Pelangi Zelenia Elara

1513 Kata
[My Only One] Anda : Kakek, sesuai janji, lusa nanti, aku pulang ke rumah sekitar pukul sembilan malam, ya. Masih ada urusan sama temen-temen yang lain. Nanti Angie kabarin lagi, ya. My Only One : Kok lusa? Kenapa gak hari ini? Anda : Besok hari libur Angie, Kek. Jadi, Angie mau tidur di Apart dulu. My Only One : Ya udah, kamu jaga diri baik-baik. Lusa, wajib pulang ke rumah Kakek! Kakek udah minta Bi Maya buat siapin semua makanan kesukaan kamu, untuk nanti pulang. Anda : Iya, Kek. Sampai ketemu lusa nanti, Kakek! Dia ... Pelangi Zelenia Elara. Seuntai nama dengan syarat akan makna yang diberikan oleh sang kakek tercinta, pada cucu pertamanya. Tersirat doa-doa, serta tumpuan hidup yang begitu besar dari kedua orang tua, agar sang putri bisa tumbuh teriringi harapan yang besar. Membekalinya dengan akhlak yang terpuji, dan didikan tegas, agar kelak bisa membentuk karakter seorang wanita tangguh, dengan pribadi kuat dan bertanggung jawab. Entah itu adalah sebuah firasat, atau pertanda tak disangka … tepat ketika Pelangi berusia lima tahun, kedua orang tuanya menjadi korban kecelakaan yang terjadi di perempatan jalan, ketika hendak menuju bandara, dan mengembuskan napas terakhir di tempat kejadian. Meninggalkan segala trauma mendalam bagi sang gadis kecil, pada masa itu. Sejak saat itulah, sang kakek yang begitu menyayangi Pelangi, segera mengambil alih hak asuh cucu pertamanya tersebut. Menggantikan peran kedua orang tuanya, mengurus, juga membimbingnya, hingga tumbuh menjadi gadis dewasa yang begitu mandiri, seperti sekarang. Membentuk pribadi yang kuat, selalu ceria, dan bisa membawa energi positif untuk orang-orang di sekitar. Namun, di balik jiwa kuat yang selalu dia perlihatkan, Pelangi pun memiliki sisi perempuan yang manja, mudah terbawa perasaan, juga cepat terpancing emosinya. Akan tetapi, hal itu tidak ia perlihatkan kepada semua orang. Hanya segelintir saja. Dan itupun terjadi karena ketidaksengajaan. Ya … seperti sekarang. Setelah sebelumnya sempat berdebat dengan Galaksi di garbarata, tanpa berpikir panjang, Pelangi segera memblokir seluruh akses komunikasi dengan sahabatnya tersebut, dari mulai sosial media, hingga panggilan jaringan pribadi lainnya. Alasannya hanya satu. Pelangi sangat membenci Tia, bahkan jauh sebelum wanita itu masuk ke dalam hidup Galaksi. Dalih yang cukup klise, bukan? [Burung Besi Squad] Sistem Solar : @PelangiZE Buka blokiran nomor gue, sekarang juga!!! Anda : Ogah! Sistem Solar : ANGIE! Anda : Apa? Sistem Solar : Gue ke apartemen lu sekarang! Anda : Bukannya lo mau numpang tidur di apartemen si Tayi? Ngapain malah ke apartemen gue? Sistem Solar : Gue cuma bercanda loh, Ngie. Kok malah dianggap serius, sih? Anda : Gak ada kata bercanda dalam hidup gue, kalau lo nyangkut pautin si Tayi dalam guyonan lo! Sistem Solar : Gue ke apartemen lu sekarang! Anda : Gue pulang ke rumah kakek! Sistem Solar : GPS ponsel lu masih terhubung di hape gue! Jadi, lu gak bisa bohongin gue. Brybry : Ribut lagi, baikan lagi, ribut lagi, baikan lagi! Gitu aja terus, sampai planet Mars bisa di tempatin manusia. Galen : Ya Tuhan, Ngie, gue kira pertengkaran di garbarata tadi udah selesai. Ternyata, masih berlanjut sampai sekarang. -_- Candra : @Galen Mereka kenapa lagi, sih? Brybry : @Candra Pertengkaran suami-istri. Anda : @Brybry Heh! Amit-amit, ya, gue harus punya laki kek si Sistem Solar! Bukannya bahagia, yang ada, tensi darah gue mendadak naik! Sistem Solar : @PelangiZE Gue ke apartemen lu sekarang! Candra : Gue jadi wasit! Galen : Gue seksi konsumsi. Brybry : Otw. Usai membaca pesan dari keempat sahabatnya, gadis cantik berpiyama minnie mouse, yang sedang membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, seketika bangkit, dan berlari kecil ke luar dari kamar, berniat mengunci pintu masuk apartemen. Saat ini, Pelangi benar-benar ingin sendirian, tanpa ada siapapun yang mengganggu. Baik itu para sahabatnya, ataupun kakeknya. Kejadian pagi tadi benar-benar berhasil membuat mood Pelangi tak karuan. Apalagi, saat ingatannya memutar kembali rekam kenangan pahit beberapa tahun silam. Namun sayangnya, ketenangan yang dia impikan tidak akan bisa terwujud sama sekali, hingga akhirnya dia urungkan niatan tersebut, sembari menghela napas dalam. “Lo bener-bener berhasil menghancurkan hari penuh ketenangan yang jarang gue dapetin, Gala!” gerutunya, sambil berjalan ke ruang tengah, dan menjatuhkan tubuh di atas sofa untuk mengirim pesan pada salah satu teman pramugari agar segera datang ke apartemennya. [Kuyang Yara] Anda : Ra, temenin gue di apartemen, sebelum para siluman buaya datang ngerecokin! Kuyang Yara : Otewe. *** Wanita itu seperti sebuah kertas kosong, yang mana jika digoreskan tinta hitam di atasnya, maka tulisan itu akan tetap abadi di dalamnya. Sekecil apapun kesalahan dalam rangkai kata yang tertulis, sebatas cairan pengoreksi pun bahkan tak mampu menghapus goresan tinta tersebut, dan malah menyisakan bekas yang tak layak. Ya, begitupun dengan hati. Kata maaf yang terlontar dari mulutku, sepertinya tidak bisa menghapuskan kenangan pahit dalam ingatan Fenna. Apalagi, mengobati luka hati yang kutoreh tanpa permisi. Di pandangan gadis itu, aku sudah bukan lagi lelaki baik hati yang begitu menyayanginya. Hanya seorang pria b******k yang berhasil menghancurkan kepercayaannya, hingga ia tak mau lagi mempercayai lelaki manapun. Tiga paragraf pembuka bab baru dalam sebuah n****+ bergenre romance, yang ditulis oleh seorang penulis favorite di platform baca online, mulai digumamkan dalam hati oleh Pelangi, sembari menikmati makanan ringan yang sudah dia siapkan, bersama satu kaleng minuman bersoda, di atas meja. Sesekali, gadis itu berteriak tertahan, kala khayalan dalam n****+ yang dia baca, sedang melakukan adegan romantis. Namun, tak jarang juga, Pelangi akan melempar ponsel yang dia genggam ke sembarang tempat, ketika adegan n****+ yang sedang dia baca membuatnya kesal. Ya, penulis dengan nama pena Black Sky ini benar-benar berhasil memainkan emosi para pembacanya. Termasuk Pelangi. Apalagi, dengan pilihan diksi yang begitu indah, hingga terbentuk satu paragraf utuh yang syarat akan makna. Membuat siapapun yang membacanya bisa ikut merasakan emosi yang tersembunyi dengan apik di dalamnya. “Lo baru sadar, apa, kalau lo udah jahatin Fenna? Cowok b******k emang, si Tara ini,” umpat Pelangi, sembari menghapus sisa air mata yang menetes begitu saja di atas wajah, usai membaca bab ke delapan belas dalam n****+ berjudul ‘Bumantara’ tersebut. Yara–teman sesama pramugari–yang tengah mengambil sebuah gelas tinggi dalam sebuah kitchen set, seketika menoleh, lalu terkekeh pelan. “Pasti baca Bumantara bab delapan belas,” tebaknya. Pelangi melirik sesaat, sambil mengangguk. “Gemes gue sama kelakuan si Tara! Gak ada akhlak. Mending kalau ganteng! Udah muka pas-pas-an, belagunya gak ketulungan. Minimal ganteng, kek, kalau mau jadi buaya! Biar si Fenna gak terlalu sakit hati pas tahu diselingkuhin.” Lagi-lagi, Yara tertawa mendengar ocehan Pelangi. “Tipe-tipe cowok yang sifatnya kaya Tara ini, memang paling bisa curi perhatian cewek-cewek. Bukan hanya gombalan, tapi sikap baik dan perhatian tulus yang dia lakuin ke setiap cewek, itu bener-bener berhasil bikin para kaum hawa hanyut dalam perasaan. Jadi, ya … sebenernya, Tara sih gak salah. Yang salah, adalah perempuan-perempuan yang mudah kebaperan hanya karena diberi perhatian kecil.” Sembari memasukkan sepotong buah pir ke dalam mulut, gadis cantik berambut panjang tergerai itu mengangguk. “Lo bener, Ra! Sikap Tara itu persis kaya Galaksi. Baik ke semua cewek, sampai gak sedikit dari mereka langsung kebaperan cuma karena ditanya ‘udah makan belum?’ sama dia. Gila, kan?” “Kalau Gala, sih, beda sama Tara! Dia emang aslinya ganteng, kok. Jadi, ya, wajar aja kalau sampai punya asrama beyawak betina di mana-mana. Lo tahu, kan, waktu pertama kali kerja di maskapai penerbangan Aerglo Airlines aja, gue langsung ngecengin dia,” sanggah Yara dengan jujur. “Jelas beda, lah! Si Tara cowok di dunia halu. Sedangkan Gala, cowok di dunia nyata. Dan … sorry, nih, ya, gue gak setuju sama statement lo yang menyatakan bahwa si Sistem Solar itu ganteng. Di mata gue, tetep si Galen yang ganteng.” Kini, giliran Pelangi yang menyanggah pernyataan Yara. Setelah selesai membuat es coklat, gadis cantik berkaus putih itu segera beranjak meninggalkan dapur, berjalan menghampiri Pelangi, lalu duduk di samping sahabatnya itu. “Tapi, jujur, sih, bab delapan belas n****+ Bumantara emang bikin emosi tingkat dewa. Sampai-sampai, gue jadi overthinking sama Candra setiap kali dia gak balas chat,” sahut Yara mengalihkan pembicaraan. Sambil mengikat rambut bagian puncak kepalanya, ke atas, Pelangi menjawab dengan nada kesal yang tertahan, “gue bakal cari sosial media penulis Black Sky ini sampai ketemu! Gue bakal kirim direct message ke dia, dan teror update sampai tuh cerita tamat! Minimal, si Tara kena santet, kek, atau kena penyakit pisang gitu, biar hidup dia gak ada bahagia-bahagianya pas di ending.” “Lo emang cewek paling gila, Ngie!” gumam Yara sembari menggelengkan kepala. Sementara di tempat lain, seorang pria tampan, mengenakan sweater hoodie putih, yang tengah duduk di balik kemudi, nampak tengah sibuk mengetik kata demi kata pada sebuah halaman kosong microsoft word. Sesekali, pria itu mengalihkan pandangannya, menatap jalanan macet dengan puluhan kendaraan tak bergerak di depan sana, kemudian kembali mengetik sepenggal kalimat pada ponsel di tangannya. Sebagai pengalihan rasa bosan, karena harus menunggu jalanan sedikit lengang, agar kendaraannya bisa melaju dan sampai di tempat tujuan. Bersamaan dengan beberapa notifikasi pesan masuk, pria itu hanya menghiraukan pemberitahuan tersebut, dan malah asyik mengetik sesuatu. ‘Ingatlah … bahkan, setelah badai menerjang sekalipun, tak jarang pelangi tidak berani menampakkan keindahannya. Namun, bersembunyi hingga malam menyamarkan warnanya.' ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN