Part 8

996 Kata
"Ana!!! Tunggu gue" Teriak cempreng seseorang dari arah kelas IPS. Gak salah lagi,pastinya dia,Nita. "Aduuuhhh,suara Lo itu kayak kuntilanak kurang belaian tau,bising banget. Kalau sempet aja 10 orang kayak Lo,mungkin setiap hari dokter THT bakalan datang kesini" Ana mengusap-usap telinganya yang berdengung. Nita hanya tersenyum imut sambil menggulung-gulung rambutnya. "Maaf,gue kan gak sengaja. Gue khilaf,soalnya kesempurnaan hanyalah milik Tuhan saja" Balasnya konyol. Mereka berjalan sambil menceritakan apa saja. Mulai dari Soon Jongki nikah sama Song Hakyo sampai siapa cinta pertama ibu Farida. "Mmmm,btw hari ini ada cerita Lo gak,tentang Bram?" Tanya Nita penasaran. Ia mengedipkan matanya sambil memasang ekspresi yang selalu dibenci Ana, memelas. "Aigooooo,ngapain sih Lo nanyain itu mulu? Lo suka ya sama Bram?" Tanya Ana to the point. "Enggak kok,siapa bilang?Gue cuma penasaran sama murid baru,itu aja kok." Jawab Nita ragu-ragu. "Ya ampun,elo udah berapa lama sih temenan sama gue?Jujur aja kali," Kali ini Ana bertingkah sedikit aneh. Nampaknya dia mulai merasakan sesuatu yang lain setiap kali Nita menanyai soal Bram. Nita hanya bungkam,tak berkutik sedikitpun. "Yaudah,kalau Lo gak mau jawab,gue mau latihan Pramuka dulu,Lo deluan aja . Bye-bye" kata Ana lalu pergi meninggalkan Nita di gerbang sekolah. *** Sebuah ninja hijau berhenti ditengah-tengah lapangan kota. Pengendaranya turun lalu melepas helm. Tampak Beberapa orang yang dikantin tadi datang dengan gaya menantang. "Akhirnya Lo datang juga, b*****t!" Seru seseorang dari mereka. "Ini anak baru yang dapat coklat dari Kristy? Hajar aja man," Teriak yang lain. Masih seperti biasanya,Bram terlihat kalem dan tenang. Tak takut sedikit pun. "Udah iklannya?Lama banget sih bang,kasian aktornya nunggu" Akhirnya Bram berbicara sambil melihat sebuah jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Wahhh,berani bener nih anak,udah man, habisin aja.." Pancing salah satu dari mereka. Tanpa banyak bacot,cowok yang menyenggol Bram tadi melepaskan tendangannya tepat di perut Bram,membuat Bram mundur satu langkah. Seseorang yang lain mendaratkan sebuah tumbukan keras diwajah Bram. Busshhhh.. Bram terjatuh. Bagaimana tidak? Ia dikeroyok tanpa persiapan dulu. Dengan wajah kesakitan dan rasa sesak sedikit, Bram bangkit lalu ambil ancang-ancang. Ketika cowok tadi ingin menendangnya,cepat Bram menghindar. Semakin banyak yang menghajarnya,ia menepis,menendang balik,melompat,dan meninju satu persatu orang itu. "Aduuuuhhhhhh," Cowok disekolah tadi meringis kesakitan. Begitu juga teman-temannya. "Sakit ya? Maafin gue ya bang,soalnya kan Abang yang mulai deluan" Kata Bram sambil menghampiri cowok tersebut. Cowok tadi memasang ekspresi menantang. "Elo anak karate ya?" Tanyanya. Bram mengulurkan tangannya,menolong cowok itu berdiri. "Enggak ah bang," Balasnya santai. Ia pun membantu yang lainnya berdiri. "Kenapa Lo mau masih nolongin kita?" Tanya seseorang dari mereka. "Karna mencari 1000 musuh itu gampang! Sedangkan satu teman aja susah. Lagipula, gue diajarkan untuk berdamai,bukannya buat onar!" Kembali Bram menjawab begitu tenangnya. Semua yang ada di tempat itu terkejut,merasa malu akan perbuatannya tadi. "Maafin kita ya," Pinta cowok itu sambil mengulurkan tangan kanannya. Bram membalasnya sambil tersenyum. "Nama gue Bram, asal Bandung." "Gue Ciko,pemimpin geng ini." Mereka melepaskan tangan lalu saling berkenalan. "Kita dengan senang hati nerima Lo disini,kalau Lo mau." Ciko merangkul Bram sambil berjalan kearah sepeda motor masing-masing. Bram hanya menggangguk. "Siap ini Lo mau kemana?" Tanya Ciko saat melihat Bram memakai helmnya. "Jemput cewek gue,di sekolah." Lalu mengacungkan jempol dan pergi membalap ninjanya dengan kencang. *** "Hati-hati ya," Ujar Ana kepada semua orang yang berada ditempat itu. Mereka semua menghilang satu persatu. Ada yang dijemput,naik angkot,bahkan berjalan karna rumahnya dekat. "Bye,,kita deluan ya" Sahut yang lain. Tinggallah Ana sendiri didepan gerbang sekolah bersama kesepian. Tik.... tik...Tik Awalnya hanya gerimis,lama-kelamaan berubah menjadi rintik hujan dan semakin lama juga semakin deras. Ana berlari ke halte depan sekolah. Hujannya begitu deras,dan tidak ada satu angkot pun yang muncul. "Kok gak ada juga ya angkotnya?? Tuhan,tolong suruh sebuah angkot lewat sini dong,gue takut!" Pinta Ana ketakutan. Kini tangannya gemetar dan dingin. Saat hendak mengambil ponselnya,ia melihat kearah jauh disebelah kanannya. Seketika matanya terbelalak dan langsung cepat-cepat mengambil ponselnya. Memang kalau yang namanya hari sial,gak ada yang bisa memprediksi. Ya ampun, hp gue lowbat lagi. Malahan hujan deras,gak ada angkot,sekolah udah sepi. Astagahh,tuh orang gila makin deket pula,gue harus bagaimana? Tuhan,beneran deh,gue takut banget. Ternyata benar! Yang berjalan tersebut adalah orang gila. Namanya Udin,tidak ada yang tau penyebab dia gila. Hanya saja,sempat terkabar kalau Udin itu sering mengganggu anak-anak terutama cewek. Jantung Ana semakin ser-seran. Berdetak lebih cepat dari kecepatan Rossy saat membalap. Kini keringat dingin mulai mengalir di sekujur tubuhnya. Sumpah bercucu sumpah deh!!! Gue takut bangetttt, nih orang gila dadak dateng pula lagi kesini,malah makin liatin gue lagi. Mungkin doa Ana belum bisa terkabul. Semakin lama,Udin semakin dekat,lebih parahnya lagi,ternyata dia sedang membawa sebuah 'pisau'. Kaki Ana semakin lemas,jantungnya seakan tak berdetak lagi. Untuk berlari saja pun serasa tak bisa. Ana menangis tak bersuara. Ingin rasanya dia pinjam sayap burung biar bisa terbang. Badannya meronta-ronta ingin berlari,tetap saja kakinya mati rasa. Ia menutup matanya dan berharap supaya seorang malaikat pencabut nyawa menemuinya. Beneren deh,kalau misalnya ada orang yang nolongin gue saat ini, Kalau dia cowok seusiaan anak SMA bakalan gue jadiin pacar. Trus kalau cewek gue jadiin apa aja deh. Yang penting gue selamat dari nih orang gila! Tin....Tin....Tin... "Naik!!" Suara seseorang menyadarkan Ana dari imajinasinya. Dengan cepat ia membuka mata,hatinya seketika bahagia dan senyumnya terulum indah di bibirnya. "Bram," Ana merasa hidup kembali. Kakinya yang kaku berlari kencang kearah Bram yang sedang turun dari ninja hijaunya. "Gue takut banget Bram, gue takut. Hiks..Hiks.." Sebuah keajaiban yang luar biasa,belum saja sempat berbicara Bram mendapat pelukan hangat dari Ana. Yah,gadis berkacamata itu sedang menangis memeluk tetangga barunya dibawah hujan yang deras itu. Bram tersenyum sambil mengelus lembut rambut Ana. "Iya,gue disini kok. Kenapa?Lo takut sama om-om itu? Yang lagi berdiri ngeliatin elo?" Tanya Bram dengan nada jahilnya. Ana melepas pelukannya lalu menoleh melihat Udin,yang memang benar sedang melihatnya. Ana kembali menatap mata Bram. "Dia itu orang gila!Pulang yuk!" Ajaknya memohon. Bram hanya mengangguk dan menyalakan ninjanya. Ana naik lalu memegang baju sekolah Bram. Seperti seorang anak dengan ayahnya. "Udah siap?" tanya Bram yang melirik dari kaca spion. "Iya," jawab Ana semangat. Mereka pergi,meninggalkan sebuah kenangan di halte itu,serta seorang Udin yang kembali sendiri. Yah,Udin yang kasihan. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN