"Bos, kenapa kamu melamun. Apakah ada sesuatu yang tertinggal?" Suara Robin membuat Jason tersadar.
"Berapa lama pertemuan ini akan berlangsung?" Jason masih memandang jam tangannya.
Robin melihat jam tangannya, menjawab tanpa melihat wajah bos nya. "Tiga sampai empat jika itu berjalan lancar."
Beberapa saat, mobil berhenti di sebuah restoran bintang lima, itu adalah 'Restoran River Side'. Dari nama saja semua orang dapat menebak bahwa restoran ini berada di sebelah sungai.
"Kamu duluan saja, aku akan mengganti pakaian." Jason mengambil salah satu pack yang ada di kursi penumpang, membawanya dengan satu tangan.
"Baiklah bos, ruangannya berada di lantai dua, VVIP nomor 1." Jason masuk ke dalam terlebih dahulu, meninggalkan Jason yang masih di tempat parkir.
Jason kemudian berjalan menuju toilet, hendak mengganti pakaian sederhananya dengan pakaian formal.
"Renata?"
Tak sengaja, mata Jason melihat seorang wanita berjalan dengan seorang pria seumurannya.
Ketika matanya memandang ke bawah, dia menangkap kedua tangan mereka saling terkait.
Hem...
Jason mendengus dan mencoba tidak menghiraukan, tapi siapa sangka jika pria yang bersama dengan Renata mengenalinya.
"Renata, bukankah dia suamimu... Oh maaf, maksudku mantan suami." Senyum sinis tersungging di wajahnya, merendahkan Jason yang dia ketahui hanyalah seorang penjaga keamanan.
Arya Wiguna, dia adalah tuan muda keluarga Wiguna, keluarga tingkat pertama di Kota Levanya.
Meski masih berusia dua puluh tujuh tahun, Arya Wiguna merupakan pemegang kekuasaan kedua setelah ayahnya di perusaan Wiguna Group. Hal ini yang membuatnya sangat percaya diri dan berani berjalan dengan wajah terangkat.
Yang dia tidak tahu, di hadapannya merupakan orang nomor satu di Kota Levanya, pemilik perusahaan JR group. Selain itu, identitas sebagai tuan muda Kota Raja lebih mulia dari pada siapapun di Kota Levanya.
Jason yang hendak beranjak pergi, menahan kakinya ketika mendengar seseorang berbicara kepadanya. Pria itu berbalik, tidak mengeluarkan sepatah katapun untuk beberapa waktu yang lama.
"Jadi dia yang membuatmu memutuskan untuk berpisah?" Jason tersenyum sinis, matanya masih melirik ke arah dua tangan yang masih terkait.
Renata dengan spontan melepaskan genggaman tangannya. "Tidak. Jason, ini tidak seperti yang kamu pikirkan."
Jason berbalik, tidak mempedulikan Renata yang berusaha menjelaskan. Dan sebelum pergi dia berkata. "Itu tidak ada hubungannya denganku, lagi pula kita sudah bercerai."
Renata terdiam, tangan yang hendak meraih Jason dia turunkan kembali.
"Jason, sebaiknya kamu mengingat siapa dirimu. Atau aku, Arya Wiguna akan memberimu peringatan dengan cara kasar." Arya berkata sambil berjalan mendekati Jason, bahkan menekan tangannya ke pundak Jason.
Jason berhenti, dia tidak langsung membalas. Perlahan tubuhnya berputar, tangannya meraih tangan Arya yang masih mencengkeram pundaknya.
"Sebaiknya kamu diam, atau Wiguna group akan mendapatkan masalah besar." Jason menghempaskan tangan Arya dari pundaknya.
Arya mendengus mencibir. "Apakah kamu berpikir adalah seorang Robin Haase, CEO perusahaan JR group? Jangan bermimpi!"
Jason menggelengkan kepala sambil pergi meninggalkan Arya Wiguna yang masih berkoar koar tidak jelas.
"Renata?" Arya melambaikan tangan di depan wajah Renata, membuat wanita itu tersadar dari lamunannya.
"Maaf, sepertinya aku tidak bisa menemani tuan muda Wiguna lebih lama." Renata pergi setelah berkata.
Arya Wiguna menggeram marah, tangannya mengepal ingin mencari pelampiasan.
"Jason, aku akan membuatmu menyesal."
...
"Selamat malam, tuan Jason."
Baru saja Jason datang, seorang pria tua berdiri dan menyambutnya.
Jason menjabat tangan pria tua yang sudah terlebih dahulu terulur. "Selamat malam, Tuan Kawasaki."
Jason kemudian duduk tepat di depan Tuan Kawasaki, pria berkulit putih dengan rambut pendek itu mengenakan kimono yang terbuat dari sutra berkualitas.
Mereka kemudian menyantap makanan yang sudah tersedia, mulai dari steak hingga pangsit, ada di atas meja besar itu.
Di meja tidak hanya mereka bertiga, ada juga beberapa orang yang merupakan orang dari Tuan Kawasaki.
Ehem...
Kawasaki mengelap mulutnya dengan lap yang ada di hadapannya, pria tua itu kemudian mengulurkan tangan dan orang di sampingnya langsung memberikan sebuah map merah.
"Tuan Jason, mungkin dengan datang makan malam hari ini, anda sudah mengerti apa yang sebenarnya akan kita bahas. Namun untuk menunjukkan ketulusan kami, saya akan kembali menjelaskan." Kawasaki berdiri, dan salah satu bawahan mengatur ruangan menjadi agak redup, sementara di tembok ruangan muncul layar proyeksi.
"Ini adalah gambaran bisnis kami, Tuan Jason dapat melihatnya, kami bergerak dalam bidang industri otomotif ...."
Jason menyimak Tuan Kawasaki yang terus menjelaskan tentang latar belakang perusahaannya, tidak hanya itu, dia juga menjelaskan bagaimana kedua perusahaan bisa bekerja sama kedepannya.
JR group merupakan perusahaan yang fleksibel, tidak hanya bergerak dalam satu bidang industri. Perusahaan ini mengikuti kemana arus global bergerak, tak jarang juga membuat terobosan yang berhasil mengguncang pasar.
Kapasitas JR group sudah tidak dapat diragukan lagi, bahkan media luar saja sudah memasukkan nama perusahaan itu sebagai salah satu perusahaan paling menjanjikan.
Waktu terus berjalan, tanpa disadari jarum jam sudah menunjukkan angka 11.
"Saya harap ini akan berjalan lancar, Tuan Jason." Kawasaki bersalaman dengan Jason sebagai tanda kesepakatan.
"Tentu saja, Tuan Kawasaki." Jason membalas dengan tersenyum.
Kesepakatan dua perusahaan bukan suatu yang dapat dibandingkan dengan kontrak recehan, itu adalah kontrak dengan nilai mencapai triliunan.
Namun JR group sama sekali tidak terbebani, karena mereka sama sekali tidak akan dirugikan sebagai pihak pertama. Jika ada kendala malah pihak kedua akan membayar denda, selain itu harus mengembalikan senilai saham yang telah dikeluarkan.
Jason menyetor dua triliun untuk memuluskan kerja sama mereka. Itu adalah nilai saham Jason di perusahaan Japanese company. Sekarang Jason menjadi pemegang saham utama dengan persentase lima puluh persen.
Namun itu bukan nilai dari Japanese company yang sebenarnya, itu hanya anak cabang yang akan didirikan di Kota Levanya.
Satu persatu rombongan Tuan Kawasaki meninggalkan ruangan, menyisakan Jason serta Robin yang masih duduk di sana.
"Robin, antar aku ke tempat Linda." Jason melepas jas, membawanya dengan tangan kanan.
Jason memang benar benar aneh, di saat semua orang ingin berpenampilan menawan dengan setelan formal, dia malah terkesan enggan untuk mengenalkan pakaian tersebut.
Baginya itu adalah rantai pengikat, yang menyulitkannya dalam bergerak bebas.
"Bos, kenapa kamu tidak membeli kendaraan. Tidak mungkin kan seorang pimpinan JR group tidak mempunyai mobil?" Robin mengenakan sabuk pengaman, mulai fokus dengan setir di depan.
"Kamu tidak mau mengantarku?" Robin menaikkan intonasinya, memperlihatkan rahangnya yang mengeras.
"Tidak tidak, akan aku antar kemanapun bos ingin pergi." Robin dengan cepat menginjak pedal gas, melajukan mobil Bugatti Divo keluaran 2018.
'Bagaimana bisa seorang tuan muda tidak memiliki kendaraan ataupun tempat tinggal?!'