Aku menyandarkan kepala Lusi di sandaran jok mobil. Wajah kepiting rebusnya kini berubah seperti ketas HVS. Putih pucat membuat diriku tidak tega. "Agak cepetan ya, Pak. Soalnya temen saya sudah perdarahan!" perintahku kepada sang driver. "Baik, Bu," sahut pria bertubuh tambun itu dan lekas menyalakan mesin kendaraannya. Gegas aku menghubungi Mas Ibnu, memberi tahu kalau kekasih hatinya sedang mengalami perdarahan hebat dan menyuruhnya untuk menunggu di rumah sakit. Aku tidak mau membayar biaya pengobatan si ulat bulu, sebab itu bukan kewajibanku. Tugasku hanya menolong sebagai sesama wanita. Supir taksi online mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, karena keadaan lalu lintas sedang tidak terlalu ramai. Sepuluh menit setelahnya mobil yang aku tumpangi menepi tepat di de