Sampai di Bar Silver Stone, Jason langsung kekuatan mobil tanpa menghiraukan Robin. Sementara asisten itu hanya bisa memandang pasrah kepergian tuan mudanya.
Masuki bar, Jason melihat beberapa orang tengah berkerumun berhadapan dengan seorang wanita.
"Linda?" Jason langsung melompat berdiri di hadapan Linda.
"Sebenarnya, apa yang terjadi?"
Linda yang tak menyangka akan kedatangan Jason sempat termenung, tapi pertanyaan pria itu seketika menyadarkannya.
"Mereka adalah Geng Serigala Besi, mereka mengatakan jika Serigala Besi merupakan penguasa distrik selatan, menuntut pajak keamanan bagi setiap pelaku usaha, tapi aku tidak menghiraukan mereka." Linda tetap berdiri tenang, seolah tidak berada dalam sebuah masalah yang mengancam nyawanya.
Padahal beberapa orang Geng Serigala Besi membawa pisau ataupun parang.
Linda juga tidak sendiri, di kanan kirinya berdiri beberapa pria berpakaian hitam yang merupakan penjaga di bar miliknya.
"Kalian Geng Serigala Besi?" Jason maju dan berkata.
"Ya, kami adalah geng serigala besi. Penguasa distrik selatan Kota Levanya. Siapa kau, minggir jangan urusi urusan kami." Pria botak berikat kepala maju sambil menggoyangkan parang di tangannya.
Jason masih bergeming di tempatnya, parang itu tidak membuat dirinya menciut. Bahkan jika membandingkan dengan latihan militer di keluarga Smith, sama sekali bukan masalah besar.
"Siapa ketua kalian?"
Pertanyaan Jason membuat pria botak termenung, pasalnya tidak semua orang tahu mengenai pembagian kelompok pada Geng Serigala Besi.
Sebenarnya siapa pria ini, apakah ada hubungan dengan Geng Serigala Besi? Jika iya, apakah posisinya. Anggota biasa seperti mereka atau lebih tinggi lagi.
Belum juga pria botak berkata, pria kurus dengan rambut jambul berkata dengan lantang. "Ketua kami adalah Mata Elang, bukan hanya menjadi ketua, dia adalah pengawal CEO dari perusahaan JR group, perusahaan paling terkemuka di Kota Levanya."
Senyum konyol tersungging di wajah Jason. Mata Elang? Bukankah itu adalah penjaga yang sebelum ini bertemu dengannya, yang menyeret Lukas?
"Mereka adalah bawahan Mata Elang, sepertinya keadaan Geng Serigala Besi semakin kacau." Jason menggeleng, kemudian menengadahkan tangan.
Melihat Jason menengadahkan tangan, Pria botak mengerutkan kening. Tidak mengerti dengan apa yang ada dalam pikiran Jason.
"Bukankah kau memiliki nomor kontak Mata Elang, panggil dia, biar aku bicara kepadanya."
Mendengar ini, pria botak semakin mengerutkan kening. Wajah ragu yang sempat terlihat sepenuhnya lenyap.
"Kau jangan memaksakan dirimu terlalu jauh, tak ku sangka aku akan termakan omong kosongmu." Pria botak yang memegang parang menebas meja, membuat semua botol yang ada di atas meja jatuh dan pecah berhamburan di lantai.
Beberapa orang ingin melakukan kekacauan lebih lagi, tapi Jason dengan cepat mendekati mereka dan menghentikan aksi kerusakan yang akan dilakukan.
Tak hanya sekedar menghentikan, Jason membanting dan melemparkan mereka yang mencoba berbuat onar.
"Maju satu langkah, kalian akan menyesal!"
Pria botak mendengus, sejurus kemudian dia mengayunkan parang di tangannya.
Jason menarik diri ketika parang menyasar mengincar kepala, sambil menghindar tangan kanan melesat maju menghantam perut.
Bugh!
Pria botak yang tak sempat membuat pertahanan terpental beberapa langkah sambil tangan memegang perut.
"b******n!" Pria botak menggeram murka, wajahnya benar benar merah karena marah.
Jason mengambil botol kosong di dekatnya, ketika pria botak maju, dengan cepat Jason memukul kepala dengan botol di tangannya.
Pyar...
Darah mengucur deras dari kepala pria botak, wajah yang sudah memerah semakin merah kala noda darah hampir menyelimuti keseluruhan wajahnya.
Jason yang melihat pria botak dalam keadaan kacau, langsung melesat sambil melayangkan pukulan.
Brak!
Tubuh pria botak menerjang meja yang sudah hancur berantakan.
"Kalian mencari musuh yang salah!"
Pria botak kembali berdiri, walau darah terus keluar dari kepalanya, dia sama sekali tidak ragu untuk bangkit kembali.
Saat akan mengambil parang, tiba tiba ponselnya berdering.
"Ketua?"
Wajah Pria botak terlihat berbinar, mungkin dia berpikir akan mendapatkan dukungan, sehingga bisa memberi pelajaran terhadap pria yang telah menghajarnya habis habisan.
Namun siapa sangka, jika perkataan pertama yang keluar dari mulut ketuanya bernada bentakan.
"Kalian di mana!!"
Pria botak tidak langsung menjawab, dia menoleh ke belakang, melirik beberapa orang yang dia bawa.
"Kenapa kau hanya diam, jawab pertanyaanku!" Mata Elang di seberang sana berteriak dengan nada cemas.
Pria botak mengelap keringat, menjawab dengan mulut bergetar. "Ka - kami berada di Bar Silver Stone."
Duang!
Jawaban dari mulut pria botak bagai sambatan petir, langsung merubah ekspresi wajah Mata Elang, andai pria botak tahu betapa buruknya air muka ketuanya, mungkin dia tidak tahu lagi harus berbuat apa.
"Tetap di sana, jangan bertindak sampai aku datang." Mata Elang menutup sambungan telepon begitu selesai berkata.
Pria botak menghela nafas lega, bahkan sekarang perasaannya sedikit senang karena merasa kedatangan Mata Elang akan membantu keadaannya.
Akan tetapi semua itu keliru, karena yang sebenarnya, Mata Elang khawatir anak buahnya menyinggung seseorang yang bahkan tidak berani dia singgung. Karena dia tahu Bar Silver Stone merupakan tempat yang biasa digunakan atasannya untuk bersantai atau berpesta.
Beberapa menit kemudian suara motor Harley Davidson terdengar dari luar, seketika wajah pria botak semakin percaya diri karena mengenal bahwa itu adalah kendaraan ketuanya.
"Ketua telah datang, kau akan terkena masalah." Pria botak yang sudah dengan wajah bengkak berkata dengan percaya diri.
Ketika Mata Elang datang, beberapa orang langsung menghindar memberikan jalan. Wajah garang tubuh tegap dengan jaket kulit berlogo tengkorak membuat semua orang merasa ngeri ketika melihatnya.
"Ketua -- "
Plak!
Belum sempat pria botak mendekat, hamparan sudah melekat di pipi kiri nya, menambah bekas lebam yang sudah ada.
"Tuan muda!" Mata Elang yang sudah melihat keberadaan Jason sejak saat memasuki bar langsung memberikan tamparan kepada anak buahnya.
Dia tahu bahwa anak buahnya telah mencari masalah dengan itang yang salah.
"Tuan muda, maafkan saya karena tidak bisa mendidik anak buah dengan benar. Ini benar benar kelalaian yang telah saya lakukan." Bili - pria berjuluk Mata Elang itu merasa menyesal karena kelakuan anak buahnya.
Jason mendengus, membalikkan badan sambil melambaikan tangan. "Ini bukan salahmu. Bili, bawa kembali orang orangmu, jika mereka berbuat onar lagi, aku akan mencarimu."
"Baik tuan muda." Tanpa pengulangan kata, Bili membungkuk dan pergi meninggalkan bar.
Pria botak serta orang orang yang dia bawa juga ikut pergi, dia tentu saja masih bisa berpikir. Seorang yang bisa menyebut nama ketua mereka tentu bukan orang biasa, bahkan keluarga tingkat kedua saja harus menunduk ketika berhadapan dengannya.
Ehem...
Jason berdehem, membuat Linda terkesiap dan memalingkan wajahnya menatap Jason.
"Bukankah seharusnya aku mendapatkan hadiah?"
Jason tertawa lirih sambil mengedipkan mata. Tanpa diduga Linda mengangguk, membuat Jason mengerutkan kening.
"Kau serius?" Jason menatap Linda yang terus berlalu tanpa menghiraukan ucapannya.
Jason mengikuti Linda, memasuki ruangan wanita itu. Linda melepas pakaian luarnya, menyisakan pakaian tidur yang sudah melekat rapi di tubuhnya.
"Linda, kamu yang memprovokasiku!"