Hari sabtu pukul 6 pagi Pak Yusuf, Bu Ratih, Diki dan sopirnya yang bernama Adit menumpangi sebuah mobil BMW. Mereka hendak menuju rumah Dany sebelum berangkat ke Bandung.
" Assalamualaikum, gimana udah siap?" Bu Ratih langsung masuk ruang tamu.
" Waalaikumsalam , Bentar Mi anak-anak masih di atas." Jawab Dany.
Di sana ada Dany yang sudah siap. Ia baru selesai mengangkat koper-koper. Walaupun hanya pergi 2 hari namun barang bawaannya lumayan banyak.
Sementara Pak Yusuf dan Diki menunggu di teras sambil mengobrol dengan sopir keluarga Dany yang bernama Pak Ading.
Dany lalu melangkah menuju ke ruang tengah diikuti Maminya.
"Ma...ma cepetan dong Mami udah nyamper nih." Dany memanggil istrinya.
" Iya, ini juga udah siap Pa." Wanita itu menuruni anak tangga dengan ketiga anaknya.
" Mama ngapain sih lama banget?" Dany memperhatikan istrinya.
" Sibuk ngurus anak-anak, dandanin mereka dulu, Papa. Kan ga ada Ridah." Jawabnya.
Mereka semua lalu bergegas menuju teras depan.
" Ridah emang kemana?" Tanya Bu Ratih kepada Heni.
" Lagi cuti, kemarin pulang kampung nanti senin balik." Jawab Heni.
" Oh. Kamu ga bakalan repot gitu? Biasanya kemana-mana Ridah selalu ikut." Bu Ratih menatap menantunya.
" Ada Papanya sama Opanya jadi seratus persen Nizam anteng." Jawab Heni sambil tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya.
Selain lengket dengan Dany, Nizam juga lengket dengan Opanya. Ia paling tidak mau sama Omanya karena menurutnya Oma Ratih berisik.
" Papi..." Nizam berlari menuju arah Pak Yusuf. Bocah berusia 3 tahun itu memanggil kakeknya dengan sebutan Papi menirukan Mama Papanya.
" Izam mau cama Papi..." Ia menyalami pria tua itu dan memeluknya.
" Ayo sini jagoan." Pak Yusuf lalu memangkunya.
" Iya tapi jangan rewel ya." Diki meragukan niat keponakannya. Kalau udah datang rewelnya anak-anak Dany selalu heboh bikin keributan dan rada sulit dibujuk.
" Ciap bos." Jawab Nizam sambil mengangkat tangan memberi hormat. Anak itu seolah paham perintah Omnya.
" Ini bekal makanan sama susunya ya." Sebuah tas bergambar superhero diserahkan kepada ayah mertuanya oleh Heni.
" Nizam jangan nakal ya. Harus jadi anak baik." Dany mengecup kening anak bungsunya.
" Dadah Mamah, Dadah Papa, d**a kak Ifa, Dadah Kak Dila." Satu-satu disebut namanya.
" Bi tolong jagain rumah ya, kalau ada apa-apa hubungi saya ya, Tasya pulangnya besok sore." Sebelum pergi Heni memberi pesan untuk ARTnya.
" Kirain Pak Ading ikut." Ujar Diki.
" Gak, Jakarta-Bandung kan deket. Lagian gua bisa gantian sama ibunya anak-anak kalau cape." Dany berkata sambil berlalu dari hadapan Diki.
" Ayo Pa buruan." Istri tercintanya sudah menunggu.
***
Di Sebuah rumah di komplek perumahan dua wanita ditemani ARTnya sibuk memasak di dapur.
" Bu, ini teh masak meni banyak kieu " Seorang gadis bertanya kepada ibunya. Sejak subuh mereka sudah berada di dapur. Mengolah aneka masakan. Sementara kue-kue sudah disiapkan sejak kemarin.
" Ih ari Neng, kemarin ibu teh sudah bilang kalau hari ini Om Yusuf sama keluarganya mau bertamu ke sini." Jawab sang Ibu. Mereka adalah Ana dan Vina.
" Om Yusuf yang tinggalna di Jakarta tea kan Bu?" Tanya gadis
bernama Vina. Ia jarang ikut ke Jakarta kalau ada acara keluarga makanya kurang begitu mengenal keluarga Pak Yusuf.
" Iya betul Neng nu rumahna teh bagus kaya istana." Jelas sang Ibu.
" Kunaon mereka teh mau ya main ke rumah kita yabg sederhana begini?" Tanyanya polos.
" Ari si Neng, kita teh masih sodara jauhnya atuh Neng, Kakeknya Ibu sama Neneknya Om Yusuf itu adik kakak. Alhamdulillah mereka mau bersilaturahim." Dengan logat Sundanya ia menjawab pertanyaan anak bungsunya.
" Biasanya mah kalau orang kaya suka sombong." Vina mengemukakan pemikirannya.
" Om Yusuf mah baik pisan. Nanti kalau sudah kenal pasti kamu juga suka sama dia, keluargana oge pada baik." Lanjut wanita berusia 40an itu.
" Udah ah ulah ngobrol wae, kita beresin masaknya. Bisi keburu datang tamunya. Rencananya mereka ke sini jam 11an." Ujar Sang Ibu sambil mengupas bawang.
" Iya Bu." Gadis itu mengangguk.
" Ari si Ayah kamana, meni lama?"
" Ngambil mobil ke bengkel Mang Rambo."
" Oh, ..."
***
Perjalanan Jakarta-Bandung memakan waktu sekitar 4 Jam. Sebenarnya kalau lancar 3 jam juga sudah sampai namun akhir pekan jalanan sering macet.
" Alhamdulillah, sebentar lagi kita sampai." Ucap Pak Yusuf. Pria tua yang sejak tadi memangku Nizam adalah dalang dibalik perjalanan ini.
"Asyik.... Emangnya kita mu kemana Pi?" Tanya Nizam
" Opa bukan Papi." Diki meluruskan.
"Papi....Om" Nizam tidak mau kalah.
" Udah, terserah Nizam aja deh Om." Pak Yusuf membela cucu bontotnya.
" Iya..iya...."Diki mengalah. Berdebat dengan anak usia 3 tahun kayanya engga banget.
" Kita mau ketemu sodara, Sodara Opa sodara Nizam juga." Jawab Pak Yusuf.
Nizam memang bawel, Semua anak Heni dan Dany memang pada bawel bin cerewet.
***
Vina masih berada di kamarnya. Dari kamarnya yang terletak di lantai atas ia dapat mendengar kalau tamu yang sedang ditunggu sudah datang.
" Assalamualaikum." Pak Yusuf mengucap salam.
" Waalaikumsalam." Jawab ayah Vina yang sengaja berada di ruang tamu bersama istrinya bersiap menyambut kedatangan mereka.
" Kang Yusuf, apa kabar? kumaha damang?" Ana, Ibunya Vina menyambut ramah kedatangan saudara jauhnya itu.
" Alhamdulillah sehat, gimana kabar kalian?" Pak Yusuf balik bertanya.
" Alhamdulillah baik juga, Aduh Sudah setahun lebih kita teh tidak bertemu terakhir ketemu pas di acara nikahan Erik ya." Agus ayah Vina memeluk Pak Yusuf dengan penuh rasa rindu.
Semua bersalaman.
" Hayu atuh, Silahkan masuk. Teh Ratih makin tua makin cantik saja, saya yang masih muda kalah." Ana memuji Bu Ratih.
" Masa sih, kamu bisa saja." Bu Ratih kegeeran.
Mereka semua lalu masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu yang berukuran 4x6.
" Anaknya Dany yang bungsu udah gede lagi." Seru Ana sambil menatap Nizam yang lucu, tampan dan menggemaskan.
" Iya." Jawab Dany.
" Siapa namanya?" Agus menoel pipi gembil Nizam.
" Izam" Jawabnya malu-malu.
" Dany junior, mirip banget Dany waktu kecil." Ana juga menoel pipinya.
" Silahkan dinikmati dulu hidangan nya." Perintah Nyonya Rumah.
" Makasih." Jawab Bu Ratih.
Di atas meja sudah tersedia aneka kue dan kudapan.
" Sebentar ya, saya teh mau ke dalam dulu ya mau buat minuman sama manggil si Neng Vina." Ana beranjak meninggalkan para tamu.
" Ibunya Vina mah suka rariweuh." Agus mengomentari istrinya.
Pak Yusuf dan Agus terlibat percakapan, Yang lain lun sesekali bersuara.
**"
" Neng, ke sini atuh malah nyumput di kamar. Itu Om Yusuf sama keluarga sudah pada datang. Bantuan ibu bikin minuman." Ana mendatangi kamar putrinya.
" Iya, bu." Vina lagi becermin langsung melangkah mendekati ibunya.
" Ari kamu lagi ngapain?" Ana yang berprofesi sebagai guru bahasa Sunda itu menatap Vina.
" Lagi dandan atuh Bu, kan Ibu nu nyuruh neng dandan yang cantik." Vina keluar kamarnya bergegas menuruni anak tangga menuju dapur.
***
" Nah ini Neng Vina anak bungsu kami." Agus memperkenalkan Vina yang baru saja tiba di ruang tamu membawa minuman bersama ibunya.
" Cantiknya." Puji Bu Ratih. Semua orang yang hadir memperhatikan paras serta gerak gerik Vina.
" Kenalan dulu Neng." Perintah Ana.
Vina menyalami mereka satu persatu.
" Itu Om Yusuf dan Tante Ratih. Masih ingat kan."
" Kalau yang ganteng ini Anak Om Yusuf yang ke 4 Namanya A Dany istrinya bernama Teh Heni orang Bandung. Tiga orang anak yang sedang bermain di luar itu anaknya."
" Satu lagi ga kalah ganteng namanya A Diki anak bungsu Om Yusuf. Masih single." Ana tersenyum manis saat menyebut nama Diki.
Vina menatap Diki sekilas, ia buru-buru membuang muka karena Diki tanpa sadar malah memperhatikan gadis itu dari ujung kaki sampai ujung rambut. Tentu saja Vina merasa tidak nyaman. cantik tapi judes. batin Diki.
Sedari tadi Diki hanya diam menjadi pendengar setia.
Ini lalaki teh kunaon lihatin saya seperti itu. Batin Vina ngeri.
Gadis itu lalu duduk di dekat ibunya tanpa mau memandang Diki lagi.
" Rizki kemana?" Pak Yusuf menanyakan Kakak kandung Vina.
" Ah biasa b***k eta mah jarang ada di rumah." Jawab Ana.
Wanita yang berprofesi sebagai guru itu sering malas kalau sudah membahas anak sulungnya.
" Sekarang kerja dimana?" Tanya Bu Ratih.
" Masih menganggur, malah sibuk kaditu kadieu ikut paguyuban seni sunda, manggung teater. Teu pararuguh. Barangkali di perusahaan akang ada lowongan kerja. Jadi OB oge teu nanaon" Ana menatap Pak Yusuf penuh harap
" Suruh aja dia ke Jakarta, di kantor Heni kayanya lagi dibutuhkan banyak karyawan baru." Pak Yusuf memberikan usulan.
Bulan depan Heni akan meresmikan kantor barunya. Toko kue nya sekarang dikelola secara profesional menjadi sebuah PT.
" Rizki umurnya berapa?" Tanya Heni.
" 23" Jawab Agus
" Masih muda." Sela Dany.
" Ah tetep weh orangtua mah suka khawatir lihat anaknya yang banyak nongkrong ga jelas." Dengan gaya cerewetnya Ana tampak stres dengan nasib Rizki.
Dany jadi tersindir dulu dirinya juga berbuat hal yang sama dengan Rizki.
" Neng Vina kuliah dimana?" Bu Ratih mengalihkan pembicaraan.
" Belum kuliah. Rencana kuliah tahun depan. Sekarang masih nganggur. Lagi ikut kursus menjahit sama bikin kue." Jawabnya jujur.
" Kamu hobi masak ya, Tante juga."
Bu Ratih terlihat senang. Satu kriteria persyaratan menjadi calon menantunya sudah terpenuhi oleh Vina.
" Nah, semua kue yang ada di meja ini hasil kreasi Vina" Ana memamerkan keahlian Vina.
" Silahkan dicicipi." Lanjut Ana sambil membuka tutup toples.
" Aku coba ya..." Heni sang master Cake and Bakery mengambil cake pelangi. Begitupun yang lain mulai menikmati hidangan yang tersedia.
" Hmm, Enak." Puji Heni
***
TBC