BAB 2. Pertemuan

2186 Kata
Di sebuah hutan yang sangat luas, hutan yang gelap dan jauh dari paparan sinar matahari, hutan yang diselimuti oleh kabut pekat bahkan cahaya matahari seakan takut untuk menembus kabut tersebut. Dengan pohon besar berjejer mengelilingi sebuah mension mewah di tengah hutan itu. Sebuah mension yang bergaya Eropa dengan ukiran klasik di setiap pilarnya. Beberapa patung berbentuk burung hantu juga seakan menjadi pelengkap kesan klasik di mension yang mirip kastil itu. Terdapat singahsana yang mewah dengan interior kuno dan ukiran yang sangat rumit dalam mension itu. Tak ada cahaya lampu, hanya ada beberapa obor yang terpasang di dinding mension. Gelap dan sunyi, itulah yang tergambar di dalam mension mirip kastil tersebut. Minimnya cahaya membuat mension itu terlihat menyeramkan, apa lagi mension itu berada di tengah hutan lebat di sebuah pedesaan kecil dan terpencil. Di sekitar mension hanya ada pohon-pohon lebat dan luas mengelilingi mension tersebut. Tak ada seorang pun yang berani memasuki hutan tersebut, karena setiap ada yang masuk maka dipastikan orang tersebut tak akan pernah bisa keluar. Beberapa orang percaya bahwa dalam hutan tersebut terdapat sekawanan vampire yang hidup abadi dalam hutan. Para vampire itu memangsa siapa pun yang berani masuk ke hutan, karena itu masyarakat yang dulunya tinggal di sekitar hutan pindah ke tempat lain dan memasang kayu yang bertuliskan “Dilarang Masuk” untuk mencegah korban jiwa yang lain. Lanjut cerita di sebuah ruangan yang ada di mension itu, terlihat seorang gadis cantik dengan rambut panjang terurai menjuntai sampai ke pinggang wanita itu. Duduk termenung sambil memikirkan sesuatu. “Kenapa melamun, Sayang? Apa yang kau pikirkan?” tanya seorang wanita paruh baya yang duduk disamping wanita cantik itu itu. “Tidak, Mom,” jawab singkat wanita itu.”Ada apa? katakan saja,” lanjut sang wanita paruh baya. Wanita itu menghenbuskan napasnya pelan, dengan suara kecil ia berkata, ”aku bosan.” “Kenapa? Bukankah ada Daniel yang bisa menemanimu bermain,” kata wanita paruh baya. “Aku bosan bermain dengannya, sejak kecil aku hanya bisa bermain dengannya di mension ini, aku juga ingin bisa keluar dari mension ini seperti yang lain. Aku ingin mengetahui bagaimana keadaan di luar sana, aku juga ingin mencari minum sendiri dan berburu binatang. ” Wanita itu mengeluarkan unek-uneknya yang sedari dulu ia pendam dengan panjang lebar.         “Kau masih belum bisa untuk keluar dari mension ini.” “Tapi sampai kapan aku akan terus berada di sini? Aku sudah dewasa, aku bukan anak kecil lagi.” “Kau tidak tau bagaimana keadaan di luar sana, di luar sana sangat berbahaya untukmu Sayang, kita berbeda dari manusia.” “Aku sudah dewasa, aku bisa menjaga diriku sendiri," ujar wanita itu meninggikan suaranya, dan melangkahkan kakinya meninggalkan wanita paruh baya itu menuju kamarnya. Wanita itu terus mengerutu saat tiba di kamarnya, hingga wanita paruh baya tadi datang dengan membawa gelas berisikan cairan berwarnah merah kental dan daging mentah yang masih terdapat darah. “Saatnya serapan,” ujar wanita paruh baya itu sambil menyodorkan sebuah nampan berisi makna kepada wanita cantik itu, tapi wanita itu buru–buru memalingkan wajahnya. “Aku tidak mau makan sampai kau mengizinkanku untuk keluar dari mension ini,” lirihnya. Wanita paruh baya mengehela napas dan berkata, “baiklah kau boleh keluar, tapi hanya sebentar kau harus kembali sebelum tengah malam, mengerti?” putusnya.        “Sungguh!”        “Iya.”        “Terima kasih, Mom!” pekik wanita cantik itu senang. Sebelum lanjut akan kuperkenalkan dulu siapa wanita cantik tersebut. Wanita cantik itu bernama Alesiya Lee, kini ia telah berumur 18 tahun, ia seorang vampire. Namun, ia berbeda dengan kedua orang tuanya.  Kedua orang tuanya merupakan keturunan vampire bangsawan. Mereka adalah orang tua angkat Alesiya. Di dunia ini terdapat tiga golongan vampire, yang pertama itu vampire bangsawan berdarah murni yang kedua vampire bangsawan tetapi tidak tergolong dalam golongan vampire murni dan yang terakhir adalah vampire biasa, vampire yang semula adalah seorang manusia. Ketiga golongan vampire tersebut berpencar di berbagai negara, mengingat mereka harus menyembunyikan identisas mereka sehingga harus selalu berpindah tempat. Karena itu ketiga golongan vampire tersebut tidak diketahui keberadaannya. ***** Zaki terus melajukan mobilnya saat tiba-tiba ban depan mobinya meletus di tengah jalan, ia keluar dari mobil dan memandangi hutan yang ada di hadapannya sekarang. Ia mengambil handphone-nya yang ada di saku celananya dan mengetik beberpa angka di handphone-nya bermaksud ingin menghubungi seseorang yang dapat membantunya. “Ohhh, sial!” pekiknya saat menyadari bahwa tak ada sinyal di daerah itu. Zaki pun masuk ke dalam mobil. Siapa tau ada mobil lewat, sehingga ia bisa menumpang. Sudah tiga jam ia menunggu mobil tapi tak ada satu pun yang lewat dan sudah tiga jam juga ia menahan lapar, Zaki hanya bisa meremas perutnya sambil berbaring di dalam mobil. Hari sudah mulai sore, karena tak tahan lagi akhirnya ia memberanikan diri keluar dari mobil dan masuk ke dalam hutan untuk mencari makanan. Zaki terus melangkahkan kakinya memasuki hutan lebih dalam lagi, hutan itu mulai gelap jadi ia harus menggunakan senter untuk penerangan jalannya, tak lama kemudian ia dapat melihat sebuah danau yang lumayan luas dan beberapa pohon yang ditumbuhi oleh buah–buahan yang segar di sekitarnya. Sebuah senyum tercipta di bibirnya saat memetik buah–buahan itu lalu memakannya dengan lahap, tak lama kemudian perutnya tak muat lagi untuk menampung buah–buahan itu ia melangkahkan kakinya mendekati sungai dan meminum airnya yang jernih. Zaki menyadari bahwa ada banyak ular di sekitarnya, ia hanya bisa mundur hingga ia membentur sebuah pohon, seluruh tubuhnya gemetar karena takut dan hanya bisa berdoa kepada tuhan agar ia mendapat pertolongan.        “Tolong!” teriaknya entah kepada siapa. "Tolong, kumuhon siapa pun tolong aku,” lirihnya.        “Jangan ganggu dia.” **** Aleysia mengambil jubah hitamnya lalu keluar dari mension mewahnya , ia melompat ke sebuah pohon ke pohon yang lain. Senyum merekah di bibirnya menikmati angin yang menerpa wajahnya, ia mengamati setiap inci dalam hutan itu. Di hutan ia dapat melihat pohon besar, danau yang luas, kupu-kupu indah terbang mengelilingi bunga liar yang ada dalam hutan. Tak lama kemudian ia mencium aroma yang sangat memabukkan, dengan cepat ia mengikuti aroma wangi itu yang baru pertama kali ia hirup seumur hidupnya. Tak lama kemudian ia dapat melihat sesuatu yang besar tengah melaju di sekitar hutan, Alesiya  terus mengamati benda bergerak itu dengan tatapan bingung pasalnya ia baru melihat benda bergerak itu, hingga benda itu berhenti dan keluarlah seorang lelaki yang menurutnya sangat tampan. Alesiya duduk di atas dahan pohon mengamati lelaki tampan itu yang mulai masuk ke dalam benda besar yang belum ia ketahui apa namanya. Alesiya sangat menikmati aroma yang memabukkan dari dalam tubuh pemuda itu, tak terasa hari mulai gelap tetapi ia tetap tak ingin meninggalkan tempatnya hingga akhirnya lelaki yang di tunggu-tunggunya keluar dari dalam benda besar itu. Alesiya terus melompat lompat ke atas pohon untuk mengikuti lelaki itu, saat lelaki itu berhenti, Alesiya pun ikut berhenti di atas pohon. Alesiya terkikik geli melihat lelaki itu begitu lahap memakan buah-buahan yang ada di sekitar danau, ia mendesis saat melihat beberapa ular menganngu pemandangannya.  “Tolong! ”Teriak lelaki itu. “Tolong! kumohon siapa pun tolong aku ...” lirih lelaki itu, akhirnya  Alesiya turun dari atas pohon mendekati lelaki itu. “Jangan ganggu dia!” serunya, membuat ular–ular berbisa itu pergi meninggalkan mereka berdua.        “Kamu tidak apa-apa?” tanya Alesiya.        “Terima kasih,” lirih lelaki itu hingga kegelapan menghampirinya. “Hey, ayo bangun.” Alesiya terus menepuk pipi lelaki itu agar bangun tapi lelaki itu tak bangun–bangun juga. Dengan kekuatan yang dimilikinya, Alesiya dapat mengangkat lelaki itu di atas punggungnya dengan sangat mudah lalu menghilang. Tak lama kemudian ia telah sampai ke tempat di mana lelaki itu berada semula dan membaringkan lelaki itu dengan hati-hati di kursi belakan benda besar itu alias mobil. ***** Di sebuah ruangan, terlihat Mrs. Rani berjalan kesana kemari, sesekali ia duduk lalu kembali berjalan kesana kemari. Ia terlihat cemas, matanya tak pernah lepas dari jam dinding yang ada di ruangan itu. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 22:40, tetapi anak satu-satunya tak kunjung kembali. Mr.Roka dan Mrs.Rani terlihat cemas, tak sepesti biasanya. Anaknya akan pulang sebelum pukul 22:00 malam. Mr.Roka telah memerintahkan anak buahnya untuk mencari anaknya. Namun, sampai sekarang belum ada kabar.        “Bagaimana ini, pah? anak kita hingga sekarang belum pulang sejak tadi pagi.” “Tenanglah, aku sudah menyuruh bodyguard untuk mencari anak kita, jadi bersabarlah, Zaki pasti ketemu.” Memeluk istrinya dengan lembut berusaha menenangkan istrinya walaupun sebenarnya ia juga sangat khawatir akan keadaan anaknya yang entah di mana keberadaannya sekarang. Mr.Roka mengambil sebuah handphone yang ada di dalam saku celananya dan mengetik beberapa nomor untuk menghubungi seseorang.         “Hallo?” seru seseorang yang ada di seberang sana.         “Apa kau telah menemukan anakku?”          “kami belum menemukannya, Tuan.” “Teruslah mencari sampai kalian menemukan anakku,” ujarnya lalu mematikan ponsel secara sepihak.         “Kau ada di mana, Zaki,” lirihnya gusar. ***** Di pagi hari yang cerah dengan awan-awan menghiasi langit dan terdengar kicauan burung di pagi hari itu menambah kesan indah di pagi hari itu. Dalam mobil Alesiya terus menatap dan mengamati lelaki tampan yang tertidur pulas di sampingnya. Sesekali ia mendekatkan wajahnya di ceruk leher pemuda itu. Aroma manis dan memabukkan dari tubuh pemuda itu membuatnya tak ingin meninggalkannya. Hingga akhirnya wajahnya turun menuju d**a lelaki itu. Detakan jantung pemuda itu bagaikan alunan musik indah. Alesiya menutup matanya menikmati detakan jantung itu. Tak lama kemudian ia kembali menatap ceruk leher pemuda itu, ingin rasanya ia menancapkan taring runcingnya di ceruk leher itu. Matanya kini tak menentu, kadang berwarna merah kadang kembali seperti semula. Kini ia sulit untuk menahan haus. Tenggorokannya terasa kering dan sakit. “Aku sangat lapar.” Akhirnya ia keluar dari mobil dan memburu binatang di dalam hutan, setelah itu ia kembali ke mobil saat ia tak haus lagi. Ia melanjutkan mendengarkan detakan jantung Zaki. Hingga ia tak menyadari bahwa pemilik jantung itu mengeliat. Sebuah erangan keluar dari bibir Zaki, dengan perlahan kedua matanya terbuka dan betapa terkejutnya ia saat menyadari seseorang tengah memeluknya sangat erat. Zaki berusaha untuk menyingkirkan wanita itu, tetapi saat ia bergerak pelukan wanita itu semakin kencang. “Bisakah kau melepasku?” kata Zaki. Dengan berat hati Alesiya melepas pelukannya. Tetapi, lagi-lagi ia terpana saat melihat mata indah Zaki. Seumur hidup ia tak pernah melihat mata seperti itu. Alesiya mendekatkan wajahnya, ingin melihat jelas mata indah itu. Hingga akhirnya sebuah dorongan keras membuat Alesiya terjatuh dari kursi mobil. Alesiya menatap Zaki dengan tatapan polos tak bersalah membuat Zaki emosi.        “Apa yang kau lakukan padaku hah?” kata Zaki dengan suara tinggi.        “Apa yang kau inginkan? Dan siapa kamu?” Sosok yang ditanya hanya menapa Zaki dengan polos, ia tertawa kecil melihat wajah lucu Zaki saat marah. Melihat wanita itu tertawa kecil Zaki menghela napas dan kembali bertanya siapakan wanita itu.         “Kau tidak mengenalku?” tanya Alesiya. “Aku yang telah menyelamatkanmu semalam dari ular berbisa yang hampir membunuhmu.” “Apa? Hmm, terima kasih kau telah menyelamatkanku semalam. Tapi, kalau boleh tahu mengapa pakaianmu sangat aneh?” tanya Zaki saat menyadari pakaian wanita itu sangat aneh menurutnya.        “Kau manusia, yah?” tanya Alesiya tak menjawab pertanyaan Zaki.         “Kalau aku manusia, lalu kau apa, kalau bukan manusia?” “Aku juga tidak tau, ibuku tidak ingin mengatakan aku ini apa, manusia atau bukan. Ia hanya mengatakan kalau aku berbeda dari manusia,” seru Alesiya panjang lebar.              “Emmm, tapi kau seperti manusia biasa,” seru Zaki.          “Ngomong-ngomong namamu siapa? Kita belum kenalan sedari tadi.”              “Ahhh, iya kita belum kenalan.” “Namaku Ryuzaki Santoso.” Zaki mengulurkan telapak tangannya tepat di depan Alesiya, begitu pun dengan Alesiya yang menyambut tangan Zaki “Namaku Ales-“ Ucapan Alesiya terpotong saat tiba-tiba Zaki melepas tangannya saat kedua tangan mereka bertemu. “Kenapa tangan mu sangat dingin?” “Ehhh, itu aku juga tak tau, kalau tanganku dingin memangnya kenapa?” “Tidak apa-apa, hanya saja tanganmu sangat dingin seperti es, apa kau sakit?” “Aku tidak sakit.” “Astaga! aku lupa aku harus pulang!” pekik Alesiya saat ia melupakan amanah dari ibunya. “Maafkan aku, aku harus pergi.” Dengan secepat kilat Aleysia keluar dari mobil dan berlari memasuki hutan, begitu pula dengan Zaki, ia keluar dari mobil ingin mencengah wanita itu tapi wanita itu telah menghilang dari pandangannya. “Ehhh, tunggu sebentar, namamu siapa?” pekik Zaki meninggikan suaranya agar wanita cantik itu dapat mendengar suaranya. “Alesiya, namaku Alesiya Lee!”  teriakwanita itu dari dalam hutan. “Alesiya, nama yang lucu begitu pun dengan orangnya.” Zaki hanya tersenyum mengingat wajah wanita tadi, hingga tiba-tiba beberapa mobil berhenti di belakan mobilnya. Beberapa orang keluar dari dalam mobil dan membungkuk memberi hormat kepada sang tuan muda. “Ternyata tuan ada di sini, sebaiknya tuan muda segera pulang tuan besar dan nyonya sangat menghwatirkan anda,” seru salah satu dari mereka. “Oke,” jawab Zaki singkat. Seseorang membukakan pintu mobil dan Zaki pun masuk ke dalam mobil itu, tak lama kemudian mobil itu pun melaju. Zaki memandangi hutan itu dengan senyum yang merekah di bibirnya “Aku harap kita bisa bertemu kembali.” TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN