Malam Pertama di Rumah Orang

1955 Kata

"Kalau kamu masih mencintainya, kenapa harus setuju menikah denganku?" tanyaku masih bersama hati yang justru semakin nelangsa saat menatap wajahnya. Lelaki berwajah rupawan yang punya keahlian khusus untuk mematahkan hati seseorang dengan kalimat hinaan pedas yang meluncur dari bibir tipisnya. Suamiku membeku. Seperti tak punya cadangan kalimat yang bisa dijadikan pembelaan. Suasana kaku yang sempat menyelimuti, mendadak pecah saat sebuah suara yang terdengar cukup familiar di telinga, memaksaku menoleh ke satu arah. "Lintang?!" Tanpa terasa senyumku terukir ketika menyadari siapa yang memanggil namaku. Adrian? "Kok nomor kamu nggak aktif dari tadi? Gimana ceritanya?" tanya Adrian sambil menarik langkah mendekat saat mungkin telah yakin jika yang duduk di sini adalah aku. Seolah ta

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN