam?" Seina menunduk, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Om, aku... aku tidak sengaja...." Noah mengangkat alis, senyum tipis menghiasi wajah dinginnya. "Tidak sengaja? Kau pikir aku ini pria sembarangan yang bisa kau tinggalkan begitu saja setelah bermain-main?" Seina menunduk, tubuhnya gemetar. "Aku tidak tahu... kalau Om adalah..." "Siapa aku, hah?" Noah memotong dengan cepat. Lelaki itu berjongkok di di depan Seina sambil mencengkeram erat dagu gadis itu agar mau menatapnya. "Sekarang kau tahu, jadi dengarkan baik-baik. Mulai sekarang, kau milikku. Dan aku tidak menerima penolakan." Seina mendongak, matanya membulat. "Tapi, aku punya kehidupan... aku harus menikah dengan..." Noah menyipitkan mata. "Dengan siapa?" Seina menggigit bibirnya, enggan menjawab. Namun akhirnya, dengan suara hampir tak terdengar, dia berkata, "Dengan Nico, putra Om." Noah terdiam sejenak, lalu menyeringai licik. "Nico? Jadi, calon istri anakku malah tidur denganku." Dia tertawa kecil, dingin, tanpa emosi. "Menarik." "Om, aku benar-benar tidak tahu... Aku tidak sengaja ...." Seina mencoba menjelaskan, tapi Noah mengangkat tangannya memberi isyarat agar dia diam. "Diam." Tatapannya mengintimidasi, membuat Seina gemetar. "Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, Seina. Kau ada disini untuk sebuah alasan, dan aku akan membuat alasan itu terwujud." Seina menatap Noah dengan ketakutan. "Apa maksud, Om?" Noah berdiri, berjalan mondar-mandir sambil berpikir. Lalu ia berbalik dan menatap Seina dengan mata yang berkilat amarah. "Kau bilang semalam, kau ingin membalas dendam pada kekasihmu yang pengkhianat itu, bukan?" Seina mengangguk pelan, tak berani menatap matanya. "Kalau begitu, aku punya tawaran." Noah kembali duduk di hadapan Seina. "Aku akan membantumu menghancurkan dia. Tapi ada syaratnya." "Syarat?" Seina bertanya dengan nada bergetar. Noah mengangguk dengan senyum licik. "Kau harus menikah denganku!" Mata Seina membelalak. "Apa?! Ini tidak mungkin! Aku-" Noah kembali mencengkeram dagu Seina dengan erat. "Aku tidak memberimu pilihan Seina. Kau tahu siapa aku. Menolak berarti kehancuranmu. Dan jangan lupa, aku punya banyak cara untuk memastikan kamu tidak bisa menolak keinginanku." Seina menggigit bibirnya, berusaha berpikir dengan jernih."Tapi... tapi, bagaimana dengan Nico?" Noah tersenyum kecil, tatapan matanya berkilat dingin. "Nico akan baik-baik saja. Ini urusan kita, bukan dia. Mulai sekarang, hidupmu ada di tanganku. Pilih, Seina: Menikah denganku, atau menjadi teman tidurku? Karena aku tidak akan pernah melepaskan wanita yang telah melewati malam bersamaku. Jika kau memilihku, aku akan memberimu segalanya. Tapi jika kau menolak ...."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN