"Bagaimana menurutmu, Rafli?" Aku yang sedang mempersiapkan masakan untuk Ayah langsung menoleh saat nama Letnan gila dengan perubahan mimik wajah tercepat yang pernah kulihat itu disebut. Ingatanku langsung melayang padanya, Rafli, dia laki-laki yang penuh kejutan. Untuk sesaat dia bisa menjadi pribadi yang hangat, dan di saat lainnya saat aku tidak sengaja menyinggung sesuatu yang tidak mengenakkan hatinya, dia berubah menjadi seorang yang datar. Benar-benar nyaris ekspresi. Bukan masam atau arogan. Dan menurut ilmu psikolog yang sering kali terlontar dari Anisa, hal itu menunjukkan jika Rafli adalah pribadi yang benar-benar tertutup. Semua kegilaan dan keterbukaannya hanya dia tunjukkan pada seorang yang dia pilih. Jadi tempo hari saat dia melamarku dengan lantangnya sudah pasti it