“Kamu nggak apa-apa kan, Sayang? Apa yang terasa sakit? Kok lama banget kamu ke toiletnya?” tanya Dani memberondongi Siska. “Namanya juga mules, Dan. Kamu kayak nggak pernah aja deh,” jawab Siska ketus dan duduk kembali di kursinya. Meja sudah penuh dengan hidangan mewah dan jelas saja membuat perut Siska bertambah lapar. Tidak ada yang lebih diminati Siska saat ini dibandingkan rasa laparnya melihat semua hidangan yang tersaji. Siska sendiri merasa heran, karena nafsu makannya beberapa hari ini seperti tidak bisa dikontrol. Bawaannya selalu saja lapar dan tidak bisa menunda untuk makan jika sudah terbayang. “Makan langsung aja, yuk! Aku lapar banget nih, Dan.” Siska mengajak Dani untuk segera makan sembari menyomot satu persatu makanan dan memindahkannya ke piring kosong di depannya.