Tetangga Julid

1196 Kata
Anisa tidak tahu perihal leptop, jadi dia meminta Bu Cici kembali nanti sore. Dimana saat Aldi sudah pulang kerja. "Bu Cici kembali saja nanti sore," kata Anisa. "Urusan leptop saya tidak tahu menahu," kata Anisa. Bu Cici pergi, Anisa menutup pintu. Dia akan memandikan Lendra, jadi dia tidak mau diganggu. Lendra sedang bermain, Anisa menyiapkan peralatan mandi Lendra. Setelah itu melepas baju yang di pakai Lendra dan memandikannya. Lendra sepertinya lebih penurut dari pada Luna. Luna anak yang keras kepala seperti Aldi. Selesai mandi Anisa memakaikan baju pada Lendra. Lalu memberi bedak di wajah Lendra, belum selesai Lendra rapi terdengar suara tukang sayur. "Sayur...sayur...," teriak tukang sayur langganan Nisa. Anisa segera keluar, uang belanjanya sudah ada disaku dasternya. "Mbak, ada daging ayam?" tanya Anisa sambil menggendong Lendra. Lendra diturunkan lalu Anisa memilih sayur dan yang lain. "Mau berapa Mbak, ayamnya?" tanya tukang sayur yang bernama Mbak Ningsih. "Setengah aja, Mbak. Sama ini ya," kata Anisa memberikan bumbu dapur, kecap dan sayuran. Tidak lupa Anisa membeli tempe dan ikan asin. Bu Jumik datang, dia merupakan tetangga sebelah rumah Anisa. Bu Jumik terkenal sangat sinis dan cerewet. "Eh Nisa, tumben beli ayam. Suaminya lagi banyak uang ya? Biasanya cuma beli tahu tempe," kata Bu Jumik dengan entengnya tanpa mengerti perasaan Anisa yang sakit. Anisa mengajak Lendra masuk ke dalam rumah setelah membayar belanjaan. Dia tidak mau berlama-lama dengan Bu Jumik. Yang ada hati Anisa sakit dan ingin marah. "Diajak ngomong malah pergi." Terdengar omelan Bu Jumik karena dicuekin Anisa. "Suaminya kan pelit, punya uang buat beli ayam uang dari mana," kata Bu Jumik. "Sudah jangan ngomel Bu, cepat belanja kamu," tegur Mbak Ningsih. Dengan bibir manyun Bu Jumik segera memilih belanjaan. Anisa bukan tidak mau berbicara dengan para tetangga. Tetapi jika Anisa nimbrung mereka pasti ngajakin Anisa makan-makan terus. Padahal uang Anisa pas-pasan untuk kebutuhan dapur. Tidak ada uang lebih untuk makan-makan bersama ibu-ibu yang lain. Sering kali Anisa dibully karena dia dibilang terlalu ngirit tetapi nggak kaya. Makan nggak enak tetapi emas pun tidak punya. Dari pada hati Anisa sakit, mendingan dia menghindari perkumpulan ibu-ibu. "Bu, Lendra mau jajan." Lendra menarik daster Anisa. "Ayo, Bu! Jajan ke warung Mbak Umi!" ajak Lendra merengek. Anisa menaruh belanjaannya di dapur, lalu mengajak Lendra jajan ke warung Mbak Umi. Sesampai disana, warung sedikit ramai. Banyak anak-anak seusia Lendra jajan. "Eh Mbak Nisa, mau beli apa, Mbak?" tanya Mbak Umi saat melihat Anisa berdiri mengantri. Anisa membiarkan Lendra memilih jajan yang dia mau. "Nis, tumben jajan. Biasanya anak-anak kamu dikurung di dalam rumah," celetuk Fitri yang sedang antri jajan bersama anaknya. "Mbak Umi, ini totalnya berapa?" tanya Anisa pada Umi yang sedang membuat pop ice. "Lima ribu Mba," jawab Mbak Umi. Anisa memberikan uang pas pada Mbak Umi lalu mengajak Lendra pulang. Entah mengapa, setiap bertemu para tetangga mereka selalu julid pada Anisa. Dimata mereka Anisa istri yang nggak pernah ngasih uang jajan pada anaknya. Saat perjalanan pulang dari warung mbak Umi, Anisa bertemu Sofi. Sofi merupakan teman Salman saat SMA. Sofi tidak melanjutkan kuliah, dia memilih kerja di pabrik untuk membantu ekonomi keluarganya. "Mbak Nisa sibuk nggak?" tanya Sofi saat Nisa berhenti didekatnya karena Sofi sempat menyapa Lendra yang jalan sendiri. "Nggak Dek, paling hanya mau masak buat makan siang," jawab Anisa. Sofi ikut ke rumah Anisa, dia mencari teman mengobrol. Sofi dan Anisa merupakan orang yang sama dikucilkan dari lingkungan karena dianggap tidak mampu mengikuti gaya mereka. Sofi memang bukan dari keluarga berada, bahkan pernah beredar kabar bahwa Sofi dan Salman pernah dekat. Lastri langsung angkat bicara saat itu, "Salman sama Sofi tidak ada hubungan, mereka hanya berteman. Lagi pula aku sudah menyuruh Salman untuk dekat dengan orang berada saja," kata Lastri. Seketika Sofi menjauhkan diri dari Salman sampai sekarang. "Eh Sofi sama Nisa, kalian kompak banget. Mau ngerumpi berdua di rumah Nisa, ya?" tanya Bu Jumik saat Nisa dan sofi sampai di depan rumah Nisa. "Iya Bu, kita kan nggak bisa setara sama gaya hidup yang lain. Jadi kita ya mending ngerumpi berdua," jawab Sofi sinis. Anisa mengajak Sofi masuk, Anisa segera masak sedangkan Sofi bermain dengan Lendra. Anisa memasak sambil mengobrol dengan Sofi. "Sof, kamu sudah lama nggak pergi sama Salman?" tanya Anisa. Sembari mencuci daging ayam dan menyiapkan bumbu. "Iya Mbak, adik ipar Mbak Nisa kan malu pergi sama aku. Apalagi sekarang dia sudah kuliah," jawab Sofi. "Maklum Mbak, orang nggak punya selalu di jauhi," tambah Sofi. "Yang sabar Sof, tidak semua orang sama," kata Anisa membuat bumbu ayam. Terdengar suara Lastri, dia masuk ke dalam rumah Nisa. Melihat ada Sofi, dia langsung mau pergi. "Ada apa, Bu?" tanya Anisa yang melihat Lastri datang. Mendengar pertanyaan Anisa, Lastri mendekat. "Jangan dekat dengan Sofi, nanti tertular miskin," ucap Lastri setengah berbisik di dekat Nisa. Sofi mendengar ucapan Lastri, dia langsung pamit pulang. Anisa merasa tidak enak hati pada Sofi. Karena mendengar ucapan Lastri tadi jadi Sofi buru-buru pulang. "Kamu masak ayam dari uang rampas milik Aldi kemarin ya," kata Lastri. "Jangan terlalu sering makan ikan,nanti boros." Lastri mendekati Lendra. "Saya masak ayam cuma kalau ada uang Bu, bukan tiap hari. Lagian saya kasihan sama Luna dan Lendra makan sama telur dan tahu tempe terus," bantah Anisa. "Kamu itu kurang bersyukur, makan tahu tempe masih untung. Dari pada kalian hanya makan nasi sama garam," kata Lastri. "Kalau sudah matang, jangan lupa aku dikasih ayamnya, aku mau pulang dulu," ucap Lastri lalu pergi keluar rumah. Anisa hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah mertuanya itu. Selesai memasak, Anisa mencuci baju. Nisa tidak punya mesin cuci jadi dia masih manual untuk mencuci. Terdengar suara orang membuka tudung saji, ternyata setelah Anisa lihat adalah Lastri. Lastri mengambil mangkok, lalu mengambil beberapa potong ayam yang sudah Nisa masak. "Tadi aku sudah bilang, kasih aku ayam ini, kamu kenapa nggak ngantar. Jadi sekarang aku ambil sendiri," protes Lastri. Lastri hampir memenuhi mangkoknya padahal ayam yang dimasak Nisa hanya sedikit. "Bu, jangan banyak-banyak ambilnya. Itu untuk makan nanti malam juga," ucap Anisa. "Pelit amat kamu, tuh masih ada," kata Lastri menunjuk mangkuk besar yang Anisa gunakan untuk menaruh ayam tadi. Anisa tidak mau membantah lagi, dia lebih baik diam saja dan melanjutkan mencuci. Tidak berapa lama Luna pulang. Anisa yang selesai menjemur baju langsung menyuruh Luna makan. Dia tidak lupa menyuapi Lendra, karena Lendra pagi tadi tidak mau makan. "Nisa..., ayamnya kurang. Minta lagi, ya!" Lastri mendekati meja makan dan langsung mengambil lagi beberapa potong ayam. Semula potonga ayam masih lima kini tinggal dua potong. Padahal tadi Lastri sudah mengambil banyak. "Nenek, itu milik Luna," teriak Luna marah. Lastri melotot kearah Luna dia langsung pergi setelah mengambil tiga potong ayam. "Sudah, biar sisanya nanti untuk makan Luna sama Lendra nanti malam. Ibu sama bapak biar makan sama tempe," kata Nisa agar Luna tidak merajuk. Setelah mereka makan, Anisa menyimpan ayam tadi di dalam almari makanan. Supaya tidak ada yang mengambil lagi dan menguncinya. Baru saja Anisa hendak menidurkan Lendra, terdengar suara pintu di ketuk. Anisa segera bangkit dan menuju ruang tamu. "Salman, ada apa?" tanya Anisa saat pintu telah dia buka dan melihat Salman berdiri di depan rumah. "Mbak, minta lauk," jawab Salman. Nisa heran tadi Lastri sudah minta.lauk dua kali tetapi sekarang Salman datang meminta lauk.' Apa mungkin ayam tadi dimakan Lastri sendiri?' pikir Nisa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN