Part 15

1397 Kata
Tasya, Erik, Bu Ratih dan Ehsan juga Adit sopirnya meninggalkan rumah Siti. Setelah hampir dua jam berada di rumah Siti mereka melanjutkan perjalanan ke Bogor. Sebuah keputusan yang sangat disesalkan, Siti memilih tidak akan kembali lagi ke Jakarta. Siti mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Babysitter  Ehsan. Tasya tidak dapat memaksanya. Dirinya telah memohon namun Siti tetap pada pendiriannya. Tasya tidak mau memaksanya. Seandainya Tasya yang berada di posisi Siti mungkin ia akan melakukan hal yang sama. " Udah sayang kamu ga usah sedih nanti kita cari Babysitter baru buat Ehsan." Dalam perjalanan, Erik mencoba menenangkan Tasya. Erik faham istrinya pasti sangat terpukul. " Nanti Oma hubungi lagi biro penyalur Babysitter yang kemarin, Kita cari Babysitter baru." Sang Oma juga memberikan usulan. " Siti dan Ehsan kan udah cocok." Tasya berkata dengan nada kecewa. " Besok Mama sama Papa kamu kan ke Makassar, Ehsan sama Oma aja." Bu Ratih seolah memahami apa yang sedang dipikirkan Tasya. " Oma ga kan kemana-mana?" Tanya Tasya. Omanya itu kan super sibuk, kalau tidak ikut Opanya pasti punya acara sendiri bersama teman-teman sosialitanya. " Seminggu full ini Oma mau jagain Ehsan aja jadi ga kan kemana-mana." Jawabnya sambil tersenyum lebar. " Makasih ya Oma." Tasya merasa lega karena urusan Ehsan sementara dapat ditangani. Mobil terus melaju menuju kota Bogor. Ehsan sejak tadi bersama Erik. Kalau sudah bareng ayahnya, bayi itu anteng sampai tertidur pulas. Bersama Tasya paling - paling kalau minta ASI. *** " Diki sayang Mami tahu kamu sedang sedih tapi jangan berlarut-larut gitu dong." Bu Ratih mencemaskan putra bungsunya. Dua Minggu sudah ia putus dengan Silmi sekaligus ditinggal Siti. " Iya, Mi. Diki juga lagi berusaha untuk melupakan semuanya." Diki berusaha tegar. Walaupun sebenarnya sulit. Menurutnya masalah ini terlalu berat. " Kamu harus tetap semangat. Di dunia ini masih banyak gadis cantik yang masih single yang siap menjadi istri kamu." Tutur Bu Ratih memberi semangat. Ia tidak ingin Diki sampai putus asa. " Iya Mi." Diki menghela nafas. " Habis sholat jangan lupa berdoa. Minta pertolongan Allah supaya kamu segera diberikan jodoh terbaik." Pesan Bu Ratih. " Makasih nasihatnya Mi." Diki lalu merebahkan dirinya tidur dipangkuan ibunya mirip anak kecil yang sedang manja. Bu Ratih mengusap rambut hitam anak bungsunya dengan penuh kasih. Diantara kelima anaknya Diki merupakan anak kesayangannya. *** Pak Yusuf mendekati istrinya yang sedang asyik nonton drama Korea. " Mi, lihat nih" Suami tercintanya memperlihatkan sebuah foto di layar ponselnya. " Foto siapa Pi?" Mata Bu Ratih langsung tertuju ke arah foto gadis cantik bermata bulat. Ia menatap curiga suaminya. " Itu Revina Anaknya Ana. Sepupu jauh Papi di Cimahi." Jawab kakek bercucu 8 itu sambil tersenyum. Setelah tahu siapa gadis itu Bu Ratih bernafas lega. Katakanlah dirinya adalah wanita yang tingkat cemburunya tinggi. Terlebih lagi beberapa waktu lalu geng sosialitanya sempat bergosip kalau ayah salah satu teman Bu Ratih yang telah berusia 80 tahun menikahi gadis 20 tahun. Fenomena yang menggelikan sekaligus menakutkan. " Cantik, tapi kayanya masih ABG." Seru Bu Ratih memberikan komentarnya. " Umurnya 18 tahun." Pak Yusuf memberikan keterangan " Ga terasa ya, dulu pas ke sini dia masih SD." Bu Ratih mengingat gadis itu yang beberapa kali sempat berkunjung ke rumahnya. " Papi berniat menjodohkannya dengan Diki." Seru Pak Yusuf yang membuat kaget sang istri. " Apa? " Bu Ratih tak percaya dengan pernyataan suaminya. Pria yang sudah 40 tahun lebih menikahi dirinya itu untuk pertama kalinya sibuk mengurusi jodoh anaknya. " Biar Diki ga sedih terus." Jawabnya. " Serius Pi?" Bu Ratih masih belum percaya. " Tumben Papi jodoh-jodohin orang, biasanya Papi sering nentang perjodohan." Wanita itu masih ingat bagaimana dulu suaminya menolak perjodohan Heni dan Dany. " Papi peduli sama Diki. Umurnya hampir 31.  Kayanya gadis itu selera Diki banget kan. Mami tidak perlu khawatir gadis itu anak yang pintar, baik dan sopan. Dia juga pintar masak dan membuat kue. Nanti kalau ketemu, Mami dan Heni bisa langsung mengujinya" Pak Yusuf membeberkan beberapa fakta tentang Revina. " Mami harus ketemu dia dulu." Ujar Bu Ratih. Ia mulai tertarik dengan usul perjodohan antara Revina dan Diki. Barangkali gadis itu adalah jawaban dari doa-doanya. " Hari Sabtu ini kita ke Bandung ya. Sekalian ajak Diki. Modusnya mau jalan-jalan aja. Kita kasih kejutan buat dia." Pak Yusuf langsung menyusun rencana. Ia ingin membantu anaknya untuk menanggalkan status jomblo yang disandangnya. *** " Kakak kenapa senyum-senyum gitu?" Heni memperhatikan Tasya. " Ada gosip hangat Ma, Om Diki mau dijodohin oleh Opa Yusuf." Tasya mulai menebar gosip yang sedari tadi ingin segera disampaikannya. Kemarin malam diam-diam ia menguping pembicaraan Oma dan Opanya. " Sama siapa?" Dany yang asyik bermain bersama Nizam dan Ehsan langsung tertarik dengan obrolan anak Istrinya. " Tasya denger sih sama orang Bandung." Jawab Tasya. " Ini baru kabar baik. Mudah-mudahan Diki mau dijodohkan." Dany melirik ke arah istrinya. " Mama mau nelpon Oma dulu mau mastiin gosip kamu bener ga sih." Heni penasaran. Ia tidak mudah percaya begitu saja sama omongan Tasya. " Tanyain aja, soalnya Tasya juga belum sempat langsung nanya Oma. Cuma ga sengaja nguping." Seru Tasya. Heni lalu meraih ponselnya di atas meja kemudian mencari kontak ibu mertuanya. " Pulang yuk Dek, Bunda capek banget." Tasya mendekati Ehsan yang sedang berguling-guling di karpet. Usianya mau 5 bulan. Perkembangan bayi montok itu sangat cepat. " Nginep aja." Dany masih ingin bermain bersama cucunya. Nizam juga anteng mengasuh Ehsan. " Oma dan Opa dari tadi udah nyuruh pulang, ntar aja kapan-kapan nginepnya kalau mereka lagi ga di rumah." Tasya membereskan peralatan Ehsan. Sejak Siti berhenti menjadi Babysitter Ehsan, Ehsan diasuh oleh Lala Babysitter Dhifa dan Dhira. Si kembar sudah besar jadi sudah mulai bisa mengurus diri sendiri. Mandi, makan dan berpakaian sendiri. " Esan jangan puang ya...main cama Izam dulu ya..." Nizam tidak rela keponakannya dibawa sang Kakak. " Besok Ehsan ke sini lagi, sekarang harus pulang dulu udah malem." Jawab Tasya. " Aa..h, Papa Izam mau punya dede bayi kaya Esan. Lutu banget." Dengan polosnya anak berusia 3 tahun itu merengek. Dany tersenyum lebar. Anak bungsunya itu memang menggemaskan. Akhir-akhir ini ia selalu berceloteh minta adik bayi. Lebih tepatnya sejak Ehsan sering bermain bersamanya. Tasya pun tak kalah geli mendengar penuturan adik bungsunya. " Ha...ha...Jangan dong Dik, Ehsan aja dedenya." Tasya ngeri membayangkan Mamanya hamil lagi. " Tapi kan dak bobo dicini. Pokonya Izam mau dede bayi yang kaya Esan." Nizam duduk di pangkuan Dany terus merengek manja. " Iya..iya...nanti kita minta sama Kak Tasya." Dany terkekeh. Keinginan Nizam itu mustahil dikabulkan karena istrinya kan sudah 43 tahun. Terlalu tua untuk hamil lagi. " Idih Papa ngomong apaan sih, sorry banget Tasya harus hamil lagi. Ehsan kan masih kecil. Enak aja." Tasya bergidik. Ia  merasa ngeri jika harus hamil lagi. Mengurus satu anak aja repot padahal sudah dibantu Babysitter, Oma dan Mamanya apalagi nambah anak. " Ada apaan sih kok ribut-ribut." Heni yang baru selesai mengobrol di telepon mendekati mereka. Ia juga heran melihat Nizam yang cemberut. " Nizam minta dedek bayi katanya." Dany tidak bisa menahan tawanya. " Apa!!?? Ih ada-ada aja." Heni pun jadi geli. " Udah siap nih, tinggal panggil mbak Lala. Om kecil jangan nangis ya." Tasya membujuk adiknya. " Udah biarin aja Nizam emang kaya gitu." Heni mengambil alih Nizam. Sementara Dany beranjak dari Sofa bersiap mengantar Tasya pulang. Dia masih Dany yang dulu yang overprotektiv walaupun Tasya sudah menikah. Ia tidak akan membiarkan Tasya nyetir di malam hari. *** " Tasya sama Ehsan kemana?" Begitu sampai di rumah orangtuanya Diki langsung menanyakan keponakan dan cucunya begitu tiba di ruang tengah. Sejak putus dengan Silmi dia tinggal di rumah orangtuanya. Kehadiran Ehsan membuatnya sedikit terhibur. " Ke rumah orangtuanya bentar lagi juga pulang." Jawab Mami Ratih. " Diki, Mami sama Papi hari sabtu ini mau ke Bandung. Kamu ikut ya, sekalian refreshing." Bu Ratih menyampaikan rencananya. " Ke Lembang?" Tanya Diki sambil menatap ke arah Mami Papinya bergantian. " Iya nanti nginep di Villa. Pokoknya keliling kota Bandung aja deh. Sekalian silaturahim mengunjungi keluarga Papi."Jelas ibunya. " Boleh juga." Diki setuju. Ia memang butuh menyegarkan otaknya yang penat setelah mengalami masalah berat. Setidaknya udara segar dan pemandangan indah kota Bandung akan membuat pikiran dan jiwanya tenang. " Udah lama kita ga ke sana." Seru Oak Yusuf sambil mengalihkan channel TV. " Sama siapa aja perginya?" Diki penasaran. " Nanti Mami tanya Dany sama Heni mereka mau ikut apa ga. Kalau Tasya kayanya ga kan bisa dia mau ke Bogor." Ujar Bu Ratih. *** TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN