Berebut Uang

1166 Kata
Aldi segera menyusul Anisa, dia merebut uang yang Anisa ambil dari tangannya. Lastri juga tidak mau kalah dia membantu Aldi untuk mengambil uang itu. "Nisa, balikin uangku," bentak Aldi. "Itu uang mau aku berikan Ibu. Ibu lebih membutuhkan. Kalau kamu ambil, aku tidak akan memberikan kamu uang belanja lagi," ucap Aldi sambil berusaha merebut amplop berisi uang itu. "Jadi menantu jangan pelit, Aldi bisa sebesar ini siapa yang berjasa. Aku bukan kamu istrinya," ucap Lastri marah sambil memegang tangan Anisa. Tentu saja Anisa kalah satu lawan dua. Uang itu sudah berada di tangan Aldi kembali. Belum sempat Aldi memberikannya pada Lastri, kali ini direbut Luna. Dengan sigap Luna segera masuk ke dalam kamar dan menguncinya. Sedari tadi ternyata Luna mendengarkan percakapan mereka. Luna merasa kasihan pada Anisa sehingga membantu merebut amplop itu. "Luna, kembalikan uang itu!" teriak Aldi sembari menggedor-gedor pintu kamar Luna. "Kalau kamu tidak kembalikan uang itu, Bapak akan menghukum kamu," teriak Aldi marah. "Nisa, itu kah yang kamu ajarkan pada Luna. Berani membangkang pada Bapaknya." Lastri ikut memarahi Anisa. Anisa diam saja, dia melanjutkan pekerjaannya. Lendra tampak bingung melihat bapak dan neneknya marah. Anisa lalu mengajak Lendra masuk ke dalam kamar. "Bu, Ibu pulang saja dulu!" perintah Aldi. Hari sudah petang adzan magrib sudah berkumandang. "Nanti jika sudah dikembalikan Luna, akan aku kasihkan Ibu," kata Aldi. Tanpa pamit Lastri pulang, dia kecewa pada Aldi yang tidak jadi memberi dia uang. Padahal dia sudah ditagih oleh tukang kredit mesin cuci dan sofa. Lastri tidak mau jika Aldi berhenti memberi dia uang. Dia tidak mau hidup susah, bapak Aldi hanya buruh pabrik. Sedangkan adiknya masih kuliah. Gaji suami Lastri hanya cukup untuk makan dan biaya kuliah Salman adik Aldi. "Bu, magrib begini dari mana?" tanya Handoko Bapak Aldi. Dia penasaran karena istrinya keluar tanpa pamit dan pulang dengan wajah ditekuk. "Biasa dari rumah Aldi, minta uang jatah Ibu. Eh malah diambil Anisa," adu Lastri pada Handoko. "Dasar mantu gila!" umpat Lastri. "Astagfirullah, Bu. Jangan dibiasakan minta uang Aldi. Dia itu punya keluarga yang harus dicukupi kebutuhannya." Handoko tidak setuju dengan sikap Lastri. Bagi Lastri memberi uang pada dia itu wajib, karena Aldi anaknya. Apalagi Aldi anak perempuan, begitu juga dengan Salman nantinya. ** Aldi berharap Luna segera membuka pintu kamarnya. Namun, Luna tidak kunjung keluar dari kamarnya. "Nisa, suruh Luna makan!" perintah Aldi. "Bujuk dia agar mengembalikan uangku. Aku tidak suka dengan sikap dia yang membangkang," kata Aldi. Anisa menuju kamar Luna, dia mengerti pintu kamar Luna. "Luna, keluar sayang. Kita makan malam!" ajak Anisa. Tidak berapa lama Luna keluar kamar. Saat Luna sudah duduk dan makan, Aldi masuk ke kamar Luna. Dia mencari amplop yang Luna ambil, dia menemukan amplop itu di laci meja belajar Luna. "Nis, aku ke rumah Ibu," kata Aldi keluar rumah tanpa makan malam terlebih dahulu. Luna hanya tersenyum melihat Aldi pergi, "Bu, ini uang yang Luna ambil dari amplop tadi," kata Luna menyodorkan beberapa lembar uang dari saku celananya. "Luna, lain kali jangan ikut campur urusan Ibu sama bapak ya. Ibu tidak mau kamu dimarahi bapak," kata Anisa. "Bapak pasti marah kalau tahu uangnya kamu ambil," tambahnya. "Bu, bapak lebih mementingkan nenek dari pada kita. Bukannya itu uang untuk keperluan. kita, jadi jika Luna ambil tidak salah dong," bantah Luna. Anisa memberi Luna pengertian, bahwa tidak baik ikut campur urusan orang tua. Anisa tahu Luna melakukannya karena kasihan pada Anisa, namun sikap Luna itu tidak baik. "Bu, Luna minta maaf. Luna sudah ikut campur urusan Ibu sama bapak," kata Luna memeluk Anisa. Mereka melanjutkan makan, menunya tidak berubah hanya tempe goreng dan sayur kunci. Menu yang selalu membuat Luna bosan dan malas makan. ** Aldi telah sampai di rumah Lastri. Dia segera menemui Lastri, "Bu, ini uangnya," kata Aldi menyerahkan amplop uang itu pada Lastri. Lastri menerimanya, saat amplop itu dibuka Lastri terkejut. Uangnya hanya ada dua ratus ribu. Padahal seharusnya satu juta. "Kok cuma dua ratus ribu?" tanya Lastri menyodorkan uang dua lembar itu dihadapan Aldi. "Pasti diambil Luna, dasar cucu kurang ajar!" umpat Lastri. "Nanti akan aku marahi dia, Bu. Dia pasti disuruh Nisa, aku tidak suka dengan cara Nisa yang seperti ini," ucap Aldi langsung putar balik ke rumah. Saat Aldi sampai di rumah, Luna sedang belajar. Dia langsung masuk ke kamar Luna, dia menjewer telinga Luna. "Anak nakal!" bentak Aldi. "Aw...! Sakit!" teriak Luna. Telinganya memerah karena bekas dijewer Aldi. "Balikin uang Bapak, kalau tidak akan Bapak hukum kamu," bentak Aldi. Anisa yang mendengar langsung masuk ke kamar Luna dengan menggendong Lendra. Aldi menatap sinis Anisa, dia tidak suka melihat Anisa datang. Aldi masih menggoyang-goyangkan tubuh Luna yang belum bergeming dari tempat duduknya. "Luna, kamu t*li ya. Bapak minta uang, Bapak," teriak Aldi. "Uangnya sudah di aku, Mas. Jadi tolong jangan ganggu Luna belajar!" pinta Anisa. Aldi dan Anisa keluar dari kamar Luna. "Mana uangku!" Aldi menyodorkan tanganmu kepada Anisa. Namun, Anisa malah masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya. Aldi geram, dia hendak ikut masuk ke dalam kamar tetapi pintunya di kunci dari dalam. "Anisa, buka pintunya!" teriak Aldi. Pintu masih saja terkunci, Anisa juga tidak kunjung keluar. Aldi menggedor-gedor pintu kamarnya. Terdengar suara tangis Lendra dari dalam, sepertinya Lendra sudah mau terlelap tetapi terganggu oleh suara Aldi. Anisa keluar, dia melempar dua lembar uang ratusan ke wajah Aldi. "Tuh! Jangan minta lagi! Jangan berisik, Lendra mau tidur!" bentak Anisa sembari menutup pintu kamarnya lagi. "Sial! Ibu akan marah kalau kayak gini caranya," umpat Aldi mengambil uang dua ratus ribu yang dilempar Anisa. Sebenarnya Anisa tidak mau melawan Aldi, karena dia juga tidak tega melihat Aldi sedih. Tetapi, sikap Aldi sungguh keterlaluan sehingga Anisa harus tegas pada Aldi. Jika dengan kejadian ini Aldi masih belum taubat, maka Anisa harus mengambil tindakan lebih. Sebagai seorang istri Anisa tidak mau jika suaminya berlaku tidak adil pada anak dan istrinya. Bagi Anisa memberi uang pada Lastri tidak masalah, asal tidak dengan cara mengambil hak Anisa dan anak-anaknya. Aldi kembali ke rumah Ibunya, dia memberikan uang dua ratus ribu tadi di tambah dengan uang pegangannya untuk transport miliknya. ** Paginya saat Aldi akan berangkat kerja, dia meminta uang pada Anisa. "Nis, beri uangku semalam. Bensin aku sudah mau habis," kata Aldi saat mereka selesai makan. "Uang pegangan kamu, kemana, Mas?" tanya Anisa. Anisa tahu biasanya Aldi menyimpan uang untuk pegangan dan transport. "Aku kasihkan ibu. Salah siapa kamu ambil uang yang kemarin," jawab Aldi sinis. Anisa terpaksa mengambilkan uang lima puluh ribu untuk Aldi. "Ini Mas, jangan boros!" perintah Anisa ikut sinis. Aldi menerima uang dari Anisa lalu berangkat bekerja. Anisa tidak tahu jalan pikiran Aldi yang selalu mementingkan ibunya lebih dari apapun. Memang benar, Lastri yang membesarkan Aldi, tetapi kini Aldi sudah berkeluarga harusnya memberi Lastri semampu Aldi. "Aldi...," teriak seseorang. Anisa segera keluar dari dalam rumah. Ternyata yang datang Bu Cici, Bu Cici adalah tukang kredit barang. "Ada apa Bu, cari mas Aldi? Dia sudah berangkat?" tanya Anisa penasaran. "Bilang suruh bayar cicilan leptop," jawab Bu Cici. Anisa merasa Aldi tidak pernah membawa leptop ke rumah. Lalu dia kredit leptop untuk siapa? Pikir Anisa semakin pening.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN