Part 7

1331 Kata
"HARI INI KITA ULANGAN BIOLOGI!!" Semua siswa sebelas IPA dua kacau pagi ini. Mereka semua sibuk membolak-balik buku paketnya. Beberapa orang membuat contekan. Ada yang menulis di tangan, dipaha, di mejanya bahkan diselembar kertas yang dilipat menjadi kecil. Beda halnya dengan sebangku yang satu ini,mereka terlihat santai sambil membuka bukunya. "Elo udah belajar kan tadi malam?" Tanya Bram membuka percakapan diantara mereka. "Mmmm,udah. Elo gimana?Kan udah gue kasih tau dari chat ," Jawab Ana tanpa melihat sedikitpun kearah Bram. "Loh,kok enggak ada yah sampe sama gue?" Bram mengambil ponselnya lalu membukanya. Ia mengecek chat dari Ana. Gadis disampingnya menyamping sedikit sambil menarik tangan Bram. "Ada? Sempet aja kalau Lo gak baca." Bisik Ana sambil melihat keponsel milik Bram. Dengan wajah yang takut dibuat-buat Bram menatap mata Ana. "Nanti gue nyontek sama elo ya?" Matanya berkedip-kedip. Ana menyunggingkan bibirnya dengan tatapan jijik. " Males banget gue!" Katanya lalu mengalihkan pandangannya ke buku itu lagi. Tak sempat adu mulut,Bu Murni selaku guru Biologi masuk. Ulanganpun dimulai! Suasana hening dan semua buku diletakkan didepan kelas. Bu Murni berkeliling tanpa sedetik pun keluar. "Sia-sia gue bikin contekan,nih guru gak mau keluar lagi. Tuhan yang maha baik,tolong suruh Bu Murni keluar,sebentar aja. Gue mau nyontek. Kalau enggak,Bu Murni tolong pejamin mata ibu,sebentar aja biar gue bisa nyontek sebangku gue." Terdengar bisik-bisik gak jelas dari sudut kelas. Semua siswa menoleh ke satu orang. "Ada masalah nak Koko?" Tanya Bu Murni lembut sambil merapikan jilbabnya. Koko yang semula santai menjadi keringat dingin. "Enggak Bu,saya lagi baca soal. Kalau dibaca pake suara lebih cepat ngertinya." Jawab Koko ngelantur. Kelas ribut,sebagian tertawa dan sebagian lagi menyempatkan waktu yang sedikit untuk mencontek atau membuka titilannya. "Tenang semuanya!" Teriak Bu Murni. Kelas senyap dalam sekejap. Seseorang yang dari tadi melirik Ana akhirnya mengoyak kertas kecil lalu menulis sesuatu didalamnya. Saat Bu Murni membelakanginya,ia memberi kertas yang dilipat itu ke Ana. Gadis itu menaikkan kacamatanya lalu membuka kertas itu. Elo udah siap?Nganter bareng yuk? Ana melongo,awalnya ia akan mengira kalau Bram ingin mencontek. Ia lalu melihat Bram yang sedang melakukan kebiasaannya,menatap Ana tanpa henti. Ana membalas surat itu, Emangnya elo udah siap? Yaudah,tapi elo yang maju deluan ya... Ia melipatnya lagi lalu dengan hati-hati memberinya pada Bram. Seketika Bu Murni melihat kearah Ana. Ia terkejut bukan main,apakah Bu Murni melihatnya tadi? Mungkin saja,kini beliau jalan kearah mereka dengan mata burung hantu. Menyeramkan sekali. Ya ampun! Jangan-jangan Bu Murni ngelihat gue tadi,dan berpikir kalau gue sama Bram lagi contek-contekan. Mati gue! Ana masih mati kutu. Tiba-tiba Bram berjalan kedepan meja guru sambil meletakkan kertasnya kemudian memberi kode kepada Ana. Hampir Bu Murni sampai kemeja mereka,Ana berjalan cepat lalu mengantarkan kertas jawabannya. Ana berharap supaya Bu Murni berbelok ke mejanya. Benar,Bu Murni membelok lalu duduk di kursinya. Ana bernafas lega. Kemudian bel berbunyi,kelas menjadi ribut dalam sekejap. Ada yang berlari kesana-kemari tanpa memperdulikan Bu Murni. Saat-saat seperti itu pasti selalu ada dua hal yang terjadi. Pertama tipeks orang bakalan hilang dan kedua bakalan ada yang punya tipeks baru tanpa dibeli. "Dalam hitungan sepuluh sudah terkumpul,kalau tidak saya tidak akan terima lagi. Satu..Dua.." Bu Murni mulai menghitung,kelas semakin heboh,ada yang berteriak,berlari bahkan sampai rebutan kertas. "Woyy,nomor dua dong?" "Bagi nomor sepuluh Lo, plissss!" "Koko,balikin kertas gue kunyuk!" "Mati gue,mati gue,kalau gue remedial bakalan hancur semuanye.." "Yang ngasih contekan masuk surga!" "Yang pelit-pelit gue doain bakalan jadi jomblo ngenes!" Bahkan sampai ada yang berteriak frustasi, "woyyy,fungsi mitokondria apa?" Sedangkan yang lain akan menjawab, " pengganti mata bagi tumbuhan,pe'ak" Masih hitungan sembilan,semua serentak mengasih ketangan Bu Murni. "Sepuluh. Saya tidak terima lagi" kata Bu Murni sambil berjalan meninggalkan kelas. "Untung semuanya udah ngumpul!" Teriak Ozi,selaku ketua kelas yang memperdulikan anggotanya. Semua siswa bersorak lega. Bagaikan siap menonton adegan saat pemain utama lepas dari tangkapan para zombie. Ketika mengambil buku dan memasukkannya ke tas, Ana merasa ada sesuatu yang kurang. "Loh,tipeks baru gue mana?" Dia melihat sekelilingnya,namun nihil. Semua orang keluar dan setiap meja kosong. Bram menghampiri Ana yang mulai naik pitam. "Napa muka Lo?Serem banget." Tanyanya polos sambil memasukkan buku ke dalam tasnya. Yang tertinggal hanya mereka berdua. Tak bisa menahan amarahnya, Ana membanting mejanya dengan buku. " Tipeks baru gue hilang lagi. Padahal itu baru gue beli tadi pagi. Kemaren udah hilang lima,sekarang hilang lagi. Awas aja gue tau pencurinya,gue bakalan tebas tuh orang." Ekspresinya seperti seorang psikopat. Bram tertawa lepas. "Kalau elo marah cantik banget ya?Gue makin suka tau gak?" Ia membuka tas Ana tanpa seizin pemilik yang sedang menatapnya garang. "Mau ngapain Lo?" Tanya Ana geram. Bram mengeluarkan sesuatu dari tas Ana,sebuah tipeks baru berwarna merah. "Lihat dulu,jangan main marah aja. Kalau elo cepat tua nanti,gue yang susah. Ngerti?" Katanya sambil memberi tipeks itu. Ana terdiam. Tak tau mau ngomong apa lagi. Dia duduk bersama Bram, "Dapat darimana?Tadi gue nyari kok gak dapat?" Tanyanya sambil melihat tipeks itu. "Tadi jatuh waktu Lo ngambil buku kedepan. Makanya langsung gue masukin kedalam tas Lo," Jawabnya santai sambil menatap tepat mata Ana. Ana yang malu tertunduk sambil menjitak jidatnya sendiri. "Dasar saraf!". Bram hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya. "Kantin bareng yuk?" Ajaknya seraya berdiri dan mengulurkan tangan kanannya seolah mengajak Ana berdiri. Ana melihat tangan itu lalu berniat meraihnya. Tapi, "Mmmm gue disini aja,mau ngerjain tugas" Balasnya tanpa memperdulikan tangan Bram. Bram tersenyum kecil lalu memasukkan tangan itu kekantung celananya. "Ohh,yaudah. Gue cabut deluan ya?" Katanya sambil pergi meninggalkan Ana yang masih membisu. *** Bram berjalan menuju kantin. Sepanjang koridor ,ia diperhatikan oleh para gadis. Bahkan yang tidak dikenalnya pun menyapa, "Hai Bram." Ia hanya tersenyum seraya memikirkan sesuatu. Tiba-tiba seorang gadis cantik berambut pirang menghalanginya beserta sekelompok temannya juga. "Kamu murid baru itu ya? Aku Kristy. Cewek paling keren disekolah ini. Ini,gue ada coklat buat perkenalan kita. Lain kali kita dinner bareng ya?" Katanya sambil memberikan sebatang coklat panjang kepada Bram. Bram hanya tersenyum, "Thanks ya," Jawabnya saat menerima coklat itu. Para gadis itu pergi sambil tertawa riang. Bram melihat mereka dengan ekspresi datar. Ia mengantonginya lalu pergi ke kantin. Sampai dikantin,Koko dan teman-temannya memanggil Bram. " Disini gan,jangan salah tempat!" Teriak Koko kuat. Bram berjalan kearah mereka. Saat hampir sampai,seorang cowok bergaya urakan menyenggol lengannya kuat. "Ehh,Lo senggol-senggol gue,mau cari mati apa?" Tanya seseorang tadi membentak Bram. Membuat seisi kantin terkejut. Bram yang merasa tidak bersalah itu menjawabnya, "Maaf bang,kelihatannya tadi Abang yang nyenggol lengan gue. Kok jadi nyalahin gue?" Tanyanya berani. "k*****t Lo! Masih adik kelas mau jadi jagoan? Kalau Lo berani ayo lawan gue." Tantangnya kepada Bram. Tetapi,dia tidak sendiri.Cowok-cowok yang kelas dua belasnya pun keluar dari kursi mereka dan berkumpul ramai-ramai disamping cowok tadi. Bram tidak melihat name tag orang itu. Tanpa gentar sedikitpun, Bram tetap memasang ekspresi tenang. " Mau ngelawan gue kak? Silahkan,gue gak takut. Tapi gak sekarang,karna gue gak pernah berantem pake baju sekolah!" Ujarnya santai. "Cuiihhhh,lemah Lo!" Cowok tadi meludah didepan Bram. Tapi tidak mempan untuk menarik amarahnya. "Kita harus nyelesaiin masalah ini secara jantan. Kita ketemu dilapangan kota pulang sekolah. Gue tunggu Lo! Kalau enggak,jangan harap Lo bisa tenang disekolah ini. Camkan itu!" Kata orang itu sambil pergi,meninggalkan tatapan tajam kepada Bram. Setelah orang-orang itu pergi,barulah Koko dan teman-temannya datang menghampiri Bram. "Elo gak kenapa-napa kan gan?Untung aja tuh orang langsung pergi,kalau enggak,udah habis gue buat" kata Koko seolah dia adalah anak mudanya. "Lo ada terkilir bro? Biar kita aduin aja sama ibu Farida" ujar salah satu dari mereka,yang sedang makan kerupuk, Diko. "Gue gak papa kok,santai aja" jawab Bram datar sambil duduk disebuah kursi,memesan bakso kosong dan memakannya bersama Koko dan yang lain Bram memakan bakso itu dalam diam. Entah apa yang sedang dipikirkannya. *** Bel pulang berbunyi,semua siswa bersorak kegirangan. Bram merapikan barangnya cepat dan tiba-tiba menggenggam tangan Ana. "Lo pulang sendiri aja yah? Gue lagi ada urusan. Gak papakan?" Tanyanya tergesa-gesa. "I,iya. Emangnya Lo mau kemana? Nanti kalau Tante nanya,gue jawab apa?" Tanya Ana balik. "Gue mau ketemu sama seseorang. Penting banget!" Jawab Bram sambil melepaskan tangannya. "Yaudah,elo hati-hati yah, cepat pulang!" Balas ana polos. Bram hanya menggangguk lalu pergi. Meninggalkan sejuta tanda tanya pada Ana. Mau kemana yah dia,kok kayak gak biasa gitu? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN