Berkata Cinta Bukti Tak Ada

1125 Kata
Anisa terpaksa mengambil tempe goreng yang juga buat dia makan tadi dan membungkusnya di plastik. "Ini Man, adanya tempe sama sayur saja," kata Anisa memberikan bungkusan tempe sama sayur. "Loh Mbak, kok cuma tempe. Ibu bilang, Mbak masak ayam. Minta ayamnya!" pinta Salman protes. "Ayamnya sudah habis, sudah di makan Luna sama Lendra. Bukannya Ibu tadi sudah kesini ambil ayam dua kali? Masak sudah habis," bantah Anisa merasa dirinya tak dihargai. Salman pulang, dia tidak mau membawa tempe dan sayur yang sudah Anisa siapkan. Anisa menaruhnya lagi di dapur, lalu ke kamar menidurkan Lendra. ** Sore pun tiba, Aldi pulang bertepatan dengan datangnya Bu Cici. Mereka mengobrol diluar rumah agar Anisa tidak tahu. Aldi tampak masuk ke dalam rumah dan mengambil uang lalu diberikan pada Bu Cici. "Kredit apa Mas, sama Bu Cici?" tanya Anisa saat Aldi duduk dikursi membuka sepatunya. Aldi tidak menjawab, dia segera mandi. Setelah itu Aldi bermain dengan Lendra. Waktu makan malam pun tiba, Anisa mengeluarkan ayam dari dalam almari untuk Anisa dan Lendra. Aldi menatap sinis pada Anisa. Tanpa basa-basi Aldi menaruh ayam yang baru Nisa letakkan ke meja ke dalam piringnya. "Bapak, itu kan ayam untuk Luna sama Lendra," protes Luna melihat sikap bapaknya yang tidak mau mengalah dengan anaknya. "Kalian tadi siang kan sudah makan ayam, pasti udah kenyang. Sedangkan bapak hanya makan sayur sama sambal di kantor." Aldi protes pada Luna. "Lagian masak ayam, Salman minta tidak dikasih. Tuh nyatanya masih, bilangnya habis," kata Aldi. "Mas, bukan kita yang habisin ayamnya, tetapi ibumu. Dia kesini dua kali dan mengambil sendiri ayam yang sudah aku masak untuk kita semua. Kamu mengalah sama anak kenapa?" tanya Anisa mulai geram dengan sikap Aldi. Aldi malah membawa piringnya ke ruang tamu dan makan disana. Anisa susah payah membujuk Luna agar mau makan dengan tempe dan sayur. Dengan wajah murung Luna terpaksa makan dengan tempe lagi. Bahkan mata luna berkaca-kaca saat makan. Selesai makan Luna dan Lendra bermain di kamar Luna. Sedangkan Anisa membersihkan piring bekas mereka makan. "Mas, kamu cinta tidak sih sama kami?" tanya Anisa sambil mencuci piring bekas Aldi yang baru saja diletakkan. "Ya, cintalah, Nis. Kalian kan istri dan anak-anakku," jawab Aldi duduk dikursi makan sambil membersihkan giginya yang kena daging ayam. "Buktikan, Mas, Kalau kamu memang mencintai kami sebagai istri dan anak kamu. Bersikap adillah pada kami dan keluarga kamu," kata Anisa. "Mau bukti apa lagi? Makan sudah aku kasih. Mau beli baju sudah aku belikan meskipun setahun sekali. Aku juga tidak lupa memberi kasih sayang pada kalian semua." Aldi berdiri ." Kamu iri sama keluargaku?" tanya Aldi. Anisa menghembuskan nafas pelan, dia tidak tahu jalan pikiran suaminya. Apa cinta hanya cukup dengan diberi makan tahu tempe setiap hari. Bahkan sikapnya tidak pernah mau mengalah dengan anak hanya karena makanan. "Kalau kamu sayang kami, harusnya kamu tadi mengalah sama Luna. Biarkan kita yang sudah tua makan tahu tempe, yang penting anak kita makan ayam," tutur Anisa. "Masalah makanan ujung-ujungnya," kata Aldi sinis lalu meninggalkan Anisa sendiri di dapur. Aldi duduk di teras rumah sambil memainkan ponselnya. Anisa masuk ke dalam kamar Luna dan bermain bersama Luna dan Lendra. Aldi melihat ada perhiasan cincin bagus di aplikasi, dia masih punya simpanan. Dia akan membelikan untuk Anisa cincin tersebut. "Imitasi aja nggak apa-apa, penting Anisa mau," kata Aldi. "Dari pada aku tidak belikan dia apa-apa dikira aku tidak cinta sama dia," tambahnya lalu memesan cincin tersebut. Alamat pengirimnya sengaja dialamatkan ke rumah Lastri agar Anisa tidak tahu kalau itu cincin imitasi. Setelah itu Aldi masuk ke kamar mengambil uang lalu pergi ke rumah Lastri. "Bu, sudah tidur?" tanya Aldi masuk ke dalam rumah Lastri yang tertutup namun tidak dikunci. "Belum, ini masih lipat baju, Di. Ada apa, Di?" tanya Lastri. Aldi duduk didekat Lastri lalu berbicara pelan agar bapaknya tidak dengar. "Bu, aku beliin Anisa cincin imitasi lewat online. Pengirimannya aku alamatkan sini, nanti kalau ada paket Ibu yang bayar. Ini uangnya," kata Aldi memberikan uang pada Lastri. "Kamu tuh pinter sih, Di. Dari pada beli cincin imitasi uangnya buat Ibu saja," protes Lastri sambil melipat baju. Aldi akhirnya merayu Lastri dengan berjanji akan membelikan cincin emas asli setelah gajian nanti. Karena diiming-imingi cincin emas akhirnya Lastri mau. Setelah puas ngobrol dengan Lastri, Aldi pulang. Dia melihat Anisa sedang menyetrika baju kerja Aldi dan seragam Luna. "Nis, akan aku buktikan kalau aku cinta kamu," kata Aldi. "Tunggu saja tanggal mainnya," kata Aldi lagi lalu masuk ke dalam kamar. Anisa melanjutkan setrikaannya yang hampir selesai, setelah itu dia menutup pintu dan jendela. Hari sudah malam, Anisa segera tidur. ** Dua hari kemudian "Paket...paket...," teriak kurir di depan rumah Lastri. Lastri berlari mendekati kurir, dia menerima paket lalh memberi uang pada kurir. Setelan itu kurirnya pergi. "Anisa, kamu pasti ngira ini emas asli," kata Lastri tersenyum. Aldi pulang kerja langsung mampir ke rumah Lastri. Karena setelah menerima paket Lastri langsung memberi kabar Aldi. Aldi membuka paketnya, lalu melihat cincin imitasi yang baru dia beli itu. Dia senang cincinnya bagus sekali. "Cepat berikan pada istrimu, biar dia tidak uring-uringan!" perintah Lastri. Aldi langsung pulang dan menaruh cincin itu di dalam tasnya. Dia sangat senang karena Anisa pasti suka. "Nis, dimana kamu?" tanya Aldi setelah masuk ke dalam rumah. Anisa sedang mengangkat jemuran, dia mendekati Nisa. "Ada apa, Mas?" tanya Nisa saat Aldi sudah berada di dekatnya. "Aku punya kejutan untukmu, kamu pasti suka," jawab Aldi. "Mandi dulu sana, kamu bau keringat!" perintah Anisa melewati Aldi yang berdiri di dekatnya. Terpaksa Aldi mandi dahulu, setelah selesai mandi Aldi melihat Anisa melipat baju di dalam kamar. "Anak-anak kemana, Nis?" tanya Aldi karena sedari tadi dia tida melihat Luna dan Lendra. "Itu diajak Sofi muter-muter, sepeda motornya baru," jawab Anisa. "Oh begitu, uangnya sudah banyak ya si Sofi. Bisa beli sepeda motor, tapi paling beli kredit," kata Aldi. "Kredit atau nggak itu kan urusan sia,Mas. Kita sebagai tetangga ikut senang saja dia punya motor, biar nggak dijadikan hinaan orang lagi," ucap Anisa. Aldi mendekati tas kerjanya tadi, dia mengambil cincin yang sudah dia taruh didalam box cincin yng dua beli juga tadi sekalian cincinnya. "Nis, ini Mas punya hadiah untuk kamu," kata Aldi menyodorkan cincin didalam box cincin berwarna merah. "Apa ini, Mas?" tanya Anisa penasaran. Dia bisa menerka itu berisi cincin, tetapi dia tidak mau menebaknya. "Buka saja," jawab Aldi. Anisa mengambil box merah itu dari tangan Aldi dan membukanya. "Cincin untuk Nisa, Mas?" tanya Anisa terkejut baru kali ini Aldi memberinya perhiasan setelah sekian lama menikah. "Itu sebagai tanda bukti cinta aku ke kamu, Nis," jawab Aldi. Anisa senang, dia langsung memeluk Aldi dan mengucapkan terimakasih. Dia tidak menyangka Aldi perhatian juga pada Anisa. Namun, ada yang janggal dengan cincin yang diberikan Aldi. "Mas, surat pembeliannya mana?" tanya Anisa. Seketika Aldi terkejut dengan pertanyaan Anisa. Dia tidak menyangka Anisa akan mempertahankan hal itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN