Selama di perjalanan Alesiya tertidur di pesawat. Seperti biasa kepalanya sangat sakit dan mual. “Daniel ... aku pusing ...” tanpa ia sadari ia mengingau. Mengira Daniel ada di sampingnya. Berkali-kali Alesiya mengeluh dan merengek dalam tidurnya. tapi sakit di kepalanya tak kunjung berhenti dan membuatnya tersadar. Wanita itu menatap kursi kosong di sampingnya dan tersenyum kecut. “Dia tak ada di sampingku ...” lirihnya. Ingatannya saat Daniel merawatnya membuatnya kembali merasa bersalah. “Maafkan aku ...” lirihnya dan kembali tertidur. Dua jam kemudian, pesawat yang ia tumpangi telah sampai di bandara yang ada di Kalimantan. Dengan wajah pucat dan lemahnya ia melangkah turun dari pesawat dan mengikuti orang-orang yang ada di depannya. Kini Alesiya berada di pintu masuk bandar.