"Eumm!" Una melenguh nikmat. Sudah lebih dari lima menit tapi Keen belum mau melepaskan cecapan demi cecapan bibirnya di atas bibir Una. Keen hanya berganti posisi dari miring ke kanan, beralih ke kiri. Tangannya juga semakin lihai. Mengelus tengkuk Una dari ke atas dan ke bawah. Una sebenarnya sudah merasakan sulit untuk bernafas. Tangannya meremas kaos Keen erat. Tak pernah ia bayangkan jika Keen memiliki nafsu yang begitu luar biasa. Padahal dulu Emil tak pernah seliar ini disaat menciumnya. "Hhaaah... Hhaaahh... Kenapa, Na?!" cicit Keen juga merasa kehabisan pasokan oksigennya. Bahkan bibirnya sedikit memerah karena lipstik Una. "Kenapa?!" ulang Una sewot. Lelaki itu seharusnya juga tahu mengapa Una sampai melenguh tadi. "Maaf,yah!" Keen mengusap lembut bibir Una yang sedikit berd